Sejarah Nyai Gundik
Kisah Pilu Para Nyai di Masa Penjajahan Belanda, Kemaluannya Dilumuri Cabai Jika Lebih Memilih Cinta
Gundik sendiri bisa disebut juga istri tak resmi, perempuan simpanan, atau perempuan yang difungsikan sebagai pelepasan nafsu birahi.
Terbatasnya perempuan Eropa yang ada saat itu membuat para pegawai VOC dan penduduk laki-laki Eropa terpaksa mencari pasangan dari perempuan-perempuan lokal (pribumi) yang tidak hanya mengurus rumah tangga tapi juga tidur dengannya. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai Nyai.
Pergundikan tentu saja tidak `direstui' oleh pemerintah Hindia Belanda, sehingga tidak banyak dokumen yang menceritakan masalah ini.
Meski begitu, pergundikan tetap bertahan kuat selama masa Kolonial.
Kisah Tragis Para Nyai Era Belanda Jadi Inspirasi Film
Kisah para 'Nyai' mungkin ditutup-tutupi setengah mati oleh VOC agar kisahnya tidak sampai ke negeri asal mereka, Belanda.
Tetapi, di Indonesia, beberapa sosok Nyai bahkan menjadi kisah abadi yang kerap menginspirasi cerita atau bahkan film.
Sebut saja sosok Nyai Dasima dan Mariam atau yang lebih dikenal dengan Si Manis Jembatan Ancol.
Kisah mereka menjadi menjadi inspirasi film 'Si Manis Jembatan Ancol' yang rilis pada 1993.
Kisah Nyai Dasima, merupakan sebuah kisah populer di kalangan warga Betawi.
Diceritakan bahwa dia adalah perempuan asal Ciseeng, Bogor, yang hidup di antara tahun 1805-1830 dan menjadi gundik meneer Edward William.
Perjalanan hidup dan cinta Dasima pun direkam dalam buku yang ditulis oleh SM Ardan.
Edward ternyata hanya memerlukan Dasima di kamar saja, maka ketika kemudian muncul seorang pria, Samiun, yang bersedia menikahinya, Dasima pun meninggalkan Edward.
Namun, Samiun juga ternyata hanya ingin menggerogoti harta Dasima. Nyawa Dasima habis di tangan Bang Puasa atas perintah Samiun. Kemudian mayatnya ditemukan di sekitar kali di Kwitang.
Serupa dengan kisah tragis Nyai Dasima, adalah kisah Nyai Mariam.
Menurut cerita, dia adalah gundik sinyo Belanda, John.