Kasus Ginjal Akut Misterius
Parasetamol Sirup Diduga Jadi Pemicu Gagal Ginjal Akut, di Sumut Ada 11 Kasus, 8 Meninggal
Kasus gagal ginjal akut misterius kini menghantui sejumlah anak di Indonesia karena belum terdeteksi penyebabnya
TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Kasus gagal ginjal akut misterius yang menimpa sejumlah anak di Indonesia membuat resah kalangan orang tua.
Sejak kabar kasus gagal ginjal akut ini beredar, muncul informasi yang menyebutkan bahwa parasetamol sirup diduga jadi pemicunya
Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik UGM, Prof Apt Zullies Ikawati, Ph.D., menuturkan, parasetamol atau nama lainnya asetaminofen adalah obat yang berefek menurunkan demam dan menghilangkan nyeri.
Obat ini termasuk aman untuk berbagai keadaan, termasuk untuk anak-anak dan ibu hamil atau menyusui, dan orang dengan gangguan lambung.
"Obat ini sepanjang dipakai dalam dosis terapinya," kata dia dalam keterangan yang diterima, Kamis (13/10/2022).
Ia menjelaskan, dosis terapi parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg-2 gram, bisa digunakan 3-4 kali sehari @500 mg.
Jika masih nyeri atau demam dengan maksimal penggunaan 4 gram ( 8 x 500 mg).
Sementara, dosis untuk anak menyesuaikan usia dan berat badan.
Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang.
Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi paracetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang.
"Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang. Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4 persen kasus) jika paracetamol digunakan sampai 15 gram," ungkap Zullies.
Secara mekanisme, toksisitas parasetamol lebih banyak terjadi pada liver atau hati, bukan pada ginjal.
Lalu, mengapa sirup parasetamol dikaitkan dengan kematian 66 anak-anak di Gambia, Afrika Barat?
Zullies mengatakan, dalam membuat suatu formula obat, tidak hanya zat aktifnya saja yang terkandung, tetapi juga ada senyawa tambahan lain.
Parasetamol tidak larut dalam air dan sirup menggunakan pembawa air, sehingga memerlukan bahan tambahan lain seperti propilen glikol untuk menambah kelarutan.
Kadar senyawa tambahan pada satu produk dengan produk lain bisa bervariasi antar pabrikan.
Ia menduga, sirup parasetamol yang beredar di Gambia, Agrika Barat mengandung kadar senyawa tambahan lain yang cukup besar yang dapat berbahaya.
Informasi dari BPOM menyebutkan bahwa sirup parasetamol produk tersebut tidak beredar di Indonesia.
"Jadi dugaan saya, bukan parasetamolnya yang berbahaya, tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian," jelas dia.
Adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gangguan ginjal akut di Indonesia belakangan ini belum bisa dihubungkan dengan penggunaan obat, dan masih perlu diinvestigasi lebih lanjut.
Sejauh pemantauan, penggunaan parasetamol di Indonesia masih aman.
Jadi masyarakat tidak perlu khawatir dengan penggunaan parasetamol selama digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Apalagi umumnya pemakaian paracetamol hanya bila perlu saja dalam jangka relatif pendek.
"Jika ada gejala-gejala yang tidak diinginkan setelah menggunakan parasetamol, segera konsultasi ke dokter atau apoteker untuk mendapatkan tindaklanjut yang sesuai," pesan Zullies.
Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, sampai Oktober ini ada 131 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia.
Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, bila anak demam, mungkin bisa digunakan kompres hangat dulu.
Lalu jangan terburu-buru menggunakan obat.
"Kalau memang ingin coba kompres hangat dulu. Bahwa demam suatu proses alamiah menghilangkan pantogen masuk, silakan," ungkapnya pada live Instagram, Selasa (19/10/2022).
Di sisi lain, Piprim pun mengatakan jika dirinya belum mengeluarkan anjuran untuk menyetop penggunaan parasetamol.
Hanya saja, pihaknya menghimbau untuk mewaspadai penggunaan parasetamol.
Berdasarkan laporan dari Gambia, terdapat puluhan kasus kematian anak dengan kondisi cedera ginjal.
Ada kecurigaan jika kematian disebabkan usai mengkonsumsi obat sirup yang terkontaminasi dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).
