Konflik Rusia Ukraina
Ironis, Taliban Minta Rusia-Ukraina Selesaikan Krisis secara Damai dan Tidak Makan Korban Sipil
Pernyataan ini menarik perhatian karena beberapa bulan lalu Taliban membantai orang-orang yang tidak bersalah saat mereka mengambil alih Afghanistan.
TRIBUN-MEDAN.com - Taliban meminta Rusia dan Ukraina untuk 'menyelesaikan krisis melalui cara damai'.
Pernyataan ini menarik perhatian karena beberapa bulan lalu Taliban membantai orang-orang yang tidak bersalah saat mereka mengambil alih Afghanistan.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting ke akun Twitter resmi Taliban, yang sekarang bernama Imarah Islam Afghanistan, kelompok militan itu mengatakan bahwa mereka khawatir 'tentang kemungkinan nyata adanya korban sipil.'
Dalam surat pernyataannya, Taliban menyerukan agar dialog diadakan antara Rusia dan Ukraina dan untuk melindungi warga Afghanistan di Ukraina.
Imarah Islam Afghanistan belum diakui oleh negara mana pun sebagai pemerintah baru Afghanistan sejak pengambilalihan pada Agustus lalu.
Kementerian luar negerinya memposting 'Pernyataan tentang krisis di Ukraina' pada Jumat pagi, dan dibagikan di Twitter oleh tokoh-tokoh kunci Taliban.
"Imarah Islam Afghanistan memantau dengan cermat situasi di Ukraina dan mengungkapkan keprihatinan tentang kemungkinan nyata adanya korban sipil," kata pernyataan itu.
"Imarah Islam menyerukan kedua belah pihak agar menahan diri. Semua pihak harus berhenti mengambil posisi yang dapat meningkatkan kekerasan."
Menurut perkiraan, lebih dari 1.000 warga sipil tewas dan lebih dari 2.000 terluka ketika Taliban melancarkan serangan mereka untuk merebut Afghanistan tahun lalu.
Diperkirakan 1.500 pasukan Afghanistan tewas, sementara pemerintah Afghanistan yang sempat dipimpin Presiden Ashraf Ghani sekarang tidak berfungsi mengklaim telah membunuh hampir 10.000 gerilyawan Taliban.
Data PBB menunjukkan sebanyak 244.000 warga sipil mengungsi akibat kekacauan itu.
Dalam pernyataan itu juga disebutkan bahwa: "Imarah Islam Afghanistan, sejalan dengan kebijakan luar negerinya yang netral, menyerukan kedua belah pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan krisis melalui dialog dan cara-cara damai."
"Imarah Islam juga meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk memperhatikan menjaga kehidupan mahasiswa dan migran Afghanistan di Ukraina."
Menurut CNN, 370 warga Afghanistan meninggalkan negara asal mereka tahun lalu ke Ukraina.
Mereka sekarang menghadapi risiko terjebak dalam konflik lain, hanya beberapa bulan setelah lolos dari serangan mematikan Taliban.
Sejak pengambilalihan Taliban, ada juga laporan tentang tindakan keras yang dipimpin oleh militan terhadap warga sipil yang bekerja dengan pemerintah Afghanistan yang mendukung barat, serta pada hak asasi manusia - dan khususnya pada hak-hak perempuan. (Daily Mail)
