Tribun Wiki

Kalian Pernah Dengar Generasi Strawberry? Berikut Ini Ulasannya

Apakah kalian pernah dengar soal generasi strawberry? Ya, mungkin ini masih terdengar asing. Berikut ulasannya

Editor: Array A Argus
(pixabay.com/DenisAgati)
Ilustrasi generasi strawberry (Sumber : pixabay.com/DenisAgati) 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Pernahkah kalian mendengar istilah generasi strawberry?

Ya, istilah ini pertama kali muncul di negara Taiwan tahun 2007.

Istilah ini ditujukan pada sebagian generasi muda yang memiliki ide dan kreativitas tinggi, tapi mudah menyerah dalam tekanan hidup.

Ibarat stroberi yang kelihatannya enak dan menyegarkan, tapi lembut dan mudah hancur.

Baca juga: SOSOK AKBP Agus Bahari, 3 Kali Menjabat Kapolsek, Kini Jadi Kapolres Dairi

Istilah ini mengacu pada ciri-ciri generasi yang lahir pada tahun 2000.

Menurut Prof Rhenald Kasali dikutip dari laman djkn.kemenkeu.go.id, strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Definisi ini dapat kita lihat melalui sejulah laman sosial media.

Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka.

Baca juga: Berita Populer, Presiden Jokowi Kumpulkan Para Relawan di Istana, Anggota TNI Bacok Kepala Komandan

Sebagai seorang pendidik, Prof Rhenald Kasali mencoba mempelajari fenomena ini agar jangan sampai menjadi seperti fenomena flexing, dimana crazy rich bohong-bohongan dan lain sebagainya.

Analisis mengapa fenomena seperti ini muncul karena empat hal.

Yakni karena terlalu dini melakukan self-diagnosis tanpa bantuan ahli, pola asuh orang tua yang cenderung merugikan anak, narasi-narasi orang tua yang kurang berpengetahuan dan banyak generasi masa kini yang lebih mudah untuk lari dari kesulitan.

Saat ini, banyak generasi muda yang lebih mudah lari dari kesulitan dibandingkan menghadapi masalah dan menyelesaikannya.

Baca juga: Dulu Hidup Mewah dan Punya Segalanya, Artis Terkenal ini Kini Miskin, Harta Habis Dikuras Istri

Misalnya saja yang terjadi ketika seorang remaja mendapat tugas sekolah dan tidak mengerjakannya dengan baik, maka ia cenderung stres dan depresi.

Terkadang mereka yang mengalami masa ini sangat memerlukan waktu untuk menyembuhkan atau beristirahat sebagai bentuk self reward.

Generasi stroberi ingin mendapat sesuatu secara instan.

Padahal, tidak semua hal bisa didapatkan secara instan.

Harus ada proses untuk mencapai kesuksesan.

Baca juga: BUKAN AHY, Jokowi akan Lantik Eks Mentan Andi Amran Sulaiman Gantikan Syahrul Yasin Limpo

Jika mereka mengalami kesulitan, mereka cenderung lari dan tidak mau berusaha.

Faktor yang menyebabkan generasi stroberi memiliki karakter seperti itu adalah karena mereka tumbuh di lingkungan yang lebih secure dan serba mudah.

Bahkan, pola didik orang tua yang overprotective justru membuat mereka tidak terbiasa dikritik, menghindari hal yang dianggap sulit, dan tidak mau mengambil risiko.

Setiap generasi mempunyai caranya masing-masing dalam mengekspresikan diri, baik dalam dunia kerja maupun dalam memilih karir masa depan.

Baca juga: HEBOH Inara Rusli Tuntut Nafkah Rp12 M di Tengah Proses Cerai, Ibu Virgoun: Kan Kelihatan Serakahnya

Generasi sekarang telah tumbuh dengan kemudahan teknologi yang serba instan.

Kemudahan teknologi harusnya dimanfaatkan untuk membuat pribadi yang lebih tangguh.

Menumbuhkan mental strawberry menjadi mental tangguh

Dalam satu jurnal yang mendeskripsikan tentang buah strawberry, dijelaskan bahwa buah satu ini adalah buah semu yang berarti bukan buah yang sebenarnya.

Begitu juga pada generasi hari ini, mental strawberry adalah mental semu yang bukan sebenarnya dimiliki oleh generasi kita (generasi Z/generasi muda).

Generasi yang tangguh merupakan generasi yang berjalan pada poros optimisme masa depan yang lebih baik.

Kita percaya bahwa saat ini prestasi akademik tidak sepenuhnya menjamin masa depan.

Disiplin ilmu yang kita pelajari melalui ruang kelas belum tentu dibutuhkan lagi dimasa depan, termasuk apa yang kita pahami hari ini belum tentu dapat bisa relevan dengan permasalahan dimasa depan.

Anak muda hari ini sebenarnya sudah memiliki segalanya yaitu kreatifitas, inovasi dan sikap adaptif.

Sikap adaptif, mampu beradaptasi dalam segala bentuk perubahan.

Dimana kemajuan zaman tidak dapat kita bendung.

Dengan sikap adaptif kita akan mencoba belajar kembali hal – hal baru diluar apa yang sebelumnya kita sudah pahami.

Inovatif dan kreatif, mampu memanfaatkan keterbatasan menjadi peluang yang menciptakan kebermanfaatan.

Anak muda tidak perlu diragukan lagi akan hal ini.

Kemajuan teknologi dan informasi membuat anak muda lebih punya banyak referensi untuk berkarya.

Beragam inovasi yang dilahirkan dengan memanfaatkan media sosial sudah lebih awal di banjiri oleh tangan-tangan pemuda.

Namun, memang hal ini perlu dioptimalkan kembali dengan kemampuan literasi digital yang baik, agar berbagai informasi yang dibuat dapat lebih bisa menjaring permasalahan dan mampu memberikan kebermanfaatan.(mag2/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved