Berita Kesehatan

Kenali Fetish, Perilaku Menyimpang dalam Hubungan Seksual, Simak Penjelasan Seksolog Zoya Amirin

Seksolog Klinis Zoya Amirin, M.Psi.FIAS menyoroti soal penyimpangan seksual fetish dalam berhubungan seksual.

HO / Tribun Medan
Seksolog Zoya Amirin 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN - Seksolog Klinis Zoya Amirin, M.Psi.FIAS menyoroti soal penyimpangan seksual fetish dalam berhubungan seksual.

Apalagi, jika pasangan mulai menunjukkan hal-hal aneh yang berkaitan dengan fetish pada saat foreplay.

Sehingga, pasangan akan merasa terangsang dengan bagian tubuh yang non seksual.

Dimana seseorang akan terangsang dengan kaos kaki, selimut bayi dan benda-benda lainnya.

Pernyataan ini diungkapkan langsung Zoya dalam kanal YouTube Zoya Amirin pribadinya.

Zoya mengungkapkan, selama itu tidak menyakiti diri pasangannya, mengancam nyawa, dan melanggar Undang-Undang, bisa di coba saja.

 "Kebanyakan fetish itu tidak memaksa kok dan tidak kekerasan," ucapnya.

Zoya juga menjelaskan terkait fetish itu harus didiskusikan terlebih dahulu dengan pasangan, tidak boleh dipaksakan.

Zoya Amirin juga menilai, tentunya seorang tak bisa menggeneralisir semua tindakan yang nyeleneh sebagai Tindakan penyimpangan seksual tanpa mendiagnosa individu tersebut.

Dia juga menjelaskan secara umum, memang terdapat penyimpangan seksual atau sexual disorder yang bisa dialami oleh seseorang.

"Ada banyak penyimpangan seperti Paraphilia, Eksibisionis, BDSM, sadomasokis, pedofil, hingga Fetish. Fetish masuk dalam kategori Paraphilia," jelas Zoya.

Yang dimana Paraphilia adalah perilaku seksual menyimpang (menurut DSM V atau Diagnostic Statistical Manual for Mental Disorder V).

Fetish merupakan bagian dari Paraphilia, perilaku seksual menyimpang di mana Individu merasa terangsang pada bagian tubuh nonton seksual (selain payudara dan kelamin).

Jika fetish membahayakan diri sebaiknya, Anda dapat mengkonsultasikan masalah ini kepada pasangan sehingga dalam rumah tangga bisa berjalan harmonis.

Namun, jika pasangan Anda merasa sulit untuk memberhentikan fetishnya, maka Anda bisa berkonsultasi ke psikolog.

Sehingga pasangan bisa sama-sama merasa nyaman satu sama lain.

Sebagai informasi tambahan, dr Alviana menjelaskan, fetishism bisa terjadi pada seseorang dilatarbelakangi beberapa hal.

Pertama, seseorang kemungkinan pernah menjadi korban atau pernah melihat perilaku seksual yang menyimpang.  

Kedua, ada sebuah teori mengatakan jika seseorang yang tidak mendapatkan kontak seksual yang baik, maka mencari kepuasan dengan cara lain.

"Secara umum, penyimpangan seksual lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan dan terdapat teori yang mengatakan bahwa fetishism berkembang sejak masa kanak-kanak namun ada pula yang mengatakan onset-nya adalah saat masa pubertas," ujarnya

Menurut dr Alviana cara penyembuhan gangguan fetish bisa dengan cara diterapi dengan berbagai psikoterapi baik individual maupun kelompok serta dapat dilakukan pemberian terapi obat-obatan dan hormon.

"Untuk menghindari gangguan fetish hendaknya masyarakat menciptakan lingkungan yang ramah anak, peduli pada kesehatan anak baik secara fisik maupun mental, dan bersikap melindungi anak dari paparan kekerasan baik kekerasan fisik, mental, maupun seksual," tambahnya.

(cr30/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved