Kolaborasi Arsipkan Film Karya Sumut Kandung Pesan Moral, Nobar Air Mata Darah & Kereta Api Terakhir

Ada dua film restorasi diputar yakni berjudul Kereta Api Terakhir yang diproduksi pada tahun 1981 dan Air Mata Darah produksi 1964.

TRIBUN MEDAN/HUSNA FADILLA
NONTON BARENG - Nonton bareng Pemutaran Film Restorasi Indonesia di Studio Film Movieresto Prime Indonesia. 

TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA - Studio Film Movieresto Prime Indonesia bersama Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Indonesia Film Archivist Society gelar nonton bersama.

Kegiatan ini mengajak para pengunjung menyaksikan bersama film Indonesia yang telah di restorasi dengan tajuk 'Nonton Film Restorasi Indonesia'.

Acara ini dirancang khusus untuk mengapresiasi serta mempromosikan film-film Indonesia yang telah direstorasi.

Dengan menggandeng berbagai pihak seperti Komunitas film, Universitas-universitas terkemuka, Dinas Pariwisata Kota Medan, serta Dinas Pendidikan.

Pada pemutaran kali ini, ada dua film restorasi diputar, yakni berjudul Kereta Api Terakhir yang diproduksi pada tahun 1981 dan Air Mata Darah produksi 1964.

Di sutradarai oleh Jacob Harahap film Air Mata Darah yang berdurasi 75 menit itu, bercerita tentang cinta segitiga di tengah konflik persaudaraan dan perjuangan antara seorang gadis dan dua lelaki bersaudara, di mana perkelahian memutuskan takdir mereka: cinta sejati atau kehancuran.

Sementara itu, film berjudul Kereta Api Terakhir (1981) karya Mochtar Soemodimedjo yang berdurasi 170 menit, bercerita tentang, kegagalan Perjanjian Linggarjati, tiga pahlawan militer berjuang melintasi perjalanan berbahaya untuk melindungi cinta dan kereta terakhir yang memegang harapan bangsa dalam kisah epik berbalut roman yang tak terlupakan.

Andika Wahyu Adi Putra Founder Indonesia Film Archivist Society menyampaikan, lewat program ini, adalah upaya membangun awareness terkait pentingnya pengarsipan film, terutama di wilayah Medan.

"Karena bagi kami Medan cukup penting, di masa awal dimulainya industri film di Indonesia Sumatera, ya di Medan," ujar Andika, pada acara nonton bersama film restorasi, Kamis (19/10).

Jadi kata Andika perlu adanya berkolaborasi dengan teman-teman di Medan untuk melakukan pencatatan bersama.

"Siapa sih tokoh tokoh film disini, dan arsip apa saja yang di miliki oleh teman-teman di Medan," katanya.

Lewat kolaborasi seperti ini, diharapkan Andika insan perfilman di Medan bisa saling terintegrasi dalam hal menyelamatkan arsip film.

"Orang pertama yang harus tau adanya arsip film ya tentu anak daerahnya, jadi kita ingin mengajak agar bersama menyelamatkan film yang masih bisa diarsipkan," ungkapnya.

Kemudian, Panji Wibisono dari Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek, menjelaskan mengapa memilih kedua film ini yang di restorasi saat ini.

"Film restorasi Kereta Api Terakhir, di restorasi karena film ini harus diselamatkan secara fisiknya," kata Panji.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved