Janggal Gelagat Eril Sebelum Hilang di Swiss, Pengakuan Asisten Pribadi: Gak Seperti Hari Biasa

Pria berkacamata itu sampai tak percaya bahwa Eril, panggilan karib Emmeril hingga kini keberadaannya masih misteri.

Instagram
Emmeril Khan Mumtadz alias Eril putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 

"Waktu dia ( Eril) mau berangkat, agak aneh, enggak seperti hari-hari biasa. Pas mau berangkat kan dia ke Pakuan dulu, pas turun dari mobil, dia bawa sendiri, jalannya nunduk. Pas saya tanya 'A Eril mau pergi ? Pergi ke mana ?'. Dia ( Eril) enggak jawab. Terus (tanya lagi) 'berapa lama perginya ?'. Dia enggak jawab," ungkap Hendar Zaehanan.

Bukan hanya itu, sikap tak biasa Eril berlanjut ketika ia tengah membereskan pakaiannya.

Diakui Hendar Zaehanan, Eril biasanya meminta bantuannya untuk packing pakaian.

Namun sebelum pergi ke Swiss, Eril justru merapihkan sendiri pakaiannya.

"Biasanya dia ( Eril) suka minta bantuin (bawa beresin barang). Kemarin enggak. Dia beresin sendiri. Dia bawa koper dari atas ke bawah, koper segitu gedenya, dia bawa sendiri," kata Hendar Zaehanan.

Selain itu, Hendar Zaehanan juga menyebut Eril tampak diam sebelum pergi ke Swiss.

Padahal biasanya Eril ramah dan sering menyapa Hendar Zaehanan selaku pekerjanya.

"Dari pagi sampai sore dia di atas terus, enggak bercakap. Biasanya suka (menyapa) 'Aa Endar', suka manggil, nanya, kemarin enggak," ucap Hendar Zaehanan.

Mengenang sosok Eril, Hendar Zaehanan menahan tangis.

Sosok Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril, putra Ridwan Kamil yang hilang di Sungai Aare, Bern, Swiss
Sosok Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril, putra Ridwan Kamil yang hilang di Sungai Aare, Bern, Swiss (kolase Instagram)

Mengenal Eril sejak usianya 8 tahun, Hendar Zaehanan menyebut putra Ridwan Kamil adalah sosok yang cerdas lagi mandiri.

"Dia orangnya sangat mandiri dari kecil. Kalau habis tidur, dia selalu beresin kamar sendiri, jadi enggak tergantung ke pekerja. Walaupun saya tugasnya membantuk, tapi dia beres-beres juga. Dia enggak pernah menganggap yang kerja itu sebagai pekerja. Dia menganggap pekerja itu seperti keluarga," akui Hendar Zaehanan.

Pilu mengingat nasib Eril yang belum diketahui, mata Hendar Zaehanan berkaca-kaca.

"Saya kalau naik ke atas, ke kamar, suka meneteskan air mata, karena teringat, sepi, ingat beliau. Ada berita di tv, suka nangis," imbuh Hendar Zaehanan.

Tak bisa berbuat banyak, Hendar Zaehanan hanya bisa mendoakan Eril.

Ia juga meminta agar khalayak turut mendoakan Eril.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved