Tragedi Kerusuhan Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan Makan Korban Ratusan Nyawa, 6 Orang kini Tersangka, Terungkap Peran Masing-masing
Peran 6 tersangka dalam tragedi Stadion Kanjuruhan memiliki andil terhadap tewasnya 131 orang pada laga Arema FC dan Persebaya.
TRIBUN-MEDAN.COM - Tak ada yang mengira kalah kerusuhan suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan baru-baru ini akan menelan banyak nyawa.
Akibat kejadian ricuh di Kanjuruhan itu, Indonesia jadi sorotan dunia.
Apakah, Indonesia akan mendapa sanksi dari FIFA atas tragedi maut di Kanjuruhan ini?
Seperti diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan menyeret 6 nama yang jadi tersangka saat ini.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan, enam tersangka dalam tragedi Stadion Kanjuruhan memiliki andil terhadap tewasnya 131 orang pada laga Arema FC dan Persebaya yang berlangsung Sabtu (1/10/2022) malam.
Baca juga: Geram Ferdy Sambo Masih Cari-cari Alasan, Kamaruddin Ancam Buka Semua Kasus Suami Putri Candrawathi

Berikut peran 6 tersangka menurut kepolisian:
1. Direktur PT. LIB berinisial Ir AHL
Kapolri mengatakan Direktur PT. LIB selaku penyelenggara ternyata tidak melakukan verifikasi terhadap Stadion Kanjuruhan. Padahal hal tersebut seharusnya dilakukan.
"Verifikasi terakhir tahun 2020 ada beberapa hal yang perlu dipenuhi terkait keselamatan penonton.
Tahun 2022 tidak ada verifikasi dan memakai tahun 2020 dan belum ada perbaikan terhadap hasil verifikasi itu," Kata Kapolri di Malang, Jawa Timur, Kamis (6/10/2022).
2 Ketua Panitia Pelaksana berinisial AH
Kapolri mengatakan, AH tidak membuat peraturan keselamatan dan keamanan.
Padahal dia yang memegang tanggung jawab terhadap pertandingan dan penonton.
"Kemudian mengabaikan keamanan yang seharusnya (kapasitas) 38.000 penonton dijual (tiket) 42.000," kata dia.
3. Security officer berinisial SS
Menurut Kapolri, steward seharusnya berada di lokasi tugas selama penonton masih berada di lokasi stadion.
Namun SS diduga memerintahkan steward meninggalkan lokasi sehingga penonton dalam jumlah banyak kesulitan untuk keluar dari pintu stadion.
"Dari situlah banyak muncul korban," kata Sigit.
4. Kabagops Polres Malang berinisial Wahyu SS
5. Brimob Polda Jatim berinisial H, dan
6. Kasat Sammapta Polres Malang berinisial BSA
Kapolri mengatakan ketiganya memberi perintah kepada anggota untuk menembakkan gas air mata ketika terjadi kerusuhan.
Ada 11 personel yang melakukan penembakan gas air mata, 7 kali ke tribune selatan, 1 tembakan ke tribune utara dan 3 tembakan ke lapangan.
"Penonton panik, merasa pedih hingga meninggalkan arena," katanya.
Ade Armando Sebut Suporter Arema Biang Kerok
Pegiat media sosial, Ade Armando kembali menjadi sorotan publik setelah pernyataan tentang Tragedi Kanjuruhan viral di media sosial.
Perkataan Ade Armando yang terang-terangan menyebut suporter Arema sok jagoan menyulut emosi warganet.
Tak lama dari beredarnya video yang membuatnya mendapat nyinyiran sana sini, Ade Armando pun merilis klarifikasi atas penyataannya tempo hari.
Hal itu ia sampaikan melalui sebuah tayangan di kanal YouTube Cokro TV pada Rabu (5/10/22)
Ia mengatakan bahwa tidak menyalahkan seluruh Aremania atas Tragedi Kanjuruhan.
“Pertama-tama saya tidak pernah menyalahkan keseluruhan suporter Arema sebagai penyebab tragedi,” kata Ade Armando.
“Pada malam itu ada 42 ribu suporter Arema, hanya sekitar 3 ribu yang katanya menyerbu ke lapangan.
Buat saya pangkal masalah ada pada 3 ribu orang yang melanggar hukum dengan masuk ke dalam lapangan, itu artinya hanya sebagian sangat kecil,” lanjutnya.
Baca juga: VIRAL Rumor Rizky Billar Punya Anak Sebelum Menikah dengan Lesti Kejora, Ini Terawangan Denny Darko

Menurutnya sebagian kecil dari suporter tersebut yang menyebabkan 125 orang Aremania tewas.
Mereka adalah bagian dari Aremania yang mungkin ikut kecewa dan sedih akan kekalahan jagoannya namun memilih tetap tertib di tribun alih-alih ikut turun ke lapangan lantaran tersulut emosi.
Ade Armando juga menyebutkan bahwa polisi pada peristiwa ini hanya menjalankan kewajibannya yaitu menertibkan keadaan dimana orang-orang menyerbu ke tengah lapangan dengan potensi merusak dan mengancam nyawa.
Lebih lanjut, Ade Armando pun memaparkan beberapa kasus kerusuhan suporter di pertandingan sepakbola yang terjadi belakangan ini.
Berangkat dari hal itu ia memahami latar belakang polisi yang akhirnya menggunakan gas air mata.
“Saya mengakui gas air mata itu akhirnya membuat panik banyak suporter yang sebenarnya tidak terlibat dalam penyerbuan ke lapangan,”
Namun meskipun demikian, Ade Armondo tidak melihat itu sebagai cara represif pihak kepolisian apalagi melanggar HAM.
Ade Armondo pun menyimpulkan bahwa pangkal masalah kembali kepada perilaku sebagian suporter yang harus dididik untuk menghadapi kekalahan dan kemenangan agar mencegah tragedi ini terulang lagi.
“Sebenarnya pangkal masalah ada pada perilaku sebagian suporter yang beringas, jawabannya adalah mendidik suporter sepakbola Indonesia”
“Namun yang terpenting kita harus mengajar para suporter bertindak secara beradab.
Fanatisme harusnya tidak berujung pada tindakan yang kalap, irasional saat tim mereka kalah,” pungkasnya.
Dari peristiwa ini pun panitia belajar seharusnya memberikan jalan keluar yang lapang begitu pertandingan selesai.
Sedangkan pihak kepolisian juga belajar untuk tidak menembakkan gas air mata ke tribun penonton.
Ade Armando pun mendoakan para korban dan mengajak masyarakat agar bersama-sama mencegah tragedi ini terulang lagi.

Baca juga: Presiden Jokowi Sebut 2023 Gelap, Padahal Jelang Pemilu 2024, Ada Apa?
Baca juga: Ferdy Sambo Mendadak Minta Maaf Jelang Persidangan Pembunuhan Brigadir J, Begini Respon Ayah Yosua

Baca Berita Artis Terpopuler Lainnya
(cr32/ */ Tribun-medan.com)
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul:
Ini Peran 6 Tersangka dalam Tragedi Kanjuruhan