Viral Medsos
FAKTA-FAKTA Kematian Sadis Mahira Dinabila Mahasiswi USU di Rumah Orangtua Angkatnya di Medan
Kombes Valentino Alfa Tatareda mengatakan bahwa mahasiswi USU, Mahira Dinabila yang ditemukan tewas di rumah orangtua angkatnya diduga minum racun
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
TRIBUN-MEDAN.COM - Fakta-fakta Terungkapnya Kematian Sadis Mahira Dinabila Mahasiswi USU di Rumah Orangtua Angkatnya.
Penyebab kematian Mahira Dinabila, mahasiswi USU, kini mulai terungkap. Namun, ada sejumlah kejanggalan menurut ayah kandung korban.
Saat ditemukan tak bernyawa di rumah orangtua angkatnya di Medan, Sumut, kondisi jenazah Mahira Dinabila dalam keadaan muka hancur dan telah membusuk. Bahkan ada luka di bagian paha korban sebelum dikafani.
Mahira Dinabila ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan pada Rabu, 3 Mei 2023 lalu.
Korban ditemukan di rumah orangtua angkatnya yang ada di Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, Sumut.
Saat ditemukan, bagian kepala korban sudah jadi tengkorak. Sementara tubuhnya, masih utuh.
Penjelasan Kapolrestabes Medan
Kapolrestabes Medan, Kombes Valentino Alfa Tatareda mengatakan bahwa mahasiswi USU, Mahira Dinabila yang ditemukan tewas di rumah orangtua angkatnya diduga minum racun sianida campur teh manis. Fakta itu ditemukan polisi dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP).
Menurut Valentino, anggotanya menemukan bukti bahwa korban turut memesan putas atau racun merek sianida lewat aplikasi online.
Hanya saja, tidak dijelaskan kapan waktu pemesanan hingga barang tersebut tiba dan diminum korban.
"Alat bukti untuk membantu itu (bunuh diri) pakai teh manis ada. Ini masih penyelidikan memang, dugaan kita seperti itu," kata Kombes Valentino Alfa Tatareda kepada wartawan, Selasa (14/6/2023) sore.
Diduga Pesan Racun Sianida dari Bogor
Dari hasil penyelidikan sementara oleh polisi, didapati fakta bahwa korban diduga memesan racun sianida dari Kota Bogor, Jawa Barat.
Penyidik telah terbang ke Bogor untuk memeriksa pengirim.
Temuan ini diduga didapati dari riwayat pemesanan atau aplikator yang ditemukan polisi.
Sehingga, polisi yakin bahwa Mahira Dinabila memang tewas minum racun sianida.
"Pemesanan lewat salah satu aplikator yang sudah kita periksa disana benar-benar memang almarhumah memesan. Kemudian pengirimannya di Bogor, betul-betul mengirim ke almarhum. Yang dipesan itu racun, potas," jelas Kapolrestabes Medan.
Polisi Masih Menunggu Hasil Otopsi Resmi
Meski sudah ada petunjuk yang mengarah korban bunuh diri, Polrestabes Medan masih menunggu hasil otopsi resmi dari Laboratorium Forensik Polda Sumut.
Kapolrestabes Medan menjelaskan, kemuningkinan dalam 1-2 hari ini hasil pemeriksaan baik digital forensik, otopsi dan pemeriksaan laboratorium bisa segera rampung dan bisa diumumkan.
"Yang menentukan waktu ini memang secara ilmiah oleh Labfor sehingga kita menunggu. Kordinasi dengan Kalabfor juga mudah-mudahan 1-2 hari ini kita mempercepat,"ujarnya.
Jenazah Ditemukan nyaris jadi tengkorak
Sebelumnya, seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) bernama Mahira Dinabila ditemukan tewas pada Rabu 3 Mei 2023.
Jenazah korban ditemukan di rumah orangtua angkatnya yang ada di Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan.
Saat ditemukan, bagian kepalanya nyaris jadi tengkorak, sementara tubuhnya masih utuh.
Keterangan ayah kandung korban
Menurut Pariono, ayah kandung korban, ia mulanya mendapat kabar duka itu dari keluarga.
Lalu, Pariono mendatangi rumah orangtua angkat anaknya tersebut. "Waktu itu saya lihat korban ini sudah terbungkus, lalu ada pihak kepolisian menyuruh saya mengambil Baygon, karena enggak ada yang berani ngambil," kata Pariono kepada Tribun-medan.com, Senin (8/5/2023).
Ia mengatakan, cairan anti nyamuk itu bukan kemasan botol.
"Baygon semprotan. Posisinya tertutup rapat, saya ambil saya serahkan kepada polisi," katanya.
Kejelasan soal Handphone korban
Saat olah TKP berlangsung, handphone milik Mahira Dinabila sempat akan diserahkan ke polisi.
Tapi ayah angkat korban bernama Mawardi lantas tidak menyerahkannya.
Tidak tahu pasti, apa alasan Mawardi enggan menyerahkan handphone tersebut.
"Polisi menanyakan barang bukti lagi sebuah handphone milik Mahira, tapi ditahan oleh bapak angkatnya, tidak diberikan kepada polisi," sambungnya.
Setelah olah TKP, jenazah Mahira Dinabila dibawa ke RS Bhayangkara Tingkat II Medan menumpangi mobil ambulans.
Lalu, Pariono kergi ke rumah sakit. Sementara Mawardi, ayah angkat korban pergi ke Polsek Patumbak.
Ayah kandung korban curigai kematian putrinya
Pariono mengatakan, dia curiga dengan kematian anaknya yang begitu misterius.
Terlebih setelah mengetahui bahwa saat ditemukan, hanya bagian kepala saja yang membusuk.
Sementara bagian tubuh, masih dalam kondisi utuh.
"Kondisi mukanya sudah hancur, tinggal tengkorak, tapi badan utuh," ungkapnya.
Namun, sampai sejauh ini pihak keluarga belum mendapatkan keterangan resmi terkait penyebab tewasnya korban.
Dikatakan Pariono, setelah melihat kondisi korban yang begitu mengenaskan dan sudah membusuk, keluarga menduga jenazah korban sudah meninggal sekitar 10 hari.
Korban sudah tinggal sama ayah angkatnya sejak usia 4 bulan
Pariono juga menceritakan, bahwa putri keempat dari lima bersaudara ini sudah tinggal bersama dengan keluarga Mawardi sejak umur empat bulan.
Korban diangkat oleh keluarga Mawardi karena tidak memiliki anak. Lalu, seiring berjalannya waktu, Mawardi dan istrinya bercerai.
Rumah yang mereka tempati jatuh ke tangan sang istri Mawardi.
Kemudian, tahun 2020 lalu, mantan istri Mawardi meninggal dunia.
Rumah diwariskan oleh mendiang ibu angkatnya ke korban
Sebelum meninggal dunia, mantan istri Mawardi yang merupakan ibu angkat korban mewariskan rumah tersebut kepada Mahira Dinabila.
Sementara, Mawardi menikah lagi dan tinggal bersama dengan istri barunya.
"Saya pernah lihat surat pernyataan, rumah itu jatuh ke tangan istrinya, dari istrinya rumah itu diserahkan ke korban," ujarnya.
Sejauh ini, dikatakannya, bahwa pihak keluarga masih curiga terhadap kematian korban, terlebih ditemukan banyak kejanggalan.
"Banyak sekali, seperti bagian kepala sudah jadi tengkorak dan badannya utuh. Kenapa handphonenya itu mau dijadikan barang bukti bapak menahannya, tidak dikasih sama polisi," ujarnya.
"Kedua itu masalah visum, itu tanpa sepengetahuan saya dia (Mawardi) yang mengajukan surat ke polsek jangan sampai jenazah diautopsi, lalu pagarnya digembok dari luar," tuturnya.
Akan laporkan kejanggalan kematian anaknya ke polisi
Lebih lanjut, pria yang berprofesi sebagai penarik becak ini juga menyampaikan bahwa pihaknya masih berencana melaporkan kejanggalan tersebut kepada polisi.
"Tadi kita ke polisi, polisi mengatakan kenapa waktu kejadian itu tidak diautopsi, jadi kemarin saya mengantar jenazah ke rumah sakit," ungkapnya.
"Sementara bapak angkatnya mengurusi surat ke polsek, surat yang diajukannya itu terkait penolakan autopsi," pungkasnya.
Keterangan Kerabat Korban
Menurut kerabat korban, Muhammad Ridho, jasad korban ditemukan oleh pihak keluarga sudah tergeletak di lantai rumah.
Penemuan itu berawal dari teman korban yang menghubungi pihak keluarga, karena Mahira tidak pernah kuliah padahal waktu itu sedang ada ujian.
Lantaran merasa curiga, keluarga pun langsung mendatangi rumah tempat korban tinggal dan mendapatinya dalam keadaan meninggal dunia.
"Jadi waktu itu malam sekitar jam 11, saya ditelpon disuruh mengantarkan keluarganya, untuk melihat lokasi. Lalu, saya bawa keluarga nya datang ke lokasi," kata Ridho kepada Tribun-medan, Senin (8/5/2023).
Ia menjelaskan, setibanya di lokasi dirinya bertemu dengan keluarga yang lain dan termasuk ayah angkat korban bernama Mawardi.
"Waktu itu kondisi rumah masih gelap, di situlah saya lihat korban dalam posisi tergeletak," sebutnya.
Ditemukan Sepucuk Surat di Dekat Jenazah
Dikatakannya, di dekat jenazah korban juga ditemukan sepucuk surat. Namun, ia tidak mengetahui secara pasti apa isi surat tersebut.
Karena saat itu, surat tersebut langsung di ambil oleh ayah angkat korban yang ketika itu juga ikut masuk menyaksikan jasad korban.
"Sama melihat sekeliling, saya temukan kertas rapi diatasnya pulpen, saya bilang sama om Mawardi ada surat, disenter pakai handphone, lalu dibacanya sepintas. Isi suratnya, tentang keluarga," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, ketika itu pihak keluarga sempat cekcok membahas apakah jenazah dilakukan autopsi atau tidak.
"Sempat diskusi soal autopsi, Mawardi bilang sudahlah memang aku yang salah katanya gitu," ucapnya.
Ada luka di bagian paha korban
Kemudian, setelah itu jenazah korban pun dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Medan.
Di sana, Ridho sempat menyaksikan bahwa ada ditemukan luka di bagian paha korban sebelum dikafani.
"Saya lihat kondisinya dari arah belakang, dibagian kakinya melepuh. Kepalanya saya nggak melihat," pungkasnya.
Sosok Mahira Dinabila
Menurut Rahmat Wilman sepupu korban, mahasiswi semester dua itu selama hidupnya dikenal sebagai sosok yang baik hati dan juga pintar.
Korban juga mendapatkan biaya siswa untuk berkuliah di USU. "Kesehariannya baik, pintar. Dia orangnya tertutup, nggak mau ngerepotin orang lain walaupun ditanya," kata Rahmat kepada Tribun-medan, Senin (8/5/2023).
Ia mengatakan, dirinya sempat syok mengetahui kabar bahwa sepupunya itu tewas dalam keadaan tidak wajar. "Tau kabar dari tanggal 3 Mei kemarin, saya dikabari sama adik kandung, saya kalau kak Ira (panggilan korban) nggak ada lagi. Nggak tau, perkiraan bunuh diri," sebutnya.
Ayah angkat korban menikah lagi
Dikatakannya, selama ini memang korban tinggal bersama dengan orangtua angkatnya di Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, tempat jasadnya ditemukan. Namun, setelah orangtua angkatnya ini bercerai dan ibu angkatnya meninggal dunia korban tinggal sendirian di rumah tersebut.
Sementara, ayah angkatnya bernama Mawardi yang bekerja di kantor Pos Lubukpakam itu tinggal bersama istri barunya. Ia mengungkapkan, selama hidupnya ayah angkat korban ini diduga juga sengaja menjauhi korban dengan para keluarga.
"Sempat dijauhi, dikasih jarak biar nggak dekat sama keluarga yang lain, kalau dia mau kuliah harus tinggal sama ayah angkatnya, di situ timbul curiga kami, kenapa harus dipisahkan," bebernya.
Ia dan pihak keluarga menduga bahwa, sepupunya itu merupakan korban pembunuhan. "Kejanggalan pasti ada, menurut nenek saya beranggapan bahwa bapak angkatnya ini sudah tau si Ira ini meninggal," ujarnya.
"Tapi dia nggak mau memberi tahu kepada keluarga, biar keluarga ini tahu sendiri. Dibiarkan dulu," pungkasnya.
(*/tribun-medan.com)
Diolah dari artikel sebelumnya di Tribun-Medan.com dengan judul Kapolrestabes Medan Sebut Mahasiswi USU yang Tewas Minum Racun Sianida Campur Teh Manis
kematian sadis
Mahira Dinabila
mahasiswi USU
Tewasnya Mahasiswi USU
janggal kematian mahasiswi USU
janggal kematian Mahira Dinabila
REKAM JEJAK Brigjen Yusri Yunus, Daftar Jabatan Penting di Polri Pernah Diemban Yusri Yunus |
![]() |
---|
DUDUK PERKARA Oknum TNI Prada SA Ngamuk di Tempat Hiburan Malam, TNI AD Usut Asal Senjata Api |
![]() |
---|
SOSOK Brigjen Yusri Yunus Petinggi Polri Meninggal Tadi Malam, Yusri Rekan Seangkatan Kapolri |
![]() |
---|
Nasib Oknum Polisi M Yunus Tendang Pengendara, Kapolres Prabumulih Diminta Bertindak, Kronologinya |
![]() |
---|
Paniknya Pejabat Ini Tiba-tiba Didatangi Petugas dan Ditangkap, Puluhan Juta Uang di Bawah Meja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.