Sosok
INILAH Sosok Menteri Termiskin Jokowi, Harga Outfitnya Jadi Sorotan Karena Tak Biasa
Tahu kah anda siapa menteri paling miskin di Kabinet Presiden Joko Widodo? Sosok menteri termiskin ini adalah Menkop-UKM Teten Masduki.
Di satu sisi, ia harus rela mendahulukan adik-adiknya. Di sisi lain, ia juga mesti berbesar hati bila sang kakak mendahuluinya. Dalam hal apapun.
“Saya dijepit antara kakak-kakak dan adik-adik. Anak tengah kan biasanya dilupakan juga,” kenang Teten.
Namun, ada nilai yang tidak disadari terpupuk dalam diri Teten kecil, yakni soal bagaimana bersikap adil kepada orang-orang di sekelilingnya.
Sebagai anak tengah, ia dituntut mesti bersikap dewasa untuk menghadapi sifat kekanak-kanakan adiknya dan ego para kakak.
Maka, sadar tidak sadar ia memilih untuk bersikap adil terhadap saudara-saudarinya. Memberikan kepunyaannya secara proporsional bagi sang adik dan kakak agar tidak terjadi pertengkaran.
Oleh sebab itu, Teten sering terusik bila ada praktik ketidakadilan yang terjadi di depan matanya.
Sikap tersebut lambat laun semakin terpupuk dan bercampur baur dengan nilai-nilai lain yang ditanamkan oleh orangtuanya, yakni pendidikan,agama dan akhlak. Teten mengaku, didikan orangtuanya terkait tiga hal itu cukup keras.
Ketika memasuki bangku perkuliahan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), nilai-nilai yang terpupuk selama ini bak menemui hilirnya.
Teten terjun dalam berbagai kegiatan politik, meski saat itu tengah gencar-gencarnya depolitisasi di tataran kampus oleh Orde Baru.
Dunia politik kampus merupakan hal yang baru dan menyenangkan bagi seorang Teten yang saat itu bercita-cita menjadi seorang guru.
“Kami berdemo, berdiskusi. Waktu itu kaya akan persoalan-persoalan sosial, lingkungan, buruh, masalah pertanahan, kemiskinan dan lain sebagainya. Termasuk masalah politik dan juga kajiannya yang sangat ilmiah dan akademis,” ujar Teten.
Gairah Teten bangkit seketika setelah diperkenalkan dengan sejumlah teori revolusi sosial, politik dan ekonomi yang menjadi landasan pergerakannya.
Salah satunya adalah teori ketergantungan yang dikembangkan ekonom Raul Presibich pada akhir tahun 1950-an.
Teori ini secara sederhana menjelaskan tentang kehidupan ekonomi negara-negara tertentu yang sedikit banyak memiliki ketergantungan pada perkembangan dan ekspansi negara-negara lain di mana negara tertentu itu hanya menerima akibatnya saja.
“Ada gap yang sangat besar antara negara-negara kapitalis di utara dengan selatan. Ini kajian yang luar biasa ketika itu dan memberikan kesadaran akan problem sosial ekonomi yang komplek,” ujar Teten.
INILAH Sosok Menteri Termiskin Jokowi
Harga Outfitnya Jadi Sorotan Karena Tak Biasa
Tribun Medan
Teten Masduki
Sosok
Sosok Sabar Saragih, Kadis Perhubungan Semasa Hidup, Bercita-cita Kurangi Jalan Rusak di Simalungun |
![]() |
---|
PROFIL Komjen Suyudi Ario Seto yang Kini Menjabat Kepala BNN, Berikut Rekam Jejaknya |
![]() |
---|
Sosok Harli Siregar, Putra Kelahiran Simalungun Jabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut, Alumni USU |
![]() |
---|
Dari Montana ke Medan, Cerita Nikita Shaqilla Peserta YSEALI soal Perlindungan Satwa dan Lingkungan |
![]() |
---|
Kisah Atlet Arung Jeram Ira Kusuma Ningtyas yang Raih Medali Emas, Perak dan Perunggu di PON 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.