Berita Medan
Anak Pinggiran Sungai Deli Kritik Kondisi Komunikasi Sosial Lewat Drama Bertajuk Bla Bla Bla
Lukman mengatakan, pertunjukan teater Ini adalah sebagai betuk apresiasi kepada anak-anak remaja yang masih mau berproses untuk bekarya.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Sanggar Sungai anak Deli (Sasude) menggelar sebuah pertunjukan teater bertajuk Bla Bla Bla, yang berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara, Minggu (22/10/2023).
Pertunjukan yang mengusung konsep drama satir tersebut merupakan karya dari Roy Julian dan disutradarai langsung oleh pendiri Sasude, Lukman Hakim Siagian.
Lukman mengatakan, pertunjukan teater Ini adalah sebagai betuk apresiasi kepada anak-anak remaja yang masih mau berproses untuk bekarya.
Seperti yang diketahui, bahwa Sasude merupakan wadah yang dibentuk Lukman, sebagai wujud kreativitas bagi anak-anak pinggiran Sungai Deli.
Itu sebabnya, pertunjukan dalam berkreasi itu melibatkan peran para remaja kawasan pinggiran sungai sebagai aktor utama dari drama satir tersebut.
Disampaikan Lukman, drama yang mereka angkat, berlatar belakang sebuah kota di negeri antah berantah yang tiba-tiba dilanda oleh sebuah wabah penyakit menular.
Kemudian, setiap orang yang terjangkit oleh penyakit itu, akan kehilangan kemampuan berbahasa dan hanya bisa mengatakan: BLA BLA BLA.
Akibatnya, kekacauan pun terjadi dimana-mana, karena tak seorangpun yang bisa mengerti apa yang dikatakan orang lain dan dirinya sendiri.
“Ini hasil dari diskusi kita terkait kondisi yang terjadi di sekeliling, ya, dan dengan hal-hal yang terkait. Kita coba untuk menampilkan sebuah pertunjukan menarik dengan konsep satir komedi,” kata Lukman.
BLA BLA BLA adalah sebuah komedi satir tentang rentannya kegagalan komunikasi yang kerap terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari.
"Ketika bahasa kehilangan makna dan setiap ucapan selalu disalah-pahami ketika omong kosong menjalar seperti sebuah wabah penyakit yang menimpa manusia. Sebuah potret kehidupan masyarakat modern yang dikemas dalam realita imajinatif," jelasnya.
Lukman menjelaskan jika apa yang telah mereka sajikan adalah sebuah mahakarya yang bebas nilai.
Jadi, penonton secara bebas menafsirkan apa yang menjadi pesan-pesan yang telah anak-anak Sungai Deli sampaikan.
Baik itu tentang isu sosial, ekonomi, hingga politik. Mengingat esensi sastra juga merupakan sebuah karya yang bebas nilai.
“Jika diterima sebagai kritik ya silakan, tapi jika diterima sebagai saran ya silakan. Jadi gak ada terfokus bahwa drama ini memuat nilai kritik atau saran. Ini hanya ruang ekspresi kita sebagai anak muda. Jadi bebas penonton menafsirkan,” ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.