Gerhana Matahari

Gerhana Matahari Terlihat di OIF Umsu, Masyarakat Laksanakan Salat Khusuf Berjamaah

Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF Umsu) mengadakan pemantauan gerhana matahari, Kamis (20/4/2023).

Penulis: Anisa Rahmadani |

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF Umsu) mengadakan pemantauan gerhana matahari, Kamis (20/4/2023).

Amatan Tribun Medan, gerhana matahari terlihat selama satu jam dari pukul 10.00-1100 WIB.

Saat gerhana matahari terlihat, para tamu undangan yang hadir juga melaksanakan solat sunnah khusuf dua rakaat di OIF Umsu.

Kemudian, dilanjut dengan ceramah tujuh menit dilanjut dengan melihat gerhana matahari melalui teropong yang telah disiapkan.

Menurut Kepala OIF Umsu Arwin mengatakan, meski cuaca di wilayah Sumatera Utara cukup gelap, namun gerhana matahari atau yang dikenal dengan gerhana Hybra ini sudah terlihat.

" Gerhana yang sekarang terjadi di Kota Medan ini disebut juga dengan gerhana hybra yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Untuk Medan sendiri kita hanya mendapat 3 persen saja dari matahari gerhana ini," jelasnya.

Meski hanya didapatkan 3 persen gerhana matahari, Arwin mengatakan cukup jelas terlihat fenomena alam itu.

"Sempat beberapa menit tadi bisa menyaksikan dengan jelas gerhana matahari tersebut," jelasnya.

Diakuinya untuk fenomena alam gerhana matahari ini tidak terbuka untuk umum.

"Kita tidak terbuka untuk umum karena prediksi kita tadi sulit terlihat. Tapi tadi cukup terlihat ternyata," jelasnya.

Terpisah menurut Tim peneliti OIF Umsu Muhammad Hidayat mengatakan, fenomena gerhana matahari ini hanya terjadi sekali saja dalam satu dekade.

"Gerhana matahari hybrida ini hanya terjadi 10 tahun sekali. Fenomena itu tidak semua terkena dari lintasan gerhana matahari. Karena ukuran dari bulan dan matahari itu bulat," jelasnya.

Untuk jalur gerhana matahari ini melewati bagian dari nusa tenggara timur atau wilayah timur.

"Kita semakin ke utara di Medan semakin sedikit. Karena itu pengaruh dari ukuran bumi dan bulan dan matahari tersebut. Sehingga dia harus penyesuaian," jelasnya.

Gerhana hibrida itu dikatakan Hidayat, gabungan dari gerhana matahari cincin dan gerhana matahari total.

"Tetapi jalurnya bukan di kota Medan hanya di wilayah timur dan kita kebagian hanya 3,36 persen. Ini jarang terjadi di Indonesia. kejadian ini sering di alam," tukasnya.

(cr5/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved