TPID Rumuskan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Sumatera Utara

Ada tiga tantangan struktural yang berpengaruh dan menjadi topik pembahasan dalam Rakor tersebut, yakni aspek produksi, distribusi, maupun permintaan

TRIBUN MEDAN/HO
FOTO BERSAMA - Sekretaris Daerah Provinsi Sumut, Arief S Trinugroho foto bersama dengan peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten/Kota se-Sumut dalam rangka menjaga stabilitasi pasokan dan harga pangan strategis di Sumatera Utara, di D'Prima Hotel Jalan Sultan Serdang Nomor 88 Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deliserdang, Jumat (3/11). 

TRIBUN-MEDAN.com, DELISERDANG - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) di D'prima Hotel Kualanamu Deliserdang, Jumat (3/11/2023) malam.

Rapat tersebut beragendakan perumusan kebijakan menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan strategis dalam upaya pengendalian inflasi.

Sekretaris Daerah Provinsi Sumut Arief S Trinugroho mengatakan, ada tiga tantangan struktural yang berpengaruh dan menjadi topik pembahasan dalam Rakor tersebut, yakni aspek produksi, distribusi, maupun permintaan di tingkat konsumen.

Arief menuturkan, dari sisi produksi, permasalahan yang tengah dihadapi adalah perubahan iklim dan cuaca ekstrem, seperti El nino yang tidak dapat dihindarkan di berbagai wilayah.

“Kondisi ini dapat menimbulkan gagal panen, sehingga pasokan akan terganggu. Hal ini perlu diwaspadai agar tidak defisit pasokan pangan, terutama pada kota IHK (Indeks Harga Konsumen),” kata Arief S Trinugroho.

Selanjutnya dari sisi distribusi, menurut Arief, beberapa tantangan yang perlu segera diselesaikan adalah relatif panjangnya rantai distribusi, infrastruktur dan jaringan transportasi yang masih kurang memadai, dan minimalnya literasi pemanfaatan teknologi digital, sehingga tantangan ini mendorong kenaikan harga yang cukup tinggi di tingkat konsumen.

“Untuk menjawab tantangan di sisi distribusi ini, kita perlu melakukan beberapa upaya seperti mendorong perluasan kerja sama antardaerah yang terintegrasi dan melakukan digitalisasi rantai pasok pangan agar kita dapat memotong rantai yang tidak perlu dalam proses distribusi,” ujarnya.

Kemudian dari sisi permintaan, ia meminta agar dilakukan penguatan nilai tambah sektor pangan sebagai pilar ekonomi, dengan cara melakukan hilirisasi pada produk hasil pertanian, khususnya tanaman hortikultura.

“Hal ini dapat meminimalisir meningkatnya permintaan ketika pasokan sedang terbatas, karena sudah tersedia banyaknya pilihan produk turunan hortikultura di pasar,” katanya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesi (BI) Provinsi Sumut Wira Kusuma mengatakan, beberapa komoditas yang menjadi perhatian jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) di akhir tahun ini, antara lain minyak goreng, telur ayam, daging ayam ikan dencis, sawi hijau dan aneka cabai, termasuk beras.

“Beberapa permasalahan masih membayangi inflasi pangan termasuk beras dari sisi produksi, distribusi dan konsumsi memerlukan solusi jangka pendek dan jangka menengah, ujarnya.

Sebagai solusi cepat, menurut Wira Kusuma, beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam 1-2 bulan ke depan antara lain mengantisipasi potensi peningkatan curah hujan, memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan Satgas Pangan untuk mengawasi penjualan pangan, termasuk beras ke luar sumut.

Kemudian menurut Wira Kusuma, perlu juga pemanfaatan Belanja Tidak Terduga (BTT)) dalam bentuk subsidi ongkos angkut bahan pangan, serta dana dekon untuk pelaksanaan pasar murah.

“Bulog juga perlu mengawal impor beras ke Sumatera Utara untuk mengamankan pasokan. Ditambah optimalisasi peran BUMD atau PUD untuk stabiisasi pasokan dan harga,” pungkasnya. (cr14)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved