SD Negeri Hanya Punya Satu Guru PNS, Dana BOS Lebih Banyak Digunakan untuk Bayar Honorer

Kepala SDN 107955, Lamreta Panggabean membenarkan kalau jumlah tenaga guru yang berstatus ASN di sekolahnya sangat minim.

Penulis: Indra Gunawan | Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan/Indra
Pengendara sepeda motor melintas di depan SDN 107955 yang berada di Jalan Pasar V Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam Jumat, (25/8/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com, LUBUK PAKAM - Beberapa Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang ada di Kabupaten Deliserdang saat ini masih kekurangan tenaga guru baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) mau pun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Pihak sekolah terpaksa memakai tenaga guru honorer agar aktivitas sekolah bisa berjalan. Karena hal ini sekolah pun sulit berkembang dan tidak jarang kalah saing dengan sekolah swasta di sekitarnya.

Informasi yang dihimpun, salah satu sekolah yang saat ini kekurangan tenaga guru PNS dan PPPK adalah SDN 107955 yang berada di Jalan Pasar V Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam. Meski sekolah ini berada di kawasan ibu kota kabupaten namun kenyataannya hanya ada satu orang tenaga PNS. Sementara sisanya adalah tenaga honorer.

"Kami dari orangtua murid berharap agar anak-anak kami mendapat pendidikan yang terbaik di sekolah. Guru honorer di sekolah tempat anak kami gajiannya setengah tahun sekali makanya itu gonta ganti juga itu orangnya. Pertanyaannya, bisa maksimalkah mereka mengajar kalau seperti itu? Kemarin ada yang mengundurkan diri itu guru honorernya. Maunya yang PNS juga adalah," kata salah satu wali murid yang meminta agar namanya tidak dituliskan.

Kepala SDN 107955, Lamreta Panggabean membenarkan kalau jumlah tenaga guru yang berstatus ASN di sekolahnya sangat minim. Hal ini lantaran hanya ada satu orang sementara jumlah siswa ada 143 orang.

Baca juga: Kampanye di Sekolah dan Kampus Rawan Perundungan, KPU RI akan Revisi Aturan

"Yang PNS cuma 1 orang, lainnya honorer semua. Jumlah guru sama tenaga honorer ada 12 orang. Saya kan baru dua tahun di sini, setelah saya masuk yang PNS pensiun 5 orang mulai dari tahun 2021 sampai 2022. Yang satu orang PNS ini pensiunnya 2025,"ujar Kepala SDN 107955, Lamreta Panggabean, Jumat (25/8/2023).

Meski jumlah tenaga guru berstatus PNS sangat minim namun Lamreta mengaku mereka tidak kekurangan tenaga guru. Hal ini lantaran jumlah kelas dari kelas 1 sampai 6 juga ada 6 ruangan. Dirincikannya, saat ini guru kelas ada 6 orang sementara lainnya masing-masing satu orang menjadi guru Agama Islam, Agama Kristen, Muatan Lokal, Tata Usaha, Petugas Kebersihan, Penjaga Malam, dan Penjaga Siang (Security).

"Kalau yang PNS cuma guru kelas 3. Guru PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) memang kita nggak ada tapi setelah Kurikulum Merdeka, boleh dipegang oleh guru kelas dan mereka bersedia untuk itu karena supaya jam mereka juga cukup. Kekurangan guru PNS ini kita sudah sampaikan ke kecamatan dan dinas. Kalau jumpa sama yang bagian program juga sudah saya sampaikan. Katanya suruh buat laporan saja dulu," ucap Lamreta.

Lamreta menaruh harapan agar ke depannya ada beberapa orang guru PNS atau PPPK yang bisa ditempatkan di sekolahnya. Meski saat ini jumlah tenaga guru terpenuhi namun diakui ketika ada guru PNS atau PPPK maka sekolahnya akan lebih berkembang dan maju lagi. Selama ini dana BOS banyak tekuras untuk menggaji honorer saja.

"Memang terpenuhi guru kelas tapi kan honor yang banyak. Kita juga kan mau mengupayakan agar sekolah kita maju misalnya untuk beli buku. Dana BOS kan bukan untuk honor saja, sekolah juga harus maju. Pasti akan maju kalau PNS-nya pun terpenuhi karena dana BOS bisa kita gerakkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat lagi," kata Lamreta.

Menurut Lamreta, saat ini tenaga guru sekolahnya bergaji Rp 500 ribu per bulan. Gaji pun untuk tahun ini dibayar per enam bulan sekali. Meski demikian, dari pengakuannya, para guru honorer semuanya tidak ada yang mempersoalkan.

"Iya 500 ribu gajinya, Puji Tuhan mereka kerja bagus dan disiplin juga. Mereka nggak ngeluh soal gaji karena dari awal saya langsung bertanya pada mereka gaji 6 bulan sekali tahun ini tapi mereka semangat kok, katanya dari pada nganggur sarjananya," ujar Lamreta.

Terkait adanya guru honorer yang mengundurkan diri Lamreta pun tidak menampiknya. Ia menyebut masalahnya bukan pada gaji yang kecil tapi karena memang ada kesibukan dari guru honorer tersebut. Ia pun mengaku sudah mencari penggantinya.

"Ya ada yang resain kemarin. Gurunya ngabarin saya pagi-pagi katanya dia mau fokus kuliah dulu karena kan mau nyelesaikan S-2 nya. Bukan karena masalah gaji keluarnya tapi karena mau nyusun skripsi (tesis).

 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved