Laut China Selatan

INDONESIA dan Negara Tetangga Sudah Siap-siap Jika Terjadi Perang di Kawasan Indo-Pasifik

Dua pemindai radar buatan AS malah ditemukan mengapung di lepas pantai Sulawesi Selatan awal bulan ini.

Editor: AbdiTumanggor
China Military
PLA Navy latihan di Pasifik 

Namun versi yang diarahkan ke pesawat Australia, yang memiliki jarak operasi sejauh 40.000 kaki, dikenal sebagai dazzler, dirancang untuk secara sementara membuat musuh buat dan membakar sensor.

Pulau Woody di Kepulauan Paracel Laut China Selatan yang dikuasai China meski juga diklaim Vietnam dan Taiwan
Pulau Woody di Kepulauan Paracel Laut China Selatan yang dikuasai China meski juga diklaim Vietnam dan Taiwan .

Penggunaan laser dan senjata gelombang mikro tegangan tinggi hanyalah pada tahap awal perkembangan, tapi analis pertahanan Australia, Malcolm Davis, mengatakan Angkatan Laut China dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) bergerak mengembangkan laser tunggal operasional dalam perang permukaan.

Obyek silindris yang muncul di lepas pantai Pulau Selayar, Sulawesi Selatan awal Februari lalu diidentifikasi oleh pembuatnya, Geospace Technologies, saat peralatan tersegel yang membantu pemulihan pita laut seismik yang secara tidak sengaja terlepas dari dua kapal penarik.

Dimiliki perusahaan minyak negara PT Elnusa, SRD-500S "tidak digunakan untuk tujuan lain termasuk kemampuan pemetaan laut," ujar Geospace, menyangkal penilaian angkatan laut bahwa alat itu bisa dipakai untuk menyurvei suhu air, salinitas dan dipakai untuk operasi anti kapal-selam.

Akhir tahun 2020, nelayan temukan drone bawah tanah China mencurigakan di wilayah yang sama.

Membawa antena tanpa tanda pengenal, penemuan itu jadi penemuan ketiga di perairan Indonesia tahun sebelumnya, walaupun penemuan lainnya tidak diberitakan secara publik.

Selat Torres lepas Teluk Carpentaria telah selalu diawasi dengan ketat, tapi kini lebih diawasi lagi saat Australia memperhatikan batas maritim utara dan khawatir akan kehadiran China yang meningkat.

Kekhawatiran Australia terasa seperti kekhawatiran Indonesia yang memperhatikan Laut Natuna Utara.

Australia bantu Indonesia pantau pergerakan mata-mata China di bawah Laut China Selatan.
Australia bantu Indonesia pantau pergerakan China di bawah Laut China Selatan. (JENBECHWATI via TWITTER)

Australia telah memindahkan pasukan darat dan udara lebih banyak ke Wilayah Utara beberapa tahun terakhir dan akhirnya akan mengirimkan delapan Northup Grumman Global Hawks, drone jangka jauh yang mampu berpatroli sampai 30 jam lamanya.

Varian maritim MQ-4C Triton akan ditempatkan di Pangkalan Udara Tindal, 330 kilometer tenggara Darwin, rumah untuk squadron jet F/A-18 dan fasilitas dukungan perang untuk jadi tempat kunjungan pasukan AS dalam latihan rutin Teritori Utara.

Ditugaskan hanya dengan angkatan udara AS dan Korea Selatan, Hawks diharapkan bekerja berdua dengan P-8, yang beroperasi di pangkalan Edinburgh, Australia Selatan, tapi sering diluncurkan ke tempat Australia lainnya.

Kedatangan mereka yang kini ditunda sampai 2024, akan meningkatkan kemampuan RAAF melakukan misi pengintaian yang diperluas di atas Samudra Hindia dan melintasi Laut Timor dan Arafura, memisahkan rantai pulau timur Indonesia dari Australia.

Pakar pertahanan hal ini menguntungkan Jakarta, yang mana sudah dibantu Australia dengan mata-mata karena Indonesia tidak punya kemampuan mengumpulkan informasi walaupun keuntungan memiliki Zona Ekonomi Eksklusif 6,1 juta kilometer persegi.

Komponen Cadangan

Langkah pemerintah Indonesia menyiapkan Komponen Cadangan (Komcad) sejak dini sudah tepat. Sebab Komcad dapat dimobilisasi oleh negara sewaktu-waktu untuk memperbesar dan memperkuat kekuatan TNI mengingat perang bisa terjadi kapan saja.

Dikutip dari Kompas.com, sebelumnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menetapkan komponen cadangan 2021 sebanyak 3.103 orang.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved