Piala Dunia di Kedai Tok Awang
Messi Jangan Ejakulasi Dini
Keempat kontestan grup C Piala Dunia 2022 bertarung sengit. Siapa pun bisa lolos ke 16 besar, atau sebaliknya tersingkir, termasuk Argentina.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Posisi Argentina di Piala Dunia 2022 benar-benar di ujung tanduk. Hingga melewati dua laga Grup C, mereka masih berada di posisi dua, mengumpulkan poin tiga, berselisih satu poin dari Polandia yang memuncaki klasemen.
Tentu, secara hitung-hitungan matematis, La Albiceleste –julukan Tim Nasional Argentina– masih bisa lolos. Syaratnya harus menang di laga terakhir. Di lain sisi, kompetitor mesti kalah atau paling tidak tertahan.
Persoalannya, di pertandingan pamungkas Argentina justru harus berhadapan dengan Polandia. Walau bercokol di puncak, posisi Polandia juga masih jauh dari aman.
“Kalok telungkup orang tu lawan Argentina, dan di pertandingan satunya lagi Saudi menang dari Meksiko, lambaikan tangan, lah, Si Lewandowski itu. Sakit kali. Ibarat kata sudah soor, eh, pas di ujung-ujungnya malah gagal,” kata Mak Idam.

“Maksudmu macam-macam ejakulasi dini gitu, lah, ya, Dam,” sahut Pak Udo seraya terkekeh-kekeh. “Semangat hilang lemas yang datang.”
Mendengar ini Leman Dogol, juga Jek Buntal, Jontra Polta, dan Tok Awang yang sedang bermain Ludo ikut tertawa. Pun Lek Tuman yang sejak tadi duduk sendirian memaku tatap ke layar telepon selular.
“Soal-soal kayak gini memang cepat kali nangkap, ya, Pak Udo,” sebutnya, yang langsung ditimpali Leman Dogol. “Pengalaman pribadi beliau, Pak Kep. Mari kita maklumi saja.”
“Ah, bukan begitu, Man,” sergah Pak Udo. “Enggak ada hubungannya itu. Memang pas kali kurasa pengibaratan yang dibilang Idam tadi. Cumak, entah kenapa, ya, feeling-ku, yang ejakulasi dini nanti bukan Lewandowski, tapi Messi.”
Kalimat Pak Udo segera mencuatkan perdebatan. Umumnya tidak sepakat. Namun Pak Udo punya argumentasi. Menurutnya, skuat Argentina saat ini sangat Messi-sentris. Messi menjadi pusat permainan dan muara dari segenap strategi.

Sementara pemain-pemain lain lebih terkesan sekadar sebagai pelengkap. Ini ironis sebab dari sisi teknis skuat Argentina terbilang “premium”.
Hampir semua lini diisi pemain-pemain kelas atas yang bermain di klub-klub kenamaan Eropa. Ada Angel Di Maria, ada Rodrigo De Paul, ada juga duo Martinez, Lisandro dan Lautaro.
“Jangan lupa kelen masih ada Paulo Dybala. Ada Otamendi, Paredes. Paling-paling yang agak sedikit kurang paten itu di kipernya. Beda sama kiper sebelah yang mengawal gawang klub papan atas Eropa, tiga kiper yang dibawa ke Qatar bisa dibilang cumak medioker. Cumak kiper Aston Villa dan Villareal,” sebut Pak Udo lagi.
Dengan materi seperti ini, semestinya pelatih Lionel Scaloni bisa meracik komposisi dan strategi aduhai. Komposisi dan strategi yang dapat membuat Argentina bisa bermain lebih tajam. Kenyataannya tidak. Permainan Argentina justru kelewat mudah ditebak. Sekali lagi, hanya Messi, Messi, dan Messi.
Scaloni juga terkesan tidak memiliki rencana cadangan. Tatkala racikannya mentok, Argentina pun seperti banteng buta yang asal serudak sana seruduk sini.