Perang Rusia Ukraina

Tentara Rusia Menolak Perintah Atasan, Sabotase Peralatan dan Tembak Pesawat Sendiri

Sir Jeremy Fleming, kepala Government Communications Headquarters mengatakan tentara Rusia kehabisan senjata dan semangat.

twitter
Helikopter serang Rusoa KA-52 yang terkena rudal pertahanan udara Ukraina 

TRIBUN-MEDAN.com - Tentara Rusia menolak untuk mengikuti perintah dari atasan dan bahkan menembak jatuh pesawat mereka sendiri, menurut salah satu kepala intelijen Inggris.

Sir Jeremy Fleming, kepala Government Communications Headquarters mengatakan tentara Rusia kehabisan senjata dan semangat.

Hari ini, Fleming rencananya akan memberikan pidato tertutup tentang invasi Rusiaselama perjalanannya ke Australia.

Sir Fleming akan memberi tahu hadirin di Australian National University bahwa pihaknya telah melihat tentara Rusia yang kekurangan senjata dan moral menolak untuk melaksanakan perintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan bahkan secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mereka sendiri.

“Kami percaya penasihat Putin takut untuk mengatakan yang sebenarnya," katanya seperti dikutip Daily Star, Kamis (31/3/2022), dari salinan naskah pidato.

“Itu semua menambah kesalahan perhitungan strategis yang diperingatkan oleh para pemimpin Barat kepada Putin. Ini menjadi perang pribadinya, dengan biaya yang harus dibayar oleh orang-orang yang tidak bersalah di Ukraina dan oleh orang-orang Rusia biasa juga.”

Dia juga memperingatkan bahwa penyerang cyber Rusia akan "mencari target" di negara-negara yang menentang tindakan Putin.

Salinan awal pidato selanjutnya menuturkan tentang bagaimana penasihat utama Putin terlalu takut untuk mengatakan kondisi rill di Ukraina.

Catatan terakhir adalah bahwa Wagner, sebuah perusahaan militer swasta yang diduga memiliki hubungan dengan Kremlin, dapat digunakan oleh Putin sebagai “makanan meriam” saat dia mati-matian berusaha menyelamatkan invasinya.

Sir Fleming akan mengatakan: "Baru-baru ini, kami telah melihat bahwa Wagner tampaknya akan meningkatkan serangan.

“Mereka sedang mempertimbangkan untuk memindahkan pasukan dari konflik lain dan merekrut pejuang baru untuk meningkatkan jumlah. Para prajurit ini kemungkinan akan digunakan sebagai umpan meriam untuk mencoba membatasi kerugian militer Rusia.” (Daily Star)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved