F1H2O Powerboat Lake Toba

Akibat Rekayasa Lalulintas, Pedagang di Lumban Silintong Balige Keluhkan Dagangannya Sepi

Padahal dijelaskannya, lokasinya berjualan cukup jauh dari venue menonton tapi kenapa ia tetap terkena dampak rekayasa lalu lintas.

Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ARDI
Sejumlah titik jalan yang ditutup akibat rekayasa lalulintas di Jalan Patuan Nagari, Kota Balige, Jum'at (24/2/2023). Kebijakan rekayasa lalulintas dibuat oleh Polda Sumut dalam rangka pengamanan even F1H2O Danau Toba. 

TRIBUN-MEDAN.com,BALIGE- Kebijakan rekayasa lalulintas yang dibuat oleh Polda Sumut dalam rangka mengamankan event F1H2O Danau Toba di Kota Balige, memberikan dampak berbeda kepada para pedagang di daerah Lumban Silintong, Kota Balige.

Satu di antara pedagang, Ujiana Sianturi pun mengatakan, lokasi dagangannya sepi akibat pengalihan jalan yang terkena dampak rekayasa lalu lintas. Bahkan ia mengibaratkan stand dagangannya seperti kuburan.

Baca juga: Kejuaraan Dunia F1H2O Powerboat Jadi Ikon Baru Pariwisata Danau Toba

"Tempat kami ini namanya Lumban Silintong, sama sekali ya, kaya kuburan. Engga ada pengunjung yang datang karena pengaturan jalan," katanya kepada Tribun Medan, Jumat (24/2/2023).

Padahal dijelaskannya, lokasinya berjualan cukup jauh dari venue menonton tapi kenapa ia tetap terkena dampak rekayasa lalu lintas.

Apa lagi ia dan beberapa pedagang yang lainnya sudah menyiapkan (stok) barang.

Ia pun mempertanyakan mengapa lokasi yang jauh dari venue F1H2O, tapi juga terkenda dampak rekayasa lalu lintas yang mengakibatkan sepinya dagangan mereka di daerah Lumban Silintong.

"Saya tanya sama Sat Lantas kenapa harus ditutup, untuk menghindari crowded katanya. Tapi kita lokasinya jauh, ya kita bingung. Kami biasanya punya tamu rutin di tempat usaha ini. Tapi karena ada itu mulai hari ini, kosong sama sekali dan buka dasar pun tidak," ujarnya.

Padahal menurut wanita yang juga bertindak sebagai Ketua Asosiasi UMKM Sumut itu, ia sudah mempersiapkan stok barang dagangannya yang tentu memakan biaya. Rekayasa lalu lintas itu juga mengakibatkan pengunjung membatalkan rencana untuk menginap di hotelnya.

Ujiana pun berharap, pihak keamanan lebih bijak dalam membuat rekayasa lalulintas dan tidak merugikan para pedagang seperti dirinya. Apa lagi dengan modal yang sudah ia keluarkan untuk menatap even F1H2O ini.

"Ya jangan lah ditutup, memang untuk menghindari crowded, tapikan ada pengaturan lalulintas. Ya, dikasih lah lewat. Apa lagi kami di Lumban Silintong ini udah stok barang dan makanan. Tapi apa, engga ada pengunjungnya," ucapnya.

Ia tidak menampik, jika saat mendirikan stand untuk berdagang memang tidak dimintai uang kontribusi. Menurutnya, usahanya itu sudah memiliki izin dan memang sudah ada sebelum even F1H2O di Danau Toba digelar.

Baca juga: SOSOK Duarte Benavente, Veteran Adu Kecepatan Asal Portugal, Siap Balapan di F1H2O Powerboat

Ujiana mengaku, ia memang mendapat kesempatan untuk mendirikan stand dagangan di areal ring 1 dekat tribun penonton. Hanya saja ia tidak mau jika produknya cuma dititipkan di tempat itu.

"Saya kebetulan menang orasi untuk mendapatkan stand di ring 1 dekat tribun. Tapi saya mengundurkan diri karena, buat apa saya hanya menitipkan produk. Kebetulan saya ini kopi ni (produknya), buat apa saya menitipkan tanpa ada mengolah kopi di sana," ucapnya.

"Kami memang tidak ada dikutip biaya. Mungkin di tempat lain ya, mungkin di rumah-rumah penduduk ada dengan konsep bagi hasil. Namun kalau minta sewa, izin, tidak ada. UMKM kan sudah punya izin, sudah punya NIB (Nomor Induk Berusaha)," sambungnya lagi.

(cr12/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved