TRIBUNWIKI
Cerita Putri Handayani, Perempuan Asal Sergai, Bawa Misi Taklukan 9 Puncak Grand Slam
Putri Handayani seorang mountaineer siap menuntaskan misinya mencapai 9 puncak Grand Slam dalam waktu dekat
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Putri Handayani seorang mountaineer siap menuntaskan misinya mencapai 9 puncak Grand Slam dalam waktu dekat.
Hal tersebut dikatakan Putri sapaan akrabnya saat berbincang acara sharing session bersama Putri Handayani di Sekata Kopi, Jalan Sei Batu Gingging Medan
Wanita asal Serdang Bedagai (Sergai) ini sebelumnya telah berhasil melakukan ekspedisi ke berbagai gunung baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri, seperti 8 puncak gunung dengan ketinggian 4.000 mdpl di Monte Rosa, Swiss.
Sejauh ini ia telah berhasil mencapai puncak gunung Kalimanjaro (tertinggi di benua Afrika), Elbrus (tertinggi di benua Eropa), Aconcagua (tertinggi di wilayah Amerika Selatan), Denali (tertinggi di Amerika Utara), dan Carstensz Pyramid (tertinggi di wilayah Oseania dan Australia).

Dimisi berikutnya ia akan mencapai puncak Everest, Vinson Massif, South Pole, dan North Pole agar menjadi orang Indonesia pertama yang meraih predikat The Explorer's Grand Slam.
Cerita perjalanan pendakian Putri ini dimulai sejak duduk di bangku SMP saat berusia 13 tahun.
Putri mengaku melakukan pendakian pertamanya saat ia masih mengikuti kegiatan Pramuka di sekolahnya.
Saat itu ia berhasil sampai di puncak Gunung Sibayak bersama teman-temannya.
"Sebenarnya saya mendaki gunung sudah sejak dini, saat saya masih SMP. Motivasi saya mendaki gunung sebenarnya tidak ada. Ya, saya hanya merasa itu merupakan passion dan saya senang-senang saja jika berhasil melakukannya. Istilahnya masih pada tataran otonom," ujarnya.
Tataran otonom ini merupakan fase di mana seseorang dapat mengenal dan mengidentifikasi kebebasan dalam melakukan sesuatu yang disukai.
Dan setelah beranjak dewasa Putri menyadari bahwa ada sesuatu di dalam dirinya mengatakan, mendaki gunung juga dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
"Hal itulah yang memotivasi saya untuk memahami bahwa mendaki gunung tak hanya seru-seruan saja, tapi juga suatu identitas," lanjut Putri.
Lingkungan yang misoginis kerap membuat perempuan terpinggirkan dalam ranah pendakian gunung yang terkesan hanya laki-laki yang bisa melakukannya.
Namun, Putri Handayani menepis persepsi tersebut. Ia sangat percaya dengan kekuatan dan ambisi perempuan.
"Setiap orang punya struggle-nya masing-masing. Saya juga sering disepelekan sebagai mountaineer perempuan. Sebenarnya itu wajar. Sebab dunia mountaineer ini kan fisikal. Tapi, buat saya disepelekan itu it’s oke. Toh semuanya bakal ditentukan dengan ambisi, strategi, dan goals yang kita capai itu bagaimana," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.