Viral Medsos

Pihak Kampus dan Keluarga Ragukan Motif Pembunuhan Dosen Wahyu Dian Selviani: Orangnya Santun

Pelaku pembunuhan Dwi Feriyanto pun terancam hukuman mati atau seumur hidup dan atau sekurang-kurangnya 20 tahun kurungan.

|
Editor: AbdiTumanggor
HO
Pihak kampus dan keluarga ragukan motif pembunuhan Wahyu Dian Silviani yang disebutkan pelaku. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Seorang pria yang berprofesi sebagai kuli bangunan bernama Dwi Feriyanto alias D dijerat dengan pasal pembunuhan berencana yaitu Pasal 340 KUHPidana atau Pasal 338 KUHPidana atau Pasal 339 KUHPidana atau Pasal 365 ayat (3) KUHPidana.

Dwi Feriyanto pun terancam hukuman mati atau seumur hidup dan atau sekurang-kurangnya 20 tahun kurungan.

Dwi Feriyanto merupakan tersangka pembunuhan berencana terhadap dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta Wahyu Dian Selviani (33). 

Wahyu Dian Selviani (33) ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya di Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Kamis (24/8/2023).

Jasad Silviani awalnya ditemukan oleh seorang mandor tukang bangunan yang dipercayai oleh pemilik rumah untuk merawat rumah tersebut.

Pelakunya Dwi Feriyanto (23), warga Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Dwi ditangkap di rumahnya, Jumat, sekitar pukul 01.00 WIB.

Dwi adalah seorang tukang batu bekerja di rumah korban yang sedang renovasi atau di sebelah rumah Graha Sejahtera Tempel No.I Desa Tempel Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo, dimana lokasi saat mayat korban ditemukan, pada Kamis (24/8/2023).

Akhirnya Terungkap pelaku pembunuhan dosen UIN Surakarta, Wahyu Dian Silviani (34). Ia adalah Dwi Feriyanto alias D, seorang pria yang berprofesi sebagai kuli bangunan. (hO)
Pelaku pembunuhan dosen UIN Surakarta, Wahyu Dian Silviani (34). Ia adalah Dwi Feriyanto alias D, seorang pria yang berprofesi sebagai kuli bangunan. (Ho)

Motif Pembunuhan

Kapolres Sukoharjo, AKBP Sigit mengatakan, D membunuh korban lantaran sakit hati karena disebut tolol dan hasil kerjanya jelek.

"Korban mengatakan hasil kerjanya (pelaku) jelek, juga dikatain tolol," kata Sigit seperti yang diwartakan TribunSolo.com.

Pelaku membunuh korban dengan menggunakan pisau.

"Pisau ini dibawa dari lokasi proyek bangunan sebelumnya," lanjutnya.

Setelah melakukan pembunuhan, D kemudian membuang pisau tersebut ke sungai.

D juga mencoba menghilangkan barang bukti dengan membakar baju korban yang dilakukan di sekitar TKP.

Sigit juga mengatakan, D menutupi tubuh korban yang tak bernyawa menggunakan kasur.

Hal tersebut dilakukan supaya jasad korban tidak terlihat dari luar rumah.

"Tujuan ditutup kasur biar tidak kelihatan dari depan," kata D, saat konferensi Pers Polres Sukoharjo, Jumat (25/8/2023).

Namun, motif pembunuhan ini diragukan oleh pihak Kampus UIN Surakarta dan juga keluarga korban.

Pembunuhan berencana

AKBP Sigit mengatakan, pembunuhan ini merupakan pembunuhan berencana.

D telah merencanakan membunuh korban sejak Senin (21/8/2023).

Saat beraksi, D datang dengan melompat pagar depan rumah.

Pelaku lantas masuk ke rumah dan mengeksekusi korban.

"Itu dibunuh di ruang tengah, saat itu korban ada di ruang tengah," kata AKBP Sigit.

Setelah korban dibunuh, pelaku menguasai barang-barang berharga milik korban.

"Pelaku juga mengambil HP, laptop, dan uang korban," ucapnya.

"Atas perbuatannya, D dikenakan pasal Pasal 340 KUHPidana atau Pasal 338 KUHPidana atau Pasal 339 KUHPidana atau Pasal 365 ayat (3) KUHPidana dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati atau seumur hidup," kata Sigit.

Motif diragukan pihak kampus dan keluarga korban

Motif pembunuhan yang disebutkan pelaku Dwi Feriyanto berbanding terbalik dengan pernyataan keluarga korban.

Suparman (35), paman Dian mengatakan, ia ragu atas motif pelaku membunuh keponakannya.

Menurutnya, korban dikenal sebagai sosok yang santun selama tinggal di tempat asalnya.

"Tidak ada sama sekali dia pernah ada masalah di sini. Dia kalau ngomong santun dan memang tidak suka banyak ngomongnya," kata Suparman seperti yang diwartakan Kompas.com.

Suparman menganggap motif yang dilontarkan pelaku adalah sebuah fitnah.

"Tidak masuk akal, itu pasti pelakunya fitnah itu. Dian itu sangat sederhana. Ngomong tidak terlalu,"ujarnya.

"Apalagi sampai ada yang bilang dia mengatai pelaku. Itu pasti tidak benar, dia itu orang terpelajar pasti bisa jaga omongannya," sambung Suparman.

Senada dengan Suparman, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Mas Said Surakarta, Muhammad Rahmawan Arifin juga mengungkapkan bahwa korban dikenal ramah di lingkungan kerjanya.

Pria yang akrab disapa Ivan tersebut menyaksikan bahwa korban tak pernah berkata kasar.

