Wakapolres Samosir Hina Pastor
Pemuda Katolik Samosir Kecam Tindakan Wakapolres Samosir yang Menghina Pastor Paroki Tomok
Seorang perwira polisi, Kompol Togap M. Lumbantobing yang menjabat sebagai Wakapolres Samosir melakukan tindakan yang sangat melukai hati umat Katolik
Penulis: AbdiTumanggor |
TRIBUN-MEDAN.COM - Seorang perwira polisi, Kompol Togap M. Lumbantobing yang menjabat sebagai Wakapolres Samosir melakukan tindakan yang sangat melukai hati masyarakat samosir, khususnya umat Katolik.
Sat itu Kompol Togap M. Lumbantobing menghina, membentak, dan mempermalukan rohaniawan Katolik, Pastor Sabat Nababan yang hendak melintas untuk melayani umat yang membutuhkan sakramen pengurapan orang sakit.
Saat itu Pastor Sabat Nababan sudah menjelaskan bahwa dia adalah pastor, dan sedang buru-buru. Namun Kompol Togap M. Lumbantobing malah menyebut Sabat Nababan adalah pastor gadungan.
Padahal Sabat Nababan adalah pastor paroki yang membawahi banyak gereja Katolik di Samosir.
Masyarakat yang saat itu ada di lokasi pun banyak bersedih melihat pastor yang sangat mereka hormati dibentak-bentak polisi. Apalagi polisi tersebut adalah pejabat yang harusnya menjaga kehormatan tokoh tersebut.
Pemuda Katolik Samosir pun mengaku kecewa dengan tindakan Wakapolres tersebut, dan meminta supaya lembaga kepolisian bertindak atas perbuatan yang melukai hati umat Katolik tersebut.
"Tidaklah wajar seorang pejabat penegak hukum menyampaikan hal tidak terpuji kepada tokoh agama yang dihormati dalam agama Katolik yang melontarkan kata-kata tak pantas dengan mengatakan “pastor gadungan," ujar Ketua Pemuda Katolik Samosir, Lumban Simare-mare, kepada Tibun Medan, Minggu (19/6/2022).
Menurut Lumban Simare-mare, sebagai seorang Wakapolres dia harus menjaga ketentraman bukan justru bikin gaduh.
“Saya benar-benar tak habis pikir, seorang Wakapolres mengatakan “pastor gadungan.” Baru kali ini saya mengetahui ada makian sekasar itu. Saya nyatakan sebagai umat Katolik, saya tersinggung, dan Wakapolres tidak cukup hanya minta maaf kepada Pastor, tetapi juga harus minta maaf pada umat Katolik,” kata Lumban Simaremare.
Hal ini, menurut Lumban sudah disampaikan ke Dewan Pimpinan Daerah Pemuda Katolik Sumatera Utara juga Dewan Pimpinan Pusat di Jakarta.
Dicky Ricardo Gultom, Tokoh Muda Katolik Kabupaten Samosir juga menyampaikan rasa kekesalannya. Ia berharap kejadian seperti ini tidak terulang pada Pastor atau pada pemuka agama.
Kata Dicky Polres Samosir belum bisa mewujudkan program visi Kapolri yang menginginkan wujud presisi Polri yang prediktif, responsibilitas, transparasi, dan berkeadilan membuat pelayanan dari kepolisian lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat.
Ia juga mengaku kecewa karena seorang pejabat di Polres Samosir tidak mengenal pemimpin agama di daerah yang ingin diamankannya.
“Secara pribadi saya memaafkan itikat baik yang di sampaikan melalui permintaan maaf atas ucapannya yang menyebutkan pastor gadungan. Tetapi sebagai umat yang dipimpin oleh pastor, saya dan umat lainnya merasa tidak nyaman dan sangat mengecam tindakan yang dilakukan oleh oknum pejabat polres tersebut,” kata Dicky.
(tum/tribun-medan.com)
