Tingkatkan Daya Saing UMKM di Kawasan Danau Toba, Sihar Sitorus Gandeng BI Percepat Penggunaan QRIS

TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE - Sihar PH Sitorus, Anggota Komisi XI DPR RI menggandeng Bank Indonesia untuk mempercepat adopsi penggunaan QRIS pada UMKM dan pelaku pariwisata di kawasan Danau Toba.

Percepatan penggunaan QRIS ini dilakukan dengan memberikan sosialisasi kepada UMKM di Kabupaten Samosir dan Kabupaten Tapanuli Utara yang berlangsung pada tanggal 21- 22 Februari 2023.

UMKM yang diajak berkolaborasi dalam kegiatan ini rata-rata usaha yang bergerak dalam bidang pariwisata yang banyak dikelola oleh anak-anak muda.

Menurut Sihar Sitorus, adopsi teknologi seperti QRIS akan meningkatkan daya saing UMKM dan pariwisata kawasan Toba karena akan mempermudah UMKM dan pelangganya bertransaksi. Selain itu QRIS juga akan mempermudah para UMKM dalam pencatatan arus kas secara real time.

“Jadi kita tidak usah repot-repot lagi bikin catatan penjualan, hasil dari kegiatan penjualan kita akan langsung diterima dan langsung masuk ke dalam rekening masing-masing," ungkap Sihar, Rabu (22/2/2023).

Menurut Sihar, program transformasi digital oleh Bank Indonesia yang dihadirkan dalam bentuk QRIS ini, harus benar-benar diarahkan secara inklusif dengan mengikutsertakan pelaku ekonomi kecil dalam arus besar digitalisasi. 

Tak berhenti di situ saja, edukasi soal penggunaan teknologi ini juga harus digenjot kepada masyarakat dan UMKM di kawasan Danau Toba, sehingga penggunaanya bisa lebih masif yang tentunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Literasi keuangan digital masyarakat Indonesia di daerah terpencil dan kota-kota kecil yang masih rendah. Ini tentu akan menjadi PR bagi Bank Indonesia, agar lebih gencar lagi melakukan sosialisasi QRIS," imbau Sihar.

Kata Sihar, QRIS di masyarakat masih terbilang barang baru, dan tentu tidak mudah untuk diterima langsung, sehingga dibutuhkan strategi khusus untuk mempercepatnya sehingga bisa menjangkau 60 juta UMKM.

Tantangan lain sebut Anggota DPR dari Sumut ini adalah soal potret UMKM di Indonesia, di mana sepertiga UMKM di Indonesia sebesar 36 persen masih offline, sepertiga lainnya atau 37 persen hanya memiliki kemampuan online yang sangat mendasar seperti komputer atau akses broadband.

Hanya sebagian kecil atau 18 persen yang memiliki kemampuan online menengah (menggunakan web atau media sosial) dan kurang dari sepersepuluh atau sebesar 9 persen adalah bisnis online lanjutan dengan kemampuan e-commerce. 

“Dengan semua keterbatasan ini dukungan semua pihak sangat diperlukan untuk membantu UMKM dan pelaku wisata di kawasan Toba agar lebih berdaya," pungkas Sihar.

(cr3/tribun-medan.com)