Berharap Perhatian Pemerintah, Kerajinan Purun asal Sumut Diminati hingga Mancanegara

hingga saat ini kelompok kerajinan anyaman Purun Serasi telah membuat sebanyak 30 lebih jenis produk

Editor: Eti Wahyuni
TRIBUN MEDAN/Diana Aulia
Perajin purun di Desa Lubuk Kertang sedang menganyam purun. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kerajinan tangan anyaman purun saat ini sudah banyak diminati oleh masyarakat.

Kerajinan yang terbuat dari tumbuhan dengan nama latin Eleocaris duljis atau tumbuhan liar rawa purun tikus ini diolah oleh masyarakat Desa Lubuk Kertang, Kacamataan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, menjadi produk yang unik dan indah.

Desa ini memiliki hutan mangrove dan gambut yang asri sehingga membuat desa ini memiliki potensi purun tikus melimpah yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuat kerajinan purun.

"Kerajinan ini sebenarnya merupakan kerajinan turunan yang diwariskan oleh nenek moyang, tetapi kami awalnya hanya bisa membuat tikar atau bakul saja," ujar Nurjannah selaku Ketua Kelompok Kerajinan Purun Serasi kepada Tribun Medan, Rabu (9/11/2022).

Namun, dengan adanya pelatihan inovasi pembuatan kerajinan purun yang lebih kreatif, membuat para ibu-ibu di Desa Lubuk Kertang berminat membuat kerajinan purun dan menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan.

Baca juga: Tingkatkan Keterampilan Masyarakat, Dinas Perindustrian Kota Medan Adakan Pelatihan Kerajinan Rotan

"Jadi pada tahun 2015 PT Pertamina membuat sebuah pelatihan kerajinan purun yang mendatang instruktur, karena melihat daerah kami memiliki potensi purun tetapi hanya dapat dibuat tikar, dan melalui pelatihan tersebut kami bisa membuat berbagai produk dari anyaman purun," ucapnya.

Dikatakannya, hingga saat ini kelompok kerajinan anyaman Purun Serasi telah membuat sebanyak 30 lebih jenis produk yang terbuat dari purun diantaranya kotak pensil, kotak tisu, tas sandang, tas laptop, sandal, tikar, topi, dompet, tempat sendok, dan lainnya dengan desain berbeda.

"Namun untuk 30 lebih produk tersebut tidak semua tersedia, melainkan yang tersedia hanya produk yang banyak diminati, selebihnya harus melakukan pemesanan terlebih dahulu," tuturnya.

Ada pun jenis produk yang paling diminati oleh masyarakat adalah kotak pensil, topi, dan dompet.

Dia menyampaikan, produk anyaman purun dari Sumut ini sudah dikenal di seluruh Indonesia hingga ke mancanegara, bahkan pelanggannya juga banyak yang berasal dari luar negeri.

"Alhamdulillah kami sudah dikenal di luar negeri, biasanya pembelian dilakukan secara langsung seperti para turis yang berkunjung ke hutan mangrove, atau masyarakat daerah sini melakukan kunjungan keluar negeri pasti akan membawa kerajinan purun ke sana," imbuhnya

Apalagi ketika ada pameran yang dilangsungkan di Sumut atau pun di luar Sumut, tentunya pendapatannya meningkat dibandingkan hari biasa. "Paling banyak yang beli itu ketika ada acara pameran," sebutnya.

Nurjannah mengungkapkan, pendapatan tertinggi yang pernah dia peroleh saat menjalankan usaha kerajinan purun ini adalah sebesar Rp 35 juta hingga Rp 40 juta per tahun.

"Pendapatan tidak menentu kalau banyak pameran banyak lah yang beli, kadang bisa satu juta sebulan terkadang juga bisa lima juta sebulan," ungkapnya.

Harga produk yang ditawarkan Nurjannah dan teman-temannya cukup murah yakni mulai Rp 20 ribu hingga Rp 85 ribu saja.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved