Viral Medsos
Kerusuhan Masih Berlanjut di Prancis, Terjadi Penjarahan Toko, Sebanyak 2.363 Orang Telah Ditangkap
Sekelompok perusuh dilaporkan mulai menjarah pertokoan yang ada di kota Lyon, Marseille, dan Grenoble, pada Jumat malam (30/6/2023).
TRIBUN-MEDAN.COM - Kerusuhan masih berlanjut di Prancis, Terjadi Penjarahan Toko, Sebanyak 2.363 Orang Telah Ditangkap.
Sekelompok perusuh dilaporkan mulai menjarah pertokoan yang ada di kota Lyon, Marseille, dan Grenoble, pada Jumat malam (30/6/2023).
Tak hanya di malam hari aksi penjarahan juga dilakukan di siang hari dengan menargetkan Apple Store dan sejumlah toko-toko lainnya di Strasbourg.
Belum diketahui secara pasti berapa total kerugian yang ditimbulkan dari penjarahan tersebut.
Namun, perampokan ini terjadi di tengah memanasnya protes antara pengunjuk rasa dengan polisi anti huru yang kini mulai memasuki hari keempat.
Kendati 45.000 polisi yang didukung oleh kendaraan lapis baja ringan telah diterjunkan untuk menjaga keamanan di wilayah perkotaan, namun hal tersebut nyatanya tak cukup mampu menghentikan aksi demo yang digelar para pengunjuk rasa.
Bahkan imbas kerusuhan itu, semua aktivitas bus dan trem di Paris terpaksa berhenti beroperasi sejak Kamis malam waktu setempat, usai selusin bus dan transportasi umum serta 2.000 kendaraan yang terparkir di perkotaan habis dibakar pengunjuk rasa.
“Ada kerusakan yang sangat signifikan, selusin bus di utara ibu kota Perancis yang habis karena dibakar," kata otoritas transportasi umum Paris, RATP, mengutip dari AFP.

Awal Mula Kerusuhan
Kerusuhan di Prancis terjadi dipicu penembakan remaja keturunan Aljazair, Afrika Utara, saat dilakukan pemberhentian lalu lintas.
Dari cuplikan video yang beredar di sosial media, menunjukkan ada dua petugas polisi bersenjata yang secara tiba–tiba menghentikan sebuah mobil Mercedes AMG berwarna kuning karena melanggar beberapa peraturan lalu lintas.
Tak lama dari itu salah satu petugas menembak pengemudi remaja itu dari jarak dekat saat pengemudi itu berusaha melarikan diri.
Imbas insiden tersebut, pria berusia 17 tahun yang diidentifikasi dengan nama Nahel itu dinyatakan tewas ditempat.
Nahel kemudian dimakamkan di kampung halamannya, Nanterre, dekat Paris pada Sabtu hari ini.
Kendati polisi yang menjadi tersangka dalam penembakan tersebut telah ditangkap otoritas setempat, namun insiden itu telah memicu kembali perdebatan di Prancis atas perlakuan kasar yang dilakukan pihak berwajib terhadap orang-orang pinggiran kota berpenghasilan rendah terutama etnis minoritas.
Ribuan orang bahkan ikut turun ke jalanan Nanterre untuk melakukan protes bersama ibu Nahel sebagai bentuk kekecewaan publik atas sikap kasar kepolisian.
Massa yang membabi buta bahkan turut membakar mobil dan melempar batu serta kembang api ke arah polisi saat melakukan blokade di Nanterre.

Puluhan ribu personel kepolisian telah diterjunkan serta 875 orang yang dicurigai sebagai provokator telah diamankan, namun sayangnya kerusuhan tersebut semakin menggila dan tak kunjung mereda.
Kondisi serupa juga terjadi di kota Lille di utara Prancis menurut laporan CNN International, kobaran api menyala hampir di sepanjang jalan-jalan distrik kota akibat amukan publik.
Sementara distrik kelas pekerja 18 dan 19 di timur laut Paris, polisi menembakkan bola lampu untuk membubarkan pengunjuk rasa yang membakar sampah, tetapi bukannya pergi, massa menanggapi dengan melempar botol. "Kami muak diperlakukan seperti ini. Ini untuk Nahel, kami Nahel," kata dua pemuda yang menyebut diri mereka "Avengers".
Tak Ada WNI Terdampak
Tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak akibat kerusuhan yang terjadi di kota Nanterre, pinggir kota Paris, Perancis.
Kementerian Luar Negeri RI melaporkan telah terjadi kerusuhan di berbagai lokasi di Perancis. Kerusuhan ini dipicu tindakan polisi yang menembak mati pemuda Prancis keturunan Aljazair, Nahel (17 tahun) ketika yang bersangkutan tidak mengikuti perintah untuk berhenti pada Selasa, 27 Juni 2023, di kota Nanterre. Kerusuhan menyebar ke daerah pinggiran kota Paris lainnya, di Seine-Saint Denis, Villeurbanne, dan juga di kota-kota besar lainnya termasuk Nantes dan Toulouse.
"KBRI Paris telah berkoordinasi dg kepolisian kota Nanterre serta simpul simpul masyarakat Indonesia. Hingga saat ini tidak terdapat WNI yang terdampak atau terlibat kerusuhan tersebut," kata Direktur Pelindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha dalam keterangannya.
Presiden Emmanuel Macron kemudian mengadakan pertemuan keamanan darurat untuk mengembalikan perdamaian. Tokoh terkenal Prancis dari warga keturunan imigran seperti pesepakbola Kylian Mbappe dan aktor Omar Sy turut mengutuk kebrutalan polisi.

Perusuh Jarah Toko Senpi, Pemerintahan Macron Terjunkan 45.000 Polisi
Dalam kurun lima malam kerusuhan, Kementerian Dalam Negeri Prancis melaporkan lebih dari 2.363 orang ditangkap terkait kerusuhan.
Kerusuhan yang terjadi sejak Selasa lalu ini pun menyebar ke kota-kota di luar Paris. Kota-kota besar seperti Lyon dan Marseille pun didera kerusuhan.
Polisi Marseille menyebut, perusuh "sangat gesit" menimbulkan kebakaran dan menjarah.
Perusuh di Marseille juga disebut merangsek ke toko senjata api dan menjarah isinya. Sebuah supermarket di Marseille juga dibakar.
"Di Marseille, penjarahan dan kerusuhan yang ada tidak bisa diterima," kata Wali Kota Marseille Benoit Payan, sebagaimana dikutip The Guardian.
Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron sendiri telah menerjunkan 45.000 personel polisi untuk meredam kerusuhan di berbagai penjuru negeri.
Macron pun meminta para orang tua mencegah anaknya ke luar rumah.
Pemerintah Prancis melaporkan sekitar 2.500 toko dan bangunan dijarah atau dibakar sejauh ini.
Perusuh pun membakar kendaraan dan bentrok dengan polisi.
Macron menyebut sepertiga dari jumlah perusuh merupakan anak muda, bahkan sebagiannya di bawah umur.
Presiden Prancis itu mengingatkan para perusuh di bawah umur ini merupakan tanggung jawab orang tua.
"Terkadang kita merasa sebagian dari mereka hidup di jalanan, permainan video telah meracuni mereka," kata Macron.
Sejauh ini, pemerintahan Macron sendiri belum menetapkan status darurat untuk meredakan kerusuhan.
Taktik seperti demikian pernah digunakan pemerintah Prancis usai kerusuhan besar pecah pada 2005 silam usai kematian dua remaja di tangan polisi.

Kerusuhan Terus Berlanjut di Prancis, Lebih dari 2.363 Orang Ditangkap
Lebih dari 2.363 orang telah ditangkap setelah aksi protes dengan kekerasan melanda seluruh Prancis yang kini telah lima malam.
Cuplikan Sky News menunjukkan kerumunan orang bubar setelah zat itu disebarkan oleh petugas.
Sedangkan polisi di Paris membersihkan pengunjuk rasa dari Place de la Concorde dan meningkatkan keamanan di jalan Champs Elysees yang terkenal di kota itu setelah seruan di media sosial untuk berkumpul di sana.
Petugas kemudian mengatakan mereka menangkap 37 orang di Ibu Kota Prancis setelah petugas menyita senjata di daerah tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menunda kunjungan kenegaraannya ke Jerman karena krisis yang sedang berlangsung, sebagai sebuah sinyal yang jelas tentang signifikansi kerusuhan Prancis mengingat pentingnya hubungannya dengan Jerman.
Macron berbicara dengan koleganya dari Jerman Frank-Walter Steinmeier untuk memberi tahu dia tentang situasi tersebut, kata seorang juru bicara presiden Jerman.
"Presiden Macron telah meminta agar rencana kunjungan kenegaraan ke Jerman ditunda," tambah juru bicara itu seperti dikutip dari Sky News, Minggu (2/7/2023).
Ini adalah kedua kalinya dalam beberapa bulan kerusuhan Prancis telah melukai Macron secara diplomatis, setelah Raja Charles II membatalkan kunjungan luar negeri pertamanya sebagai raja Inggris karena protes atas rencana reformasi pensiun Macron.
Pembunuhan Nahel memicu ketegangan yang membara antara polisi dan pemuda di proyek perumahan yang berjuang melawan kemiskinan, pengangguran, dan diskriminasi rasial.
Itu telah menghasilkan kerusuhan terburuk yang pernah dialami Prancis selama bertahun-tahun dan memberi tekanan pada Macron, yang menyalahkan media sosial karena memicu kekerasan.
Sejak kerusuhan dimulai pada Selasa malam, telah terjadi 2.363 penangkapan - lebih dari setengahnya pada malam keempat.
Namun, kerusakan telah meluas dari Paris ke Marseille dan Lyon, dan bahkan lebih jauh lagi di wilayah seberang laut Prancis, di mana seorang pria berusia 54 tahun meninggal setelah terkena peluru nyasar di Guyana Prancis.
Sementara itu tim sepak bola nasional Prancis - termasuk bintang internasional Kylian Mbappe, idola bagi banyak anak muda di lingkungan yang kurang beruntung di mana kemarahan berakar - memohon diakhirinya kekerasan.
"Banyak dari kami berasal dari lingkungan kelas pekerja, kami juga berbagi rasa sakit dan sedih atas pembunuhan Nahel," kata para pemain timnas Prancis dalam sebuah pernyataan.
"Kekerasan tidak menyelesaikan apa pun. Ada cara lain yang damai dan konstruktif untuk mengekspresikan diri," sambung pernyataan itu.
Mereka mengatakan sekarang saatnya untuk berkabung, berdialog, dan membangun kembali.
(*/tribun-medan.com/kompas tv)
Artikel ini sebagian telah tayang di Tribunnews.com
Prancis
kerusuhan di prancis
2.363 orang perusuh ditangkap di Prancis
penyebab kerusuhan di prancis
kerusuhan prancis
REKAM JEJAK Brigjen Yusri Yunus, Daftar Jabatan Penting di Polri Pernah Diemban Yusri Yunus |
![]() |
---|
DUDUK PERKARA Oknum TNI Prada SA Ngamuk di Tempat Hiburan Malam, TNI AD Usut Asal Senjata Api |
![]() |
---|
SOSOK Brigjen Yusri Yunus Petinggi Polri Meninggal Tadi Malam, Yusri Rekan Seangkatan Kapolri |
![]() |
---|
Nasib Oknum Polisi M Yunus Tendang Pengendara, Kapolres Prabumulih Diminta Bertindak, Kronologinya |
![]() |
---|
Paniknya Pejabat Ini Tiba-tiba Didatangi Petugas dan Ditangkap, Puluhan Juta Uang di Bawah Meja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.