Rusia vs Ukraina
Rusia Telah Rebut 42 Kota dan Desa di Wilayah Timur Ukraina, Kini Ingin Menguasai Wilayah Selatan
Kremlin pada Rabu (20/4/2022), bakal mempersiapkan penggunaan sistem rudal balistik interkontinental (ICBM) Sarmat yang bisa digunakan untuk nuklir.
Pada Jumat lalu, Komandan Distrik Militer Pusat Rusia, Mayor Jenderal Rustam Minnekaev, menuturkan negaranya juga ingin menguasai seluruh wilayah Ukraina selatan. Menurutnya, kontrol atas wilayah selatan Ukraina akan memberi pasukan Rusia keleluasaan akses menuju Transnistria, sebuah negara bagian di Moldova yang selama ini dikuasai separatis pro-Rusia. Transnistria telah menjadi rumah kontingen pasukan Rusia sejak awal 1990-an.
"Sejak awal fase kedua operasi khusus, yang dimulai secara harfiah dua hari lalu, salah satu tugas tentara Rusia adalah memastikan kendali penuh atas Donbas dan Ukraina selatan. Ini akan menyediakan koridor darat ke Crimea," kata Minnekaev dalam pertemuan umum tahunan Persatuan Perusahaan Industri Pertahanan di Sverdiovsk menurut laporan kantor berita Rusia,TASS.
Peringatan keras kepada Putin
Di sisi lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky memberikan peringatan keras kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Peringatan tersebut terkait dengan keselamatan pasukan atau pembela Ukraina terakhir yang bertahan di Pabrik Baja, Mariupol.
Diberitakan sebelumnya, hingga saat ini beberapa pasukan atau pembela Ukraina masih bertahan di Pabrik Baja Azovstal tersebut. Dilaporkan mereka di tengah-tengah kepungan serta serangan Rusia yang intens.
Zelensky pun mengancam jika pasukan Rusia membunuh salah satu tentara terakhir yang mempertahankan pabrik baja Mariupol, maka Zelenzky akan menutup pintu damai dengan Rusia. Ukraina akan meninggalkan pembicaraan damai dengan Moskow. Presiden Ukraina juga mengatakan bahwa negaranya akan menarik diri dari pembicaraan damai jika Rusia mengadakan referendum kemerdekaan di Kota Kherson yang diduduki.
Seperti yang diketahui Mariupol satu di antara kota yang penting secara strategis di Ukraina, telah dihancurkan oleh Rusia selama berminggu-minggu, dikutip dari The Sun.
Para pejabat mengatakan evakuasi warga yang telah direncanakan terpaksa dihentikan lantaran penembakan yang intens di kota tersebut.
Pasukan Ukraina yang Terkepung di Pabrik Baja: Kami Terluka, Tewas, dan Kami Simpan Mayat Pejuang
Seorang pembela Ukraina, Svyatoslav Palamar, baru-baru ini mengungkapkan kesaksiannya terkait pabrik baja Azovstal yang terkepung oleh pasukan Rusia. Diketahui dalam pabrik tersebut, banyak pasukan Ukraina bersembunyi, pabrik pun sebagian besar hancur dan warga sipil terperangkap di bawah bangunan yang runtuh.
Svyatoslav Palamar dari resimen Azov tersebut juga mengatakan para pembela telah menangkis gelombang serangan Rusia. "Saya selalu mengatakan bahwa selama kita di sini, Mariupol tetap di bawah kendali Ukraina," katanya.
Seperti diketahui, sebagian besar Mariupol telah hancur dalam beberapa minggu, akibat pengeboman berat Rusia dan pertempuran jalanan yang intens.
Pengambilalihan pelabuhan Laut Azov adalah tujuan utama perang Rusia dan akan melepaskan lebih banyak pasukan untuk bergabung dalam serangan Rusia di wilayah Donbas timur.
Palamar mengatakan, Rusia telah menembaki pabrik baja dari kapal perang dan menjatuhkan bom penghancur bunker di atasnya, dikutip dari BBC. "Semua bangunan di wilayah Azovstal praktis hancur. Mereka menjatuhkan bom berat, bom penghancur bunker yang menyebabkan kehancuran besar."
"Kami telah terluka dan ada tewas di dalam bunker. Beberapa warga sipil tetap terperangkap di bawah bangunan yang runtuh," kata Kapten Palamar.
Resimen Azov awalnya adalah kelompok neo-Nazi sayap kanan yang kemudian dimasukkan ke dalam Garda Nasional Ukraina. Para pejuangnya bersama dengan brigade Marinir, penjaga perbatasan dan petugas polisi adalah pembela Ukraina terakhir yang tersisa di kota.