Berita Deliserdang Terkini

SEKELOMPOK Pelajar Ikut Geng Motor Garuda Hitam dan Bikin Onar, Ini Respons Dinas Pendidikan

Sekretaris Dinas Pendidikan Deliserdang, Yusnaldi menegaskan kalau anak yang terlibat atau tergabung dalam kelompok geng motor tidak akan dipecat.

Penulis: Indra Gunawan | Editor: Randy P.F Hutagaol
HO
Kelompok Geng Motor Garuda Hitam berfoto bersama dengan menunjukkan senjata tajam.     

TRIBUN-MEDAN.com, DELISERDANG- Kelompok geng motor Garuda Hitam yang ada di Lubukpakam Kabupaten Deliserdang terus menjadi sorotan.

Apalagi baru-baru ini, geng motor Garuda Hitam membuat onar dan berani menunjukkan diri dengan berfoto bersama memakai senjata tajam.

Stadion Baharoeddin Siregar tampak dicoret dengan bacaan Garuda Hitam yang merupakan kelompok geng motor yang sempat berbuat kriminal Kamis, (2/5/2022).
Stadion Baharoeddin Siregar tampak dicoret dengan bacaan Garuda Hitam yang merupakan kelompok geng motor yang sempat berbuat kriminal Kamis, (2/5/2022). (TRIBUN MEDAN/INDRA GUNAWAN)

Setelah membuat onar dan melakukan pengrusakan di salah satu cafe di kawasan Kecamatan Galang, aksi tak patut berikutnya mencoret-coret dinding Stadion Baharoeddin Lubukpakam, Deliserdang.

Mereka mencoret dinding stadion dengan tulisan Garuda Hitam (GH).

HA (14) salah satu anggota geng motor Garuda Hitam yang sempat ditangkap Polresta Deliserdang sebelumnya sempat mengakui kalau stadion Baharoeddin Siregar ini sering mereka jadikan tempat berkumpul khususnya pada malam Minggu.

Siswa kelas IX SMP Negeri di salah satu Kecamatan Lubukpakam ini mengaku sebelum melakukan penyerangan ke cafe yang ada di Galang pada Sabtu, (28/5/2022) malam, mereka terlebih dahulu berkumpul di stadion.

Ia mengaku pada saat itu posisinya hanya ikut-ikutan.

"Saya dibonceng kawan ajanya waktu itu. Pertama duduk-duduk di stadion baru kemudian ke Galang," ucap HA.

Anak bawah umur yang tinggal di Kecamatan Beringin ini sempat menjelaskan mengenai luka yang ada di bagian betisnya.

Ia mengaku belum pernah berbuat pidana karena dirinya juga sebenarnya ingin bercita-cita sebagai seorang polisi.

"Luka ini karena kena knalpot. Sepeda motor kawan knalpotnya panas jadi sempat kena betis beberapa bulan lalu," kata HA.

9 anggota geng motor yang jadi pelaku pengerusakan sudah diamankan oleh Polresta Deliserdang.

8 dari 9 anggota motor adalah anak-anak di bawah umur dan masih berstatus sebagai pelajar.

Nnamun pada saat ini jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Deliserdang belum melakukan tindaklanjut untuk mencegah agar anak didik tidak kembali tergabung dalam kelompok kriminal.

Walaupun banyak masyarakat yang telah resah dengan keberadaan mereka yang telah dengan berani menunjukkan kelompok gengnya di media sosial, namun belum ada strategi dari dinas pendidikan untuk melalukan pencegahan.

"Saya belum tau beritanya. Belum ada yang menyampaikan ke saya. Belum ada pembahasan karena kebetulan saya juga baru masuk karena kemarin sempat izin. Anggota saya juga belum ada melapor. Udah ditangani Polresta ya?. Dari sekolah mana saja mereka?," ucap Kabid SMP Dinas Pendidikan Deliserdang, Amy Sinambela Kamis, (2/6/2022).

Sekretaris Dinas Pendidikan Deliserdang, Yusnaldi menegaskan kalau anak yang terlibat atau tergabung dalam kelompok geng motor tidak akan dipecat dari sekolah.

"Anak-anak inikan anak kita juga. Anak yang baru tumbuh. Kalau anak yang bermasalah, penyelesaiannya tidak diberhentikan dari sekolah, tetapi diberikan pembinaan dan pendampingan. Tujuannya supaya bagaimana dia bisa berubah tidak melakukan lagi hal-hal yang begitu. Kalau kita main pecat saja tidak akan selesai juga itu masalah. Belum tentu juga dia akan lebih baik-karena jangan-jangan dia bisa bertambah jahat," kata Yusnaldi.

Ia menyebut pihaknya akan mencari data berapa anak yang sebenarnya tergabung dalam kelompok geng motor dan berkasus di kepolisian.

Apabila masih berstatus pelajar SMP mereka juga mempunyai peran untuk melakukan pembinaan tapi apabila sudah SMA tidak lagi karena hal tersebut dinaungi oleh Dinas Pendidikan Provinsi.

"Sedang dibicarakan dan dikordinasikan sama bidang terkait supaya tidak terulang lagi. Sanksi yang tepat sedang dibicarakan juga sebenarnya. Kan harus ada juga upaya yang dilakukan supaya jangan terulang lagi. Apakah pola pendampingan yang mau dibuat atau kita berdayakan guru BK (Bimbingan dan Konseling) dan mau dibuat melalui sosialisasi atau dengan surat edaran. Kita bukan terlalu hati-hati, tapi kita mau tetap menegakkan disiplin yang positif untuk anak anak," kata Yusnaldi.

(dra/tribun-medan.com).

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved