Kabar Sumut

ADA NAGA dan Ular Berbisa di Kampung Matfa, Tuwan Imam: Ini Lambang Keperkasaan dan Kebijaksanaan

Ada keunikan tersendiri dari Kampung Matfa Majelis Ta'lim Fardhu (Matfa) atau biasa disebut Kampung Kasih Sayang.

"Bunga teratai itu adalah ketenangan dan teratai itu akarnya tumbuh di dasar lumpur yang tidak terlihat tapi tetap dia memberikan sesuatu yang indah bagi yang memandangnya," terangnya.

Tuwan Imam menjelaskan bahwa sebagai manusia, kita tidak perlu menunjukan kita itu siapa. Tapi kita harus bisa menunjukkan kemuliaan kita itu.

"Jadi begitulah kita sebagai manusia ini, kita tidak perlu menunjukan kita itu siapa. Apakah kita ini di tempatkan di tempat yang mulia. Tetapi tetap kita harus bisa menunjukan kemuliaan dan keindahan kepada yang lain, walau sebenarnya kita pun dalam kesusahan," jelasnya.

"Maka, seperti orang mengatakan bahwa filosofi lumpur itu tidak baik, tidak mulia ataupun suatu yang hina atau yang rendah. Tetapi sesuatu yang tinggal di lumpur itu juga bisa memberikan sesuatu yang indah bagi yang lainnya. Bahkan ada yang di tempat mulia pun belum tentu indah," ujarnya.

Menurut Tuwan Imam, patung naga dan ular kobra yang ada di Kampung Matfa itu memiliki pandangan yang yang bermacam-macam jika orang atau tamu yang melihatnya.

"Jadi itulah memang, bermacam-macam pandangan orang tentang patung naga dalam agama. Ada yang bilang musrik ada yang bilang haram itulah bagaimana kita memandangnya. Karena membuat patung itu bukan untuk disembah ada filosofi yang ditunjukkan," katanya.

"Jadi kalau patung itu sebuah kesesatan berarti kita ini tinggal nunggu yang sesat, karena di Indonesia ini juga tidak lepas dari patung-patung. Banyak sekali patung-patung di Indonesia ini," sambungnya.

Kata Tuwan Imam, kalau kita bicara patung material dari pada patung itu itu dua yakni kayu dan batu. Jadi kita punya rumah juga bergabung dari pada kayu dan batu.

Pada zaman nabi Ibrahim patung-patung itu semuanya dihancurkan ada satu patung yang tidak dihancurkan dan itu patung yang paling besar dan patung itu patung yang dapat memberikan pelajaran bagi manusia.

"Jadi begitulah filosofi patung saya (Tuwan Imam) buat supaya jadi pelajaran," ungkapnya.

Dasar Pancasila

Tuwan Imam juga mengungkapkan bahwa patung tiga naga dan dua ular kobra itu dibuat juga berdasarkan dengan Pancasila.

"Patung itu ada lima kepalanya, tiga kepala naga dan dua kepala ular itu adalah simbol yang saya (Tuwan Imam) berikan, itu adalah dasar Pancasila dan tiga dari naga itu yang dimaksud dengan Tri Sula Weda yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan menjadi contoh, ditengah merangkul dan dibelakang untuk pendorong," ungkapnya.

Jadi naga itu siapa yang kuat itu yang perkasa dan bijaksana dialah seorang pemimpin. Maka seorang pemimpin itulah wujud dari pada naga yang sebenarnya. Untuk membawa kepada keamanan, kemakmuran dankesejahteraan, tanpa persatuan, tanpa kasih sayang tidak akan ada namanya keamanan, ketentraman dan kesejahteraan.

"Jadi filosofi naga itu, seperti itu. Jadi Tri Sula Weda itu inilah dia. Maka dalam negara itu tujuannya untuk mencapai Tri Sakti yaitu kedaulatan, kemandirian dan kepribadian dalam kebudayaan yaitu gotong royong dan juga termasuk dari Rukun Islam," kata Tuwan Imam.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved