Sumut Terkini
Tosa Ginting Otak Pelaku Pembunuhan Mantan Anggota DPRD Langkat Diadili, Saksi Beberkan Fakta Ini
Pemeriksaan saksi berawal dari Susilawati selaku Kepala Desa Besilam Bukit Lembasa, yang juga merupakan adik ipar Paino.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, LANGKAT - Sebanyak lima orang saksi dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam persidangan terdakwa Luhur Sentosa Ginting alias Tosa Ginting otak pelaku pembunuhan mantan anggota DPRD Langkat, Paino beberapa waktu lalu.
Adapun kelima saksi yaitu, Susilawati Kepala Desa Besilam Bukit Lembasa, Nilawati istri Paino, Dika Syahputra anak kandung Paino, Boiman alias Wak Man, dan Jenius anggota kerja Paino.
Persidangan yang digelar disalahsatu ruangan sidang Pengadilan Negeri (PN) Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, secara video teleconfrence berlangsung hingga sore hari, Kamis (4/5/2033).
Pada mulanya JPU meminta agar semua saksi diperiksa sekaligus, namun penasehat hukum terdakwa meminta saksi diperiksa secara bergantian.

Pemeriksaan saksi berawal dari Susilawati selaku Kepala Desa Besilam Bukit Lembasa, yang juga merupakan adik ipar Paino.
Ketua Majelis Hakim, Ledis Meriana Bakkara pun bertanya kepada Susilawati masih seputaran fakta kejadian pertama kalinya diketahui oleh wanita yang menjabat sebagai kepala desa tersebut.
"Pembunuhan Bapak Paino, kejadiannya pada, Kamis, 26 Januari 2023 sekitar 23.00 WIB. Saya pun dengar dari keponakan yang menerima kabar dari seorang centeng atau mandor bernama David kabar pembunuhan ini. Bahkan sempat dibawa ke rumah saya untuk mendapat pertolongan.
Saya buka pintu mobil saya lihat almarhum dalam kondisi rebahan di dalam mobil, pucat, nadi tak berdetak. Alhasil almarhum langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Putri Bidadari," ujar Susilawati saat menjawab pertanyaan majelis hakim.
Setelah sampai di rumah sakit, langsung dilakukan upaya pertolongan.
Meski dirinya sudah mengetahui jika Paino sudah meninggal dunia saat diantarkan ke rumahnya, pihak RSU Putri Bidadari juga mengatakan hal yang serupa.
"Saat diperiksa dan baju Pak Paino dibuka oleh pihak rumah sakit, ditemukan luka di dada kanan, seperti lubang tembakan, tapi tak tembus ke belakang malah saya dengar tembus ke bagian punggung, bajunya bolong. Tak hanya itu, dari bawah celana dalam ditemukan proyektil," ujar Susilawati.
Saat disinggung oleh JPU, apakah korban Paino pernah berselisih paham, Susilawati menegaskan jika korban tidak pernah berselisih dengan siapa pun.
Susilawati pun mengaku, korban Paino kesehariannya bekerja sebagai petani diladangnya pasca tak menjabat lagi sebagai anggota DPRD Langkat periode 2014-2019.
"Korban Pak Paino selama ini berladang sebagai petani. Dulu iya pengusaha sawit, tapi sudah berhenti. Tak pernah beselisih paham.
Saya keluarga korban dan kepala desa disana. Korban adalah abang ipar saya," ujar Susilawati.
JPU kembali bertanya kepada Susilawati soal warung kopi yang berada di Dusun I, Desa Besilam Bukit Lembasa, yang disinggahi sebelum Paino tewas ditembak. Susilawati menjelaskan, jika warung kopi itu sering dikunjungi korban jika sepulang dari ladang.
"Kalau mau ke warung kopi itu, pasti melintasi tempat kejadian penembakannya Pak Paino," ujar Susilawati.
Sedangkan itu, penasehat hukum terdakwa Minola Sebayang mencecar sejumlah pertanyaan ke saksi Susilawati.
Minola pun bertanya soal letak luka tembak, dan autopsi korban di RS Bhayangkara Kota Medan.
"Dada kanan terkena tembak, di autopsi ke RS Bhayangkara permintaan keluarga," ujar Susilawati menjawab pertanyaan penasehat hukum terdakwa.
Susilawati pun menjelaskan, jika dirinya lah yang melaporkan kejadian yang dialami Paino ke Polres Langkat pada pukul 02.30 WIB, setelah korban dibawa ke RS Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.
Sementara itu, Nilawati istri Paino dalam kesaksiannya mengatakan hal yang serupa. Tak berbeda jauh dengan apa yang dikatakan saksi Susilawati.

Nilawati mengatakan, jika dirinya pertama kali mengetahui suaminya dibunuh dari seorang temannya bernama Manurung. Namun pada saat itu, Manurung tidak berani mengatakan jika Paino tewas dibunuh, melainkan jatuh dari sepeda motor.
Mendapat kabar tersebut, Nilawati pun bergegas pergi ke lokasi kejadian bersama anaknya bernama Dika Syahputra mengendarai mobil Pajero Sport.
"Lokasinya gelap yang mulia dan sudah ramai orang, saya bisa mengenali suami saya. Posisinya telentang, dan Saya sempat berpikir sepertinya sudah tidak bernyawa. Tapi saya percaya masih bisa tertolong, maka saya bawa ke rumah adik saya Susilawati," ujar Nilawati.
Paino pun langsung diangkat oleh anaknya serta dibantu beberapa warga untuk dimasukkan ke dalam mobil.
"Suami saya direbahkan dibangku dan saya pangku bagian kepala. Ada luka dan darah pada bagian dada kanannya. Cuma gak nampak lukanya tertutup baju. Saya terus mendampingi suami, cuma saya gak fokus lagi," ujar Nilawati.
Nilawati mengatakan hal serupa, jika autopsi di RS Bhayangkara ialah inisiatif keluarganya.
"Setelah dari RSU Putri Bidadari, saya dan anak-anak langsung ke RS Bhayangkara membawa suami saya untuk autopsi, begitu sampai langsung masuk ke kamar mayat," ujar Nilawati.
"Saat di RSU Putri Bidadari dibuka bajunya dan celana, ada ditemukan proyektil setelah pakaian dalamnya dibuka," sambungnya.
Kemudian Nilawati menegaskan jika memang suaminya tidak pernah terlibat masalah dengan siapa pun.
Sementara warung kopi yang disinggahi Paino sebelum tewas, ternyata milik mamak angkatnya.
"Suami saya tidak pernah ada masalah. Dan warung kopi itu milik mamak angkatnya. Selepas dari ladang dia pasti singgah ke warung naik trailnya. Dan yang paling saya sedihkan, saya terakhir ketemu, itu pun suami saya masih tidur dan pamit belanja ke Medan pagi harinya. Dan tak ada ketemu lagi karena saya pulang sore dan suami belum pulang ke rumah," ujar Nilawati.
Nilawati pun tak membantah jika dulu suaminya ialah seorang pengusaha sawit.
"Dulu suami saya pernah pengusaha sawit. Usaha sawit suami dan terdakwa (Tosa Ginting) berada disatu desa," ujar Nilawati.
JPU juga menyinggung soal keberadaan gudang sawit milik Okor Ginting atau ayah dari Tosa Ginting.
"Iya tau, pergi dan pulang melintasi gudang Okor. Cuma pada saat kejadian saya ada lihat mobil Suzuki Ertiga warna abu-abu disekitar gudang," tutup Nilawati.
Setelah mendengarkan keterangan kedua saksi, ketua majelis hakim pun bertanya kepada terdakwa Tosa Ginting.
"Gimana terdakwa, bagaimana keterangan saksi," ujar Ledis.
"Cukup yang mulia," ujar Tosa Ginting.
(cr23/tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.