Pakaian Adat Suku Batak
DERETAN Pakaian Adat Suku Batak, Berikut Ciri dan Perbedaannya
Biasanya kain ulos menjadi ciri khas pakaian Adat Suku Batak untuk baju tradisional Sumatera Utara secara keseluruhan.
Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com.MEDAN – Pakaian Adat Suku Batak adalah kostum yang mengekspresikan identitas, yang biasanya dikaitkan dengan wilayah geografis atau periode waktu dalam sejarah.
Pakaian Adat Suku Batak juga dapat menunjukkan status sosial, perkawinan, atau agama.
Biasanya kain ulos menjadi ciri khas pakaian Adat Suku Batak untuk baju tradisional Sumatera Utara secara keseluruhan.
Berikut Beberapa Pakain adat Suku Batak.
Baca juga: SINAMOT atau Uang Mahar, Berikut Tradisi Pernikahan yang Ada di Suku Batak
Pakaian Adat Suku Karo

Suku Karo memiliki kain khusus yang terbuat dari pintalan kipas yang disebut Uis Gara.
Uis Gara artinya kain merah, karena dalam pembuatannya menggunakan benang merah.
Warna dasar merah pada Uis Gara ini dipadukan dengan warna benang lainnya, seperti emas dan perak.
Meski Uis Gara didominasi dengan warna merah, tetapi ada juga yang berwarna hitam dan putih.
Suku Karo kerap mengenakan Uis Gara dalam kegiatan sehari-hari serta untuk upacara adat resmi.
Pakaian Adat Batak Toba

Pakaian adat Batak Toba terbuat dari kain ulos. Bagi orang-orang Batak Toba, ulos memiliki arti khusus. Jenisnya pun ada banyak, sesuai dengan maknanya masing-masing.
Misalnya saja, ulos ragi hotang digunakan untuk pesta sukacita, ulos simbolang dikenakan saat berduka, dan banyak jenis lainnya.
Kain Ulos ditenun secara manual dengan bantuan peralatan tenun tradisional. Bahan dasarnya adalah benang sutra.
Suku Batak Toba umumnya menggunakan benang berwarna hitam, putih, merah, emas, dan perak untuk kain Ulos.
Pakaian Adat Batak Angkola

Nama Suku Batak Angkola konon merupakan nama dari sungai batang angkola.
Mengingat suku satu ini masih jadi bagian dari Suku Batak, maka pakaian adat Batak Angkola juga tak jauh-jauh dari penggunaan kain ulos sebagai pakaian adat Batak Toba.
Pakaian adat Batak Angkola hampir mirip dengan busana Adat Mandailing.
Untuk pria memakai penutup kepala disebut ampu.
Ampu memiliki bentuk khas, dan merupakan mahkota yang biasanya digunakan raja-raja di Mandailing dan Angkola pada masa lalu.
Warna hitam ampu mengandung fungsi magis, sedangkan warna emas mengandung lambang kebesaran.
Sementara untuk wanita, memakai hiasan kepala berupa bulang berwarna emas.
Pakaian Adat Batak Simalungun

Kain Ulos juga digunakan masyarakat Batak Simalungun sebagai pakaian adat mereka.
Namun, Penyebutan kain ulos di daerah ini adalah kain hiou.
Pakaian adat Simalungun ini hampir menyerupai Batak Toba, hiasan kepala pada kaum laki-laki lebih tinggi dan lancip pada pakaian adat Batak Simalungun.
Warnanya juga lebih banyak didominasi merah dan kuning emas.
Pakaian Adat Nias

Karena letaknya terpisah, suku Nias memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda dengan suku Batak.
Begitu pula dengan pakaian adatnya yang juga berbeda.
Pakaian adat Sumatera Utara khas Nias disebut baru oholu untuk pakaian pria, dan baru ladari untuk pakaian wanita.
Mengutip Museum Nias, dulunya orang-orang Nias membuat pakaian dari kulit pohon atau menenun serat-serat dari kulit pohon atau rumput.
Pakaian laki-laki berupa rompi berwarna coklat atau hitam, dan dihiasi ornamen kuning, merah dan hitam. Sementra pakaian wanita berupa selembar kain yang melilit pinggang dan tanpa baju.
Saat akses mendapatkan kain semakin mudah, orang-orang Nias pun membuat baju dengan bahan-bahan baru, dengan didominasi oleh warna merah dan kuning.
Sebagai pelengkap, digunakan aksesoris seperti anting dan mahkota seperti ikat kepala.
Khusus untuk pengantin perempuan, busananya berbentuk jubah hitam yang berhiaskan motif binatang dan terbuat dari beludru merah.
Sementara pengantin pria mengenakan celana hitam selutut, baju kuning berpotongan serong dari beludru yang diberi ornamen berwarna merah, kuning di bagian depan, separuh leher dan lengan.
Selendang warna kuning dililitkan di pinggang.
Pakaian Adat Batak Mandailing

Pakaian adat Batak Mandailing juga hampir serupa dengan Batak Toba yaitu menggunakan kain ulos.
Perbedaan yang paling terlihat ada pada kain ulos yang dililitkan pada bagian tengah badan, juga pada hiasan kepala pada pria dan wanita.
Hiasan kepala pria Batak Mandailing memiliki bentuk khas dan berwarna hitam yang disebut ampu.
Sementara untuk wanita hiasan kepala disebut bulang yang diikatkan ke kening.
Bulang tersebut terbuat dari emas, tetapi sekarang sudah banyak yang terbuat dari logam dengan sepuhan emas.
Bulang mengandung makna sebagai lambang kebesaran atau kemuliaan sekaligus sebagai simbol dari struktur masyarakat.
Pakaian Adat Batak Pakpak
Pakaian adat Batak Pakpak disebut baju merapi-api, dengan didominasi warna hitam.
Berbahan dasar katun, dan dikenakan dengan oles atau tenunan khas Pakpak.
Pada laki-laki Batak Pakpak, baju merapi-api menyerupai pakaian model Melayu dengan leher bulat dan dihiasi dengan manik-manik atau api-api.
Sementara untuk bagian bawah, berupa celana hitam yang dibalut dengan sarung yang disebut oles sidosdos, dengan ujung terbuka di depan.
Baju merapi-api pada perempuan juga berwarna hitam dengan model leher segitiga dan dihiasi dengan api-api.
Bagian bawah berupa sarung atau oles perdabaitak yang dililit pada pinggang secara melingkar.
Ketika mengenakan pakaian adat Pakpak, pria dan wanita juga memakai aksesoris tambahan, berupa penutup kepala, kalung dan aksesoris lainnya.
(cr30/tribun-medan.com)