Seksolog
Masih Sering Disalah Artikan, Ini Penjelasan Seksolog dr Boyke Tentang Fetish
Lebih lanjut, dr Boyke juga mengatakan bahwa sebuah peristiwa bisa berdampak pada fetish seseorang.
Penulis: Putri Chairunnisa | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM – Minimkan pendidikan seks di Indonesia membuat masyaraka yang masih sering salah mengartikan beberapa istilah seksual, termasuk fetish.
Istilah fetish menjadi ramai diperbincangkan setelah kasus Gilang bungkus viral di Twitter.
Gilang diketahui memiliki fetish kain jarik atau kain panjang.
Baca juga: Istri Malas Berhubungan Intim, Suami Harus Apa? Ini Penjelasan Seksolog Zoya Amirin
Tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan fetish?
Melalui sebuah tayangan di kanal YouTube VINDES, seksolog dr Boyke Dian Nugraha memberikan penjelasan tentang fetish.
dr Boyke mengatakan bahwa fetish merupakan sebuah kelainan seksual.
“Fetish itu kan ketertarikan seseorang terhadap benda atau sesuatu yang tidak wajar,” kata dr Boyke.
dr Boyke juga mengatakan manusia bisa saja memiliki fetish yang di luar nalar.
“Beberapa orang menurut saya kalau masih sekedar tertarik pada sepatu hak tinggi, betis, rok pendek, itu oke lah, tapi kan ada juga yang tertariknya kepada serbet,” tutur dr Boyke.
Penjelasannya itu membuatnya teringat kepada salah satu pasiennya yang memiliki fetish aneh.
“Saya punya pasien yang tertarik pada popok karena kencing kan dulunya pake popok dan merasa enak, dia pake,” lanjutnya.
Lebih lanjut, dr Boyke juga mengatakan bahwa sebuah peristiwa bisa berdampak pada fetish seseorang.
Baca juga: Pengin Segera Punya Keturunan, Berikut Waktu Terbaik Berhubungan Intim Menurut Seksolog dr Boyke
“Ada yang mungkin pernah melihat ibunya melakukan hubungan seks, keliatan sama anaknya, anaknya dibekep pake serbet bekas cuci tangan atau apa, akhirnya dia fetish kepada serbet, itu banyak hal ya,” kata dr Boyke.
Menurut dr Boyke, ketertarikan akan sesuatu yang tak wajar itu bisa saja terjadi karena trauma yang pernah dialami seseorang di masa lalu.
“Jadi fetish itu memang suatu keadaan yang boleh dibilang itu termasuk trauma-trauma pada waktu kecilnya,” jelas dr Boyke.
