Bocah Korban Rudapaksa
Diduga Ada Intimidasi, Kuasa Hukum Bocah 12 Tahun yang Dirudapaksa Terinfeksi HIV Mengadu ke LPSK
Kuasa hukum bocah 12 tahun yang terpapar HIV melapor ke LPSK meminta perlindungan karena merasa ada intimidasi
Diungkapkannya, dalam kasus tersebut ada tiga orang yang diduga sebagai pelaku yang dilaporkan ke polisi.
Ketiganya yakni, berinisial L, A, dan B. Dua diantaranya merupakan keluarga korban.
"Pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh tiga dan empat orang, sejauh yang kami dengar dari klien kami, itu ada hubungan keluarga dan ada juga orang lain yang bukan hubungan keluarga, pacar ibu korban inisial B," katanya.
Arlius juga meminta kepada LPSK dengan adanya laporan ini bisa bertindak berdasarkan peran dan kewenangannya.
"Tindakan yang kita lakukan setelah ini mungkin salah satunya koordinasi dengan penyidik," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan pihaknya juga akan melaporkan peristiwa ini kepada Komnas HAM dan KPAI dalam waktu dekat ini.
"Kita akan juga akan membuat permohonan kepada Komnas HAM dan KPAI. Jadi inikan ada step by step mungkin untuk hari ini di LPSK besok atau lusa di Komnas HAM dan KPAI," ujarnya.
Diungkapkannya, sejauh ini kendala yang mereka hadapi adalah pihak yayasan yang menampung korban menutup akses pihaknya untuk berjumpa dengan korban.
"Kendala kita contohnya kita tanya posisi korban, mereka (pihak yayasan) tidak memberitahu kan. Biasanya kalau bertemu jumpa tengah tidak bisa langsung jumpa, kita juga tidak tahu mungkin ini salah satu SOP karena ini kan penyakit menular," katanya.
Sebelumnya, Kisah memilukan datang dari JS, bocah perempuan berusia 12 tahun, yang positif terpapar HIV/AIDS dan diduga dijual ke acek-acek (laki-laki tua) di Kota Medan.
Menurut informasi, bocah perempuan berusia 12 tahun ini tidak hanya dijual ke acek-acek saja, tapi juga diduga jadi korban pelecehan adik dari neneknya sendiri.
Saat ini, JA mendapatkan perhatian khusus dan perawatan dari Perhimpunan Tionghoa Demokrat Indonesia (PERTIDI) dan Yayasan Peduli Anak Terdampak HIV.
Dari cerita yang didapat Tribun-medan.com, JA kecil mulanya tinggal berdua bersama sang ibu.
Sebagai orangtua tunggal, sang ibu bekerja banting tulang untuk menghidupi JA.
Lama hidup sendiri, sang ibu kemudian pacaran dengan laki-laki baru.