TRIBUNWIKI
SOSOK Djisman Simandjuntak, Pria Berdarah Batak yang Kini Jadi Peneliti dan Rektor
Ia mengisahkan bagaimana dirinya bertahan hingga bisa menikmati sejumlah pendidikan di dalam dan luar negeri.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE – Profesor Djisman Simanjuntak tengah pulang kampung di Kabupaten Tapanuli Utara dan singgah di SMA Bintang Timur Balige (BTB), tempat ia mengenyam pendidikan.
Pria berusia 77 tahun ini telah menjabat sebagai Ketua Board of Management Center for Strategic International Studies (CSIS) dan Rektor Universitas Prasetiya Mulya.
Saat berada di Kota Balige, ia berbagai pengalaman hidup dengan tribun-medan.com.
Ia mengisahkan bagaimana dirinya bertahan hingga bisa menikmati sejumlah pendidikan di dalam dan luar negeri.
“Aku mau, adik-adikku yang di BTB ini lebih hebat dariku. Mereka harus mendapatkan akses pendidikan yang mereka impikan,” ujar Djisman Simandjuntak, Kamis (29/9/2023).
Pria, anak kedua dari sembilan ini ternyata harus berjuang sekuat tenaga guna menyelesaikan pendidikannya di BTB. Belum lagi, kondisi perpolitikan belum stabil yang memengaruhi perekonomian dan situasi sosial masyarakat membuat dirinya menjadi latihan tersendiri.
Ia dibentuk menjadi pribadi yang memiliki daya juang agar keluar situasi saat itu.
Satu-satunya jalan adalah pendidikan.
Dengan demikian, ia membukan pintu bagi BTB mendapatkan beasiswa di Universitas Prasetiya Mulia Jakarta.
Pihaknya menyediakan 10 persen dari jumlah mahasiswanya mendapatkan beasiswa.
“Yang pertama kita buat adalah beasiswa. Kita ingin, pemenang mendapat beasiswa untuk 10 persen. Sebelumnya, kita sudah lakukan ini di Doloksanggul. Tapi, baru kali ini, kita kesampaikan mencari penerima beasiswa dari BTB,” tuturnya.
“Beasiswa Bakti ini disedikan bagi mereka yang punya talenta baik di SMA namun orangtuanya belum beruntung di bidang ekonomi. Kita akan sediakan segalanya, mulai ongkos datang ke Jawa ke kampus kita, biaya hidupnya, biaya sekolahnya. Biaya ini kita tanggung selama 4 tahun, dan mereka harus mereka dapat memperlihatkan kemampuan mereka,” terangnya.
Kembali, ia menjelaskan perjalanan hidupnya.
“Saya alumni BTB, maka saya langsung kontak dengan BTB. Saya angkatan 1967, masa yang susah waktu itu. Peralihan orde lama ke orde baru. Hubungan antar warga waktu itu, saling curiga,” sambungnya.
Ia menjelaskan, sekolahnya dulu mengajarkan semangat belajar dan jiwa korsa.
“Yang saya dapatkan dari BTB ini dan itu saya usung sampai hari ini adalah semangat belajar. Waktu itu, kita melihat anak-anak sekolah pada jam istirahat pertama pukul 10-an WIB, sudah banyak pulang ke rumahnya masing-masing. Sementara kita tetap belajar di perpustakaan dan belajar di sekolah. Semangat belajar,” sambungnya.
“Selain itu, guru-guru juga punya dedikasi yang tinggi ditambah dengan kepala sekolah yang tegas. Ia seorang frater dari Belanda. Dan jiwa korsa sangat diutamakan,” terangnya.
Setelah tamat dari SMA BTB, ia mengecap pendidikan di Universitas Parahyangan.
Semangatnya belajar terus membara hingga mendapatkan kesempatan belajar di Jerman.
“Pada saat itu, kita dibentuk dengan situasi yang keras. Semangat itu yang saya warisi dan ingin keluar dari situasi itu. Akhirnya, saya memilih dan masuk Universitas Parahyangan sekitar tahun 1969 dan selesai 1973,” sambungnya.
“Sempat menjadi akuntan. Lalu, aku menjadi peneliti dan akhirnya saya bisa sekolah di Jerman. Saya mujur mendapat pendidikan di Jerman, dapat mengakses pendidikan yang luar biasa. Di sana, aku bisa belajar di perpustakaan yang canggih dan luar biasa,” sambungnya.
“Semangat itu yang kemudian saya bawa ke Prasetiya,” sambungnya.
Pengalamannya di masa lampau membawanya pada permenungan soal bagaimana membantu masyarakat yang ada di kawasan Danau Toba.
Ia menawarkan pendidikan melalui beasiswa. Ia bakal menuntun mereka di bidang sains, teknologi, industri, dan matematika.
“Selain untuk merekrut adik-adik kita dari BTB, kita juga akan siapkan penyegaran bagi guru-guru soal Science, Technology, Enginering, and Mathematic (STEM). Kita punya dosen yang luar biasa dan itu bisa membantu nantinya. Termasuk, anak-anak akan mendapatkan penelitian secara virtual menggunakan laboratorium kita,” tuturnya.
Selain itu, ia juga memberikan cek tunai bagi sekolah yang turut membesarkannya.
(cr3/tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.