"Selama saya saksi almarhumah tidak pernah menyampaikan kata-kata yang jangankan menyakitkan, menyinggung saja tidak pernah," ucap Ivan kepada TribunSolo.com, Jumat (25/8/2023).

Bahkan, kata Ivan, gestur tubuh korban menunjukkan bahwa Dian bukan sosok yang berkata kasar.

"Bahasa yang digunakan Bu Dian ini sangat halus, tidak meledak seperti orang membentak," pungkasnya.

Salah satu dosen Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta (UIN RM Said Surakarta) ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tak wajar pada Kamis (24/8/2023). Jenazah dosen perempuan bernama Wahyu Dian Silviani (34) ini ditemukan di Perumahan Graha Tempel, Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah. (TribunSolo.Com)
Salah satu dosen Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta (UIN RM Said Surakarta) ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tak wajar pada Kamis (24/8/2023). Jenazah dosen perempuan bernama Wahyu Dian Silviani (34) ini ditemukan di Perumahan Graha Tempel, Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah. (Tribun solo)

Kesaksian teman korban

Kesaksian teman korban, Feli, mengungkapkan korban saat itu tinggal di rumah tetangganya. Pasalnya, rumah Wahyu masih direnovasi.

"(Korban) tinggal sendiri, rumahnya direnovasi, lalu numpang sementara di rumah temannya di samping rumahnya itu (tetangganya)," ungkap Feli dikutip dari TribunJogja.com.

Sepengetahuan Feli, Wahyu diketahui baru menumpang di rumah tetangganya itu selama tiga pekan.

"Biasanya numpang di tempat saya, tapi kemarin adiknya datang dari Surabaya, karena adiknya ke sini jadi tinggal di rumah temannya (tetangganya) yang kosong itu, lalu adiknya pulang ke surabaya, tapi (dia) masih di situ," terang Feli.

Feli mengaku terakhir bertemu dengan korban saat mengikuti upacara bendera HUT ke-78 Kemerdekaan RI kemarin.

"Kalau terakhir kontak-kontakan di Instagram kemarin, bagi-bagi story gitu. Tapi terakhir kontakan sama temen saya jam 10 malam kemarin," tambah Feli.

Selama mengenal Wahyu, Feli tidak pernah tahu riwayat penyakitnya.

Karena selama berteman, Wahyu tidak pernah mengeluh sakit.

Feli juga mengetahui kalau Wahyu tidak pernah ada masalah dengan orang lain. Menurutnya, orangnya baik dan santun.

Sosok Dosen Wahyu Dian Silviani

Sosok Wahyu Dian Silviani termasuk dosen berprestasi. Pasalnya, Wahyu berhasil lolos dalam program Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ke luar negeri.

Pada Jumat (25/8/2023), korban seharusnya melakukan wawancara LPDP karena lolos dengan nilai tes kemampuan Bahasa Inggris tertinggi.

Korban merupakan dosen di Program Studi Ilmu Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).

Pihak UIN Raden Mas Said Surakarta merasa kehilangan atas kepergian Wahyu.

Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) UIN RM Said Surakarta, Rahmawan Arifin mengakui korban adalah dosen di lembaganya.

"Iya, korban betul Dosen Program Studi Ilmu Lingkungan, namun demikian beliau mengabdi di FEBI," kata Rahmawan.

Pihak kampus mendapat informasi sekira pukul 13.30 WIB. Lalu, sekira pukul 14.00 WIB, pihak kampus langsung datang menuju tempat ditemukannya korban.

Dia menuturkan, saat di lokasi sudah ada garis polisi dan beberapa petugas Polres Sukoharjo yang sudah berada di dalam rumah dimana jasad Wahyu ditemukan.

Wahyu Dian Silviani, dosen UIN Solo yang tewas di dalam rumah wilayah Sukoharjo.
Wahyu Dian Silviani, dosen UIN Solo yang tewas di dalam rumah wilayah Sukoharjo. (HO)

Korban Dimakamkan di NTB

Sebelum dipulangkan ke Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), jenazah Wahyu bakal mendapatkan penghormatan terakhir dan disalatkan di kampus tempatnya mengabdi, Jumat (25/8/2023).

Hal tersebut diungkap oleh Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Mudhofir.

Mudhofir mengatakan keluarga mendiang Wahyu Dian diperkirakan mendarat di Bandara NYIA sekitar pukul 06.30 WIB.

Kemudian, dari keluarga rencana langsung menuju ke kampus UIN Surakarta.

Diketahui, untuk mengungkap misteri kematian Wahyu, jasadnya telah diautopsi terlebih dahulu sebelum disemayamkan.

Barulah, setelah proses autopsi selesai, jenazah Wahyu Dian akan disemayamkan di kampus untuk mendapatkan penghormatan terakhir dan disalatkan.

 “Serah terima jenazah dari kepolisian ke keluarga diwakili Pak Khairul Imam di RSUD Dr. Moewardi Solo pukul 09.00 WIB," terang Mudhofir.

Selanjutnya, jenazah langsung dibawa ke kampus dan disemayamkan di Masjid Al Bukhori.

Adapun prosesi salat jenazah dilakukan karyawan dan jajaran petinggi UIN Raden Mas Said.

Setelahnya jenazah dibawa ke Bandara Juanda Surabaya melalui jalur tol sekitar pukul 10.45 WIB.

"Dalam kesempatan itu, perwakilan dari kampus yakni bapak Usnan dan bapak Rumpoko turut mengiringi jenazah hingga Mataram,"ujar Mudhofir.

(*/tribun-medan.com)

Artikel sebagian telah tayang di Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved