Tribun Wiki
4 Suku Bermata Biru di Indonesia dan Berciri Fisik Mirip Bule
Di Indonesia, ada beberapa suku bermta biru dengan ciri fisik mirip bule yang memiliki kulit putih
TRIBUN-MEDAN.COM,- Indonesia memiliki keragaman suku bangsa dari Sabang hingga Marauke.
Suku bangsa yang ada di Indonesia ini memiliki ciri fisik dan keunikannya tersendiri.
Seperti yang ada pada empat suku di Indonesia ini.
Mereka merupakan suku bermata biru, dengan ciri fisik mirip bule.
Lantas, apa saja suku bermata biru dan berkulit putih tersebut, inilah daftarnya:
1. Suku Lamno
Sebagaimana dilansir dari Serambinews.com, menurut Penggiat wisata (Pokdarwis) Gampong Portugis, Muhammad Hidayat, ada sekitar 50 lebih keturunan Portugis yang masih berada di Kecamatan Jaya dan Indra Jaya ataupun Lamno Raya.
"Mereka (keturunan Portugis) lebih kurang masih ada 50 orang di Lamno tapi desa tinggal berbeda-beda," terangnya.
M Hidayat menerangkan, dari segi fisik nampak perbedaan keturunan Portugis dengan masyarakat lainnya.
Walaupun ada yang tidak memiliki mata biru, namun bentuk fisik sangat kentara dengan ciri-ciri para orang Portugis.
"Keturunan bangsa Portugis di Lamno mempunyai ciri-ciri yang hampir mirip dengan nenek moyang mereka, mulai dari rambut pirang, hidung mancung, kulit putih, dan yang paling spesifik ada pada mata mereka," tandasnya.
"Walaupun sekarang sudah tidak biru lagi seperti nenek moyang mereka, namun warna mata mereka dengan masyarakat Lamno pada umumnya pasti berbeda, yakni ada yang coklat kebiru biruan dan ada juga coklat kehijau-hijauan," tuturnya.
Muhammad Hidayat juga menyampaikan jika mereka sendiri saat ini yang masih hidup merupakan generasi ke 9 dari nenek moyang mereka.
Namun bencana tsunami Aceh pada 2004 nyaris membuat punah warga keturunan Portugis di Lamno.
2. Suku Buton
Masyarakat Suku Buton memiliki mata biru terang dan berkulit cokelat.
Mata biru dari Suku Buton disebabkan kelainan genetik langka yang disebut Waardenburg Syndrome.
Fakta lain menyebutkan, bahwa Suku Buton memiliki mata biru karena hasil perkawinan silang dengan bangsa asing yakni Portugis.
Nenek moyang suku Buton merupakan imigran yang datang dari wilayah Johor pada sekitar abad ke-15.
Selanjutnya mereka mendirikan Kesultanan Buton di Baubau, Sulawesi Tenggara antara abad ke-16 hingga abad ke-20.
Keruntuhannya terjadi pasca munculnya konflik internal kerajaan, dan makin melemah ketika sultan terakhirnya wafat pada tahun 1960.
Setelah itu Kesultanan Buton bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Suku Lingon
Dilansir dari Intisari, suku ini bermukim di pedalaman Halmahera Timur, Maluku Utara, dan memiliki ciri fisik yang sangat berbeda dari kebanyakan orang Indonesia, seperti mata berwarna biru, rambut pirang, kulit putih, dan tubuh tinggi.
Bagaimana asal-usul suku ini? Apa saja kebudayaan dan adat istiadat mereka? Dan apa hubungan mereka dengan orang Eropa?
Asal-Usul Suku Lingon
Tidak ada yang tahu pasti asal-usul suku Lingon.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini, tetapi belum ada yang bisa dibuktikan secara ilmiah.
Salah satu teori yang paling populer adalah bahwa suku Lingon adalah keturunan dari orang-orang Eropa yang datang ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda atau Portugis.
Misalnya, mata berwarna biru bisa disebabkan oleh mutasi genetik yang langka yang disebut sindrom Waardenburg, atau oleh adaptasi terhadap iklim dingin dan kurangnya sinar matahari.
Rambut pirang bisa disebabkan oleh pengaruh hormon tiroid, atau oleh penggunaan bahan alami seperti kunyit atau daun sirih untuk mewarnai rambut.
Kulit putih bisa disebabkan oleh kurangnya melanin, pigmen yang memberi warna kulit, rambut, dan mata, atau oleh penggunaan bedak tradisional yang terbuat dari tepung beras atau ubi kayu.
Teori lain yang mencoba menjelaskan asal-usul suku Lingon adalah bahwa suku ini adalah keturunan dari orang-orang Asia Tenggara yang bermigrasi ke Halmahera sejak zaman prasejarah.
Teori ini didasarkan pada kesamaan budaya dan bahasa antara suku Lingon dengan suku-suku lain di Maluku Utara, seperti Suku Tobelo, Suku Galela, dan Suku Ternate.
Contohnya, suku Lingon memiliki sistem kekerabatan matrilineal, yaitu garis keturunan yang diturunkan dari ibu, sama seperti suku-suku lain di Maluku Utara.
Bahasa Lingon juga termasuk dalam rumpun bahasa Papua-Austronesia, yaitu kelompok bahasa yang tersebar di Asia Tenggara dan Oseania, sama seperti bahasa-bahasa lain di Maluku Utara.
Namun, teori ini juga memiliki kelemahan.
Pertama, tidak ada bukti arkeologis atau genetik yang mendukung adanya migrasi besar-besaran dari Asia Tenggara ke Halmahera pada zaman prasejarah.
Kedua, kesamaan budaya dan bahasa antara suku Lingon dengan suku-suku lain di Maluku Utara juga bisa disebabkan oleh proses akulturasi atau asimilasi, yaitu penyesuaian diri terhadap budaya atau bahasa yang dominan di sekitar mereka.
4. Suku Borgo
Suku Borgo yang ada di Minahasa diketahui memiliki ciri fisik mirip bule.
Mereka diyakini sebagai Portugis, Spanyol dan Belanda yang kawin dengan orang Minahasa.
Namun ternyata kaum Borgo bukan hanya itu.
Heydemans, pegiat budaya yang menekuni kaum Borgo menyebut, ada orang Inggris, Prancis dan Jerman yang menikah dengan orang Minahasa dan turut menjadi Borgo.
Dikatakan Heydemans, turunan Inggris, Prancis, Jerman dan Austria datang bersama VOC Belanda.
Sebut dia, fam Heydemans kemungkinan berasal dari Jerman atau Austria.
"Kemungkinan dari sana, begitu juga fam Agats," katanya.
Ungkapnya, ada pula fam Inggris yang masih eksis. Contohnya Smith.
"Begitupun Prancis," kata dia.
Etnik Borgo mewarnai sejarah Manado yang sudah berumur 399 tahun.
Sumbangsih mereka tidak sedikit pada Manado.
Antara lain nampak pada bahasa Melayu Manado yang dipengaruhi bahasa Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris.
Senin (19/12/2022) tribunmanado.co.id, mengunjungi Paulus Heydemans, penggiat budaya yang rutin melakukan penyelidikan terhadap budaya Borgo di rumahnya beramat Kelurahan Karang Ria, Sindulang, Manado, Provinsi Sulut.
Selama ini Sindulang dikenal sebagai kampung Borgo.
Orang orang Borgo disebut masih membawa ciri Eropa yakni kulit putih, wajah ganteng dan cantik.
Demikianlah Paulus di usianya yang sudah 70 tahun masih menampakkan jejak Borgo pada fisiknya.
"Kalau saya Heydemans, itu katanya asal Jerman dan Austria," kata dia.
Mulailah kedua bangsa ini berlomba menemukan daerah penghasil rempah.
Sempat tersasar di India, lantas Amerika, mereka akhirnya tiba di Malaka.
"Malaka kalah itu penghasil rempah," katanya.
Suatu ketika, orang orang Spanyol tiba di Kerajaan Bawontehu yang berada dalam jalur perjalanan menuju Malaka.
Orang Spanyol berhasil membaptis Raja Bawontehu menjadi Katolik.
"Dari situlah terjadi kawin mawin dengan penduduk sekitar dan juga orang Minahasa," katanya.
Ia mengatakan, ada istilah untuk orang Spanyol dan Portugis yang kawin dengan penduduk sekitar.(tribun-medan.com)
Update berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Kalender Jawa Weton Jumat Wage 19 September 2025, Ada Baiknya Tidak Bepergian Terlalu Jauh |
![]() |
---|
Profil Qalisha Abiyanqa, Siswi SMP Al Ulum Terpadu Raih Medali Emas Berkat Inovasi Edible Film |
![]() |
---|
SOSOK Ibnu Sulistyo Riza Pradipto, Komisaris Mitratel Keluarga Soeharto |
![]() |
---|
Sosok dan Rekam Jejak Arif Satria, Rektor IPB Digadang Calon Kepala BRIN |
![]() |
---|
Mengenal Sosok Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, Eks Penyidik KPK Kini Jabat Irjen Kementerian ESDM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.