Waisak 2022
RENUNGAN WAISAK 2022: Merenungkan Kembali Kelahiran Maha Bodhisatwa Siddhartha ke Bumi
Hari Waisak kembali datang, hari yang dinanti Umat Buddha sedunia. Hari Waisak merupakan hari suci bagi Agama Buddha yang akan jatuh pada 16 Mei 2022
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Hari Waisak kembali datang, hari yang dinanti Umat Buddha sedunia.
Hari Waisak merupakan hari suci bagi Agama Buddha yang akan jatuh pada 16 Mei 2022.
Berikut renungan Waisak yang disusun oleh Sangha Agung Indonesia (SANGHA AGUNG INDONESIA)
tentang Pesan Waisak 2566 TB / 2022.
Namo Sanghyang Ādi Buddhāya
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsaṃbuddhassa
Namo Sarve Bodhisattvāya Mahāsattāya
DALAM CINTA KASIH, SEMUA BERSAUDARA
Purnama nan indah di kala Waisaka, purnama suci yang tiada taranya, purnama
yang senantiasa didambakan oleh para dewa dan manusia. Saat ini, kita kembali
memperingati Trisuci Waisak 2566 TB/ 2022.
Bersama-sama kita mensyukuri dan
merenungkan kembali kelahiran Maha Bodhisatwa Siddhartha ke bumi ini, Pencapaian pencerahan sempurna Samana Gotama menjadi Buddha Sakyamuni, dan
Mahaparinirwana Buddha Sakyamuni.
Ketiga peristiwa ini merupakan berkah termulia bagi umat manusia.
Kelahiran bodhisatwa ke bumi ini merupakan bentuk cinta kasih Beliau kepada umat manusia yang diliputi kegelapan batin; usaha beliau dalam mencari obat mengakhiri penderitaan hingga terealisasinya Pencerahan Agung sebagai Buddha adalah wujud cinta
kasih tanpa bandingannya yang menjadikan teladan bagi kita bahwa sebagai manusia kita
dapat seperti beliau merealisasi ke-Buddha-an untuk terbebas dari penderitaan atau duka; Mahaparinirwana Buddha menunjukkan kepada kita sebagai manusia tidak luput dari hukum ketidakkekalan, namun karena cinta kasih yang luar biasa, Beliau telah mewariskan ajaran nan agung bagi kita sebagai jalan merealisasi kebahagiaan yang hakiki
(nirwana).
Tiga peristiwa suci nan penuh kasih ini kembali kita kenang yang menjadikan
semangat bagi kita semua dalam mengembangkan cinta kasih kepada sesama.
Meneladani cinta kasih dari Buddha, selayaknya kita bersama juga
mengembangkan cinta kasih yang tiada batasnya melalui pikiran, ucapan, maupun
perilaku jasmani. Dengan pikiran yang terkendali, tidak mengucapkan kata-kata jahat, memperlakukan orang lain dengan penuh cinta kasih, menyelubungi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih yang berlimpah, yang luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan, dan tanpa permusuhan (M.I.127).
Cinta kasih merupakan wujud nyata
bahwa agama Buddha menjunjung tinggi nilai pluralisme dan toleransi pada sesama
manusia. Dalam Karaniyametta Sutta (Sn.149), Buddha bersabda, “Bagaikan seorang ibu
mempertaruhkan jiwanya melindungi anaknya yang tunggal, demikianlah terhadap semua makhluk dipancarkannya pikiran cinta kasih tanpa batas.”
Beliau mengajarkan kita untuk melihat semua orang adalah teman dan saudara, bahkan harus memandang mereka
seperti kerabat terdekat kita sendiri.
Sama halnya seperti diri kita sendiri, mereka mendambakan kebahagiaan dan tidak menginginkan penderitaan. Demikianlah
selayaknya sebagai saudara, kita seharusnya tidak merebut kebahagiaan mereka dengan menyakiti dan membenci mereka.
Cinta kasih yang kita pancarkan hendaklah seperti matahari yang memancarkan
sinar dan sorotan cahayanya ke seluruh penjuru semesta tanpa batas, tidak memilih atau mengharapkan imbalan apa pun, demikianlah hendaknya cinta kasih kita pancarkan.
Demikian seyogianya kita dapat mempraktikkan semangat ini kepada semua orang dengan tidak mendiskriminasi karena mereka berbeda dengan kita dalam hal suku, agama, ras, strata sosial, golongan, gender, politik, bahkan kebangsaan. Semangat untuk mewujudkan moderasi beragama yang berazaskan kebhinnekaan.