Piramid Toba

Warga Sekitar Tak Bisa Pastikan Piramid Toba yang Viral Merupakan Bentukan Manusia Atau Tidak

Soal pembentukan Pyramid Toba yang kerap disebut masyarakat sekitar Letter A itu, Hasiholan mengutarakan sebuah proses yang disebut Sitorban Dolok.

Penulis: Maurits Pardosi |

Warga Sekitar Tak Bisa Pastikan Piramid Toba yang Viral Merupakan Bentukan Manusia Atau Tidak

TRIBUN-MEDAN.com, DOLOKSANGGUL – Seorang warga Desa Marbun Banjarnahor, Hasiholan Banjarnahor (74) mengutarakan seputar lokasi yang disebut-sebut Pyramid Toba. Lokasi ini menjadi viral karena diunggah di media sosial yang kemudian disambut oleh netizen.

Soal pembentukan Pyramid Toba yang kerap disebut masyarakat sekitar Letter A itu, Hasiholan mengutarakan sebuah proses yang disebut Sitorban Dolok.

Pada masyarakat sekitar, pembuatan batas antar desa bisa dilakukan dengan adanya Sitorban Dolok.

Cacing yang disertai dengan mantra atau doa dilepaskan ke tanah sekaligus membawa air yang relatif besar dapat menghancurkan lokasi sehingga berbentuk parit.

“Dulu ada yang disebut dengan Sitorban Dolok, pembuatan batas kampung dengan menggunakan cacing yang disertai dengan doa pemohon,” ujar Hasiholan Banjarnahor, Senin (2/10/2023).

Ia mencontohkan perbatasan antara kawasan Tipang dengan Bakkara.

“Misalnya untuk membuat batas antara wilayah Tipang dengan Bakkara,” terangnya.

“Menurut cerita, pembentukan lokasi Letter A ini seperti itu. Soal pastinya, kita tidak tahu,” tuturnya.

Selanjutnya, ia tidak bisa memastikan penyusunan batu di sekeliling bukit tersebut apakah oleh buatan manusia atau tidak. Pasalnya, tak satupun kisah yang turun-temurun disampaikan perihal lokasi tersebut.

“Aku juga tak bisa pastikan itu (lokasi yang disebut-sebut pyramid Toba) apakah bentukan manusia atau alam. Karena, tidak ada yang menceritakan bahwa susunan batu itu dibuat oleh manusia,” terangnya.

Bila menjadi pusat penelitian di kemudia hari guna memasikan apakah lokasi tersebut layak disebut sebagi Pyramid atau tidak, ia merasa senang. Bahkan, ia juga merelakan lahannya yang berada di sekitar lokasi tersebut sebagai wadah penelitian.

“Beberapa waktu lalu, Kadis Kesehatan dan Pertanian datang kemari mengatakan bilamana lahan kita yang ada di sana kena dalam penelitian, ya kami bersedia,” sambungnya.

“Apapun yang kena untuk pembangunan itu, kami bersedia. Direncanakan ada katanya penelitian,” sambungnya.

Ternyata kawasan tersebut kurang mendapat sentuhan masyarakat sekitar disebabkan oleh ketersediaan lahan di Lembah Bakkara yang diperkirakan akibat surutnya air Danau Toba.

“Kurasa kalau sama kami itu, lokasi itu tidak begitu penting karena sudah ada di bagian bawah ini, Lembah Bakkara,” pungkasnya. (cr3/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved