Viral Medsos
Ramai soal Pengantin Wanita Kabur, Ini Menurut Psikolog
Sebelum dan atau sesudah pernikahan, maka akan muncul rasa frustrasi. Kadang ada muncul keinginan untuk mulai menarik diri.
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
Gamophobia adalah ketakutan berlebih pada komitmen dan pernikahan. Orang dengan kondisi tersebut biasanya masih bisa dekat dan berpacaran dengan yang lain, namun enggan untuk melanjutkan ke tahap serius alias pernikahan.
Orang dengan gamophobia akan langsung gugup, berkeringat, detak jantungnya mendadak cepat dan kencang, bahkan merasa pusing ketika mendengar kata “pernikahan”.
Jadi, ketakutan yang dialami oleh orang dengan gamophobia bukan sekadar keengganan menikah karena belum siap. Kondisi ini jauh lebih kompleks dan sebenarnya membutuhkan penanganan khusus dari tenaga profesional.
Menurut Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog, gamophobia lebih mungkin dialami oleh kaum hawa. Karena pada dasarnya, wanitalah yang lebih mungkin mengalami fobia secara umum. Alasannya, kaum hawa rentan mengalami hal-hal traumatis. Mereka juga lebih mengandalkan emosi sehingga pengalaman yang tidak menyenangkan bisa sangat membekas di dalam dirinya.
Apa Penyebab Gamophobia?
Faktor penyebab gamophobia ada banyak. Misalnya, individu tersebut pernah melihat ada anggota keluarganya yang sudah menikah atau bahkan orang tuanya sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga. “Atau simpelnya, mereka menikah tetapi tidak bahagia,” jelas Ikhsan.
Orang yang punya pengalaman gagal menjalin hubungan, padahal segala upaya untuk mempertahankannya sudah dilakukan, juga berisiko untuk mengalami kondisi tersebut. Gamophobia umumnya disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus, khususnya kombinasi antara pengalaman traumatis dan kepribadian orang itu sendiri. Trauma memegang peranan penting terhadap munculnya fobia. Rasa kapok yang teramat sangat ditambah dengan kepribadian sensitif dan kurang berani mengambil risiko, pada akhirnya akan menghasilkan gamophobia.
Sekali pun bertemu dengan orang baik dan sebenarnya bisa menghasilkan hubungan ideal nan langgeng, mereka akan berupaya “kabur” atau mundur dari jenjang yang lebih serius. Gamophobia berbeda dengan orang yang takut berkomitmen karena belum siap dan segala alasan klise lainnya. Mereka yang player biasanya tidak mencintai secara tulus dan bisa langsung meninggalkan ketika apa yang dicarinya sudah didapatkan. Mereka pun akan dengan mudah mencari pengganti.
Sementara itu, pada orang dengan gamophobia, mereka masih bisa mencintai secara tulus meski tidak berani berkomitmen untuk serius. “Orang dengan gamophobia masih bisa benar-benar mencintai seseorang, karena perasaan sayangnya itu melibatkan emosionalnya,” ucap Ikhsan.
“Sedangkan, ketakutannya yang tidak wajar terhadap pernikahan itu beda lagi alias tak ada hubungannya dengan pasangannya. Mereka cinta, tapi karena takut komitmen karena pengalaman buruk, (jadinya) enggan menikah,” tegasnya.
Apakah Orang dengan Gamophobia Bisa Berubah?
Ada saatnya orang yang punya pengalaman traumatis bertemu dengan orang yang tepat. Mereka tetap rela menunggu sampai orang yang disayanginya itu mau menikahinya.
Apakah orang yang ditunggu bisa berubah pikiran? Bukankah trauma dan fobia susah hilang?
“Kalau soal mengubah diri jadi bisa berkomitmen atau tidak, ya bisa aja. Selama orang ini ada kemauan atau niat yang kuat dan sudah menemukan pasangan yang baik, hal itu bisa diwujudkan,” kata Ikhsan, menjawab pertanyaan.
“Akan tetapi, kalau sudah sampai fobia, baiknya butuh treatment dari psikolog untuk dicari tahu dulu akar penyebabnya,” saran Ikhsan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.