Namun, untuk kasus di Indonesia, penyebab gangguan ginjal akut di Indonesia belum konklusif., atau belum sebagai penyebab tunggal.
Jika ada imbauan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), katanya, silakan diikuti imbauan tersebut.
"Kalau memang diperlukan parasetamol sirup, saya belum konklusif kok. Belum ada keputusan gagal ginjal karena parasetamol. Kecuali nanti kalau ada bukti, BPOM merilis berita, kita juga sebaiknya mengikuti hal tersebut," paparnya lagi.
Sehingga Piprim menyebutkan jika tidak mengapa memberikan anak parasetamol. Hanya saja perlu dilakukan konsultasi sebelumnya.
"Bapak dan ibu jangan panik, silakan berikan parasetamol its okey. Yang biasanya dapat obat saat demam, dikasih oke saja. Hanya perlu waspada, konsultasikan pada dokter. Seperti apa keamanan obatnya, dan apa yang boleh dikonsumsi," tegasnya.
Trik Kompres Anak
Selain obat, anak yang sedang demam juga bisa diberikan kompres hangat. Ini bisa diletakkan di lipatan-lipatan tubuh, agar suhu tubuhnya menurun.
Jangan memberikan anak kompres dingin ataupun alkohol.
Pasalnya, kompres dingin akan membuat sel tubuh di otak mengira suhu tubuh harus dinaikkan lagi, sehingga tubuh anak malah akan bertambah panas.
"Kalau kompres alkohol jauh lebih berbahya, karena uapnya itu toksik," ujar dr Anggraini, dikutip Nakita.
Kasus di Sumut
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara (Sumut) melaporkan ada 11 kasus gagal ginjal akut misterius yang terjadi.
Dari 11 kasus, tiga diantaranya sudah sembuh dan ginjalnya berfungsi dengan baik.
"Sampai saat ini sudah ada 11 orang yang mengalami penyakit tersebut, 8 diantaranya meninggal dunia, dan 3 orang berhasil sembuh. Fungsi ginjal kembali normal," ujar Ketua IDAI Sumut, dr Yazid Dimyati, M.Ked(Ped), Sp.A(K) kepada Tribun-medan.com, Selasa (18/10/2022).
Menurut Yazid, sejauh ini IDAI dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tengah melakukan pendalaman terkait penyebab dari penyakit ginjal akut misterius yang terjadi pada anak.
"Beberapa waktu lalu kami sudah rapat dengan Kemenkes RI membahas hal ini. Sampai saat ini kami terus berupaya melakukan penelitian terkait apa penyebab penyakit tersebut. Kami minta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik dan jangan berasumsi yang tidak tidak. Karena pemerintah sudah bekerja untuk menyelidiki kasus ini (gangguan ginjal akut pada anak)," jelasnya.
Imbau orang tua pantau urine anak
Dr Rosmayanti Syafriani Siregar, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku dokter spesialis anak konsultan Nefrologi mengingatkan kepada orang tua untuk tidak panik, tapi tetap waspada.
"Sebagai anjuran memang, agar mewaspadai penyakit ini pada anak-anak, yang biasanya dengan gejala demam, diare, batuk, pilek, untuk melihat bagaimana status hidrasi atau kecukupan cairan atau bagaimana keadaan kemihnya. Yang paling penting sekali adalah memantau jumlah urine anak selama masa sakit," ujar Rosmayanti.
Ia juga menganjurkan agar orang tua memberikan obat yang sesuai petunjuk dokter.
Jangan melakukan self-diagnosis dan menganjurkan untuk memantau asupan cairan anak.
"Kemudian juga memberikan obat-obatan yang sesuai, artinya kalau bisa seminimal mungkin pemberian asupan cairan yang cukup," katanya.
Lalu, Rosmayanti juga meminta agar orang tua memantau jumlah urine anak.
"Biasanya kita baru tahu setelah beberapa hari tidak berkemih, sebaiknya selama mungkin kalau ada anak dengan gejala demam, batuk, atau diare, tetap dipantau jumlah cairan yang masuk dan jumlah kencing pada anak tersebut, agar dapat dilakukan deteksi dini mengenai ada tidaknya gangguan ginjal akut progresif pada anak tersebut," imbaunya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Parasetamol Diduga Picu Gangguan Ginjal Akut, Jangan Langsung Beri Obat, Lakukan Ini Saat Anak Demam
