Breaking News

Viral Medsos

Didukung Pemimpin Chechnya, Vladimir Putin Kembali Calonkan Diri di Pilpres Rusia pada Maret 2024

Putin merasa masih harus membawa Rusia melalui periode paling berbahaya dalam beberapa dekade terakhir.

Editor: AbdiTumanggor
Telegram/Ramzan Kadyrov @RKadyrov_95
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov (kiri) adalah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan). (Telegram/Ramzan Kadyrov @RKadyrov_95) 

Didukung Pemimpin Chechnya, Vladimir Putin Kembali Calonkan Diri di Pilpres Rusia pada Maret 2024.

TRIBUN-MEDAN.COM - Vladimir Putin dikabarkan kembali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden di Rusia pada Maret 2024 mendatang. Hal Ini disebut jadi sebuah langkah Putin untuk tetap berkuasa hingga 2030.

Putin merasa masih harus membawa Rusia melalui periode paling berbahaya dalam beberapa dekade terakhir.

Dikutip dari tayangan video Kompas.com, Putin juga dilaporkan telah bergerak untuk meraih dukungan di antara basis pasukan keamanan, angkatan bersenjata, dan para pemilih regional di luar Moskwa.

"Putin siap untuk mencalonkan diri lagi," tulis Reuters, dikutip Rabu (8/11/2023).

Dukungan dari Pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov

Sebelumnya, dalam perayaan ultah ke-71 Putin tesebut, Pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, mengusulkan agar Rusia melewatkan pemilihan presiden tahun depan.

Ramzan Kadyrov beralasan, tidak ada yang bisa memimpin Rusia yang sedang berperang dengan Ukraina, selain Presiden Vladimir Putin. "Apalagi geopolitik sedang meningkat (memanas) belakangan ini". 

“Saya mengusulkan sekarang, ketika ada operasi militer khusus (di Ukraina), untuk memutuskan dengan suara bulat bahwa kita hanya akan memiliki satu kandidat dalam pemilu, Vladimir Putin," kata Ramzan Kadyrov saat menghadiri acara publik untuk merayakan ulang tahun Putin di Grozny, Chechnya, pada Sabtu (7/10/2023).

"Atau batalkan pemilu untuk sementara, karena kita tidak punya orang lain yang mampu membela negara kita saat ini,” lanjutnya dalm rapat umum perayaan tersebut menarik sekitar 25.000 orang, menurut pihak berwenang setempat, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Hendropriyono Kenyataan: Intelijen Israel Sama Saja, Bisa Kecolongan Juga

Baca juga: Iran Ucapkan Selamat ke Militan Hamas Usai Bombardir Israel: Pejuang

Duma Negara Tanggapi Usulan Ramzan Kadyrov

Duma Negara sering kali disingkat sebagai Gosduma adalah lembaga legislatif majelis rendah dari Majelis Federal Rusia, sedangkan majelis tinggi mereka adalah Dewan Federasi Rusia. Sejauh ini, Presiden Vladimir Putin belum mengomentari usulan itu. Usulan Ramzan Kadyrov mendapat reaksi terbatas dari legislatif Rusia.

Wakil Ketua Komite Urusan Internasional Duma Negara, Aleksey Chepa, berpendapat itu bukan ide yang tepat. “Saya yakin pemilu tidak boleh ditunda. Saya memahami posisi Kadyrov. Saya pikir penting bagi presiden saat ini untuk memahami berapa banyak orang yang mendukungnya," kata Aleksey Chepa kepada News.ru, Senin (8/10/2023).

Menurutnya, Rusia harus menyelenggarakan pemilu yang kompetitif dengan banyak kandidat. "Adalah pantas untuk menyelenggarakan pemilu yang kompetitif – dengan banyak kandidat, hal ini tidak akan memberikan kesempatan kepada musuh kita untuk menentang hasilnya,” kata Chepa.

Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov dan Presiden Rusia Vladimir Putin
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov (kiri) adalah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan). (Telegram/Ramzan Kadyrov @RKadyrov_95)

Sudah Diprediksi Putin Calonkan Diri Lagi

Sebelumnya, surat kabar Rusia, Kommersant, melaporkan Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin akan mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden Rusia pada tahun 2024.

Para pejabat Rusia menduga Putin mungkin mengumumkan, ia akan mengambil bagian dalam pemilu, menurut sumber yang dekat dengan pemerintahan kepresidenan Rusia.

Mereka yakin, Putin mungkin mengumumkannya dalam konferensi bulan November 2023.

Sementara itu, juru bicara Rusia, Dmitry Peskov mengatakan tidak tahu tentang rencana mengumumkan pencalonan Putin pada November mendatang. "Saya tidak tahu apa-apa tentang kampanye presiden yang diumumkan secara resmi pada bulan November ini," kata Peskov.

Kremlin sebenarnya menolak untuk mengkonfirmasi ini. Namun di Rusia, Putin memang tidak memiliki oposisi politik di Rusia yang kuat. "Kemungkinan besar Putin akan menjabat setidaknya hingga tahun 2030, dan dapat melanjutkan masa jabatannya hingga tahun 2036," tulis Reuters.

Hal ini pun ditanggapi sejumlah analis. Beberapa menyebut kerasnya pemerintah Putin ke suara kontra membuat pria 71 tahun itu tak memiliki lawan.

"Tidak ada politik publik yang terbuka sehingga tidak ada kemungkinan untuk mencapai kemerdekaan, dan aktivitas politik dan sipil segera dihancurkan," kata seorang politisi Rusia yang pernah bekerja di bawah Putin tetapi sekarang menganggap dirinya sebagai bagian dari gerakan oposisi yang tinggal di luar negeri, Vladimir Milov.

"Saat ini, kami mendapat hukuman pengadilan, di mana orang-orang dijatuhi hukuman penjara karena 'terlibat dalam kegiatan ekstremis' seperti mengkritik kebijakan pemerintah," tambahnya.

"Jadi mengkritik kebijakan pemerintah secara resmi merupakan kejahatan yang dapat dihukum, dapat dihukum dengan hukuman penjara yang sebenarnya. Jadi jangan berharap ada politik yang normal dan bergaya Barat. Lupakan saja," ujarnya lagi.

Meski demikian, Kremlin menekankan bahwa pluralisme politik ada di Rusia. Bahkan Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov menggarisbawahi bahwa di Rusia terdapat politisi dengan pandangan dan posisi berbeda.

Sebenarnya ada beberapa tokoh Rusia yang terkenal melawan politik Putin, di antaranya Alexei Navalny dan Vladimir Kara-Murza. Namun Navalny sendiri kini telah ditahan dan sedang sakit-sakitan setelah diduga diracun. Sementara Kara-Murza juga ditahan 25 tahun ke depan.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter   

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved