Polres Tapteng
Pj Bupati Tapteng Pimpin Apel Pencegahan dan Penanganan Bencana Karhutla di Polres Tapteng
Pelaksana Jabatan Bupati Tapteng, Yetty Sembiring memimpin apel dalam mempersiapkan pencegahan, sekaligus penanganan bencana alam, Kebakaran Hutan
Pj Bupati Tapteng Pimpin Apel Pencegahan dan Penanganan Bencana Karhutla di Polres Tapteng
TRIBUN-MEDAN.com, TAPTENG - Pelaksana Jabatan Bupati Tapteng, Yetty Sembiring memimpin apel dalam mempersiapkan pencegahan, sekaligus penanganan bencana alam, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Mapolres Tapteng, Jumat (12/8/2022).
Dalam kegiatan itu, Yetty menyampaikan, upaya penanganan bencana alam, terkhusus kebakaran hutan maupun lahan menjadi kasus yang tertinggi di wilayah tersebut, mengingat daerah yang didominasi hutan dan lahan-lahan milik warga. Karena itu, pencegahan yang lebih intensif diharapkan mampu mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan, sebab memiliki beberapa faktor kesengajaan.
"Saya menyadari bahwa upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan ini bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor penyebab kebakaran hutan di Indonesia, diantaranya yaitu faktor alam dan faktor manusia, baik yang dilakukan dengan sengaja, kelalaian ataupun karena motif ekonomi seperti untuk membuka lahan," terang Yetty.
Tak sampai di situ, Yetty menjelaskan, data persemester di tahun 2022 menunjukan ada 206 titik api, serta 156 kasus kebakaran hutan yang terjadi di Sumut. Hal itu mengalami peningkatan sebanyak 36 titik api jika melihat kembali data dari persemester tahun 2021 lalu.
"Berdasarkan data yang ada, pada semester I tahun 2022 telah terdapat 206 hotspot dan 156 kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Utara. Hal tersebut mengalami peningkatan sejumlah 36 titik bila dibandingkan dengan semester I tahun 2021," jelas Yetty.
Menurut data, lanjut Yetty, Kabupaten Tapanuli Utara yang diprediksi sangat rentan untuk terjadinya kebakaran hutan, sebab terhitung kemunculan hotspot sejumlah 37 titik. Disusul Tapteng yang memiliki 23 titik.
"Adapun wilayah dengan hotspot terbanyak pada periode Januari-Juli 2022 antara lain Kabupaten Tapanuli Utara 37 titik, Kabupaten Tapanuli Tengah 23 titik, Kabupaten Labuhanbatu 20 titik, Kabupaten Toba 18 titik dan Kabupaten Tapanuli Selatan 5 titik," ungkapnya.
Berdasarkan data yang telah diungkapkan itu, Yetty menganggap serius hal ini. Ia menganjurkan satgas agar mengedepankan upaya pencegahan, serta mensosialisasikan dampak karhutla kepada masyarakat. Selain itu, dalam upaya mencegah, Yetty ingin diaktifkan posko terpadu sebagai sarana bertukar informasi terkait bencana alam, sekaligus menjadi wadah untuk mengorganisir upaya pencegahan ataupun penanganan bencana agar lebih bersinergi.
Meski begitu, di beberapa areal yang sulit dijangkau akan menyulitkan penanganan bencana jika hal itu terjadi. Maka dari itu, Yetty berpesan agar memanfaatkan teknologi pendukung dalam melakukan pemetaan dan pemantauan areal yang dianggap rawan bencana.
"Prioritaskan upaya pencegahan karhutla melalui pemberian sosialisasi dan edukasi secara terus menerus kepada masyarakat, dengan pemberdayaan Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Kepala Desa serta pelibatan para tokoh masyarakat," sebut Yetty.
Di akhir, pencegahan secara manual yang melibatkan masyarakat harusnya lebih digencarkan. Sebab jika terjadi eror pada teknologi pemetaan, opsi pencegahan secara manual dinilai akan efektif.
"Lakukan patroli secara rutin untuk mengecek sarana prasarana penanggulangan karhutla seperti embung air, kanal air, selang dan pompa air serta lain sebagainya," pungkas Yetty.
(akb/tribun-medan.com)
