Travel
Goa Liang Sipege, Objek Wisata Sarang Kelelawar yang Disebut Tempat Lahir Raja
Kabupaten Toba merupakan wilayah yang memiliki beragam tempat wisata, satu diantaranya adalah Goa Liang Sipege yang diyakini tempat lahir Raja Sijorat
TRIBUN-MEDAN.COM,TOBA- Kabupaten Toba yang ada di Sumatra Utara terkenal dengan beragam tempat wisatanya.
Satu diantara objek wisata bernilai sejarah adalah Goa Liang Sipege.
Goa Liang Sipege ini merupakan sarang kelelawar yang diyakini menjadi tempat kelahiran seorang raja.
Lokasinya berada di Desa Simarmar Pea Talun Hutagaol, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.
Di lokasi wisata ini, kamu tidak hanya bisa menikmati keindahan alamnya saja, tapi juga mengenal sejarah keberadaan goa ini.
Lantaran goa ini menjadi sarang kelelawar, kotorannya pun kemudian dijadikan pupuk oleh masyarakat sekitar.
Untuk menuju ke lokasi, Anda bisa berjalan sejauh 2 Km dari jalan raya.
Anda akan menembus semak dan ilalang sepanjang menuju ke Goa Liang Sipege ini.
Menurut informasi yang ada di laman Repositori Kemendikbud, Goa Liang Sipege ini diyakini merupakan tempat lahir Raja Sijorat Panjaitan.
Ia adalah anak pertama dari Raja Situngo Naiborngin Panjaitan dan Pintauli boru Hutapea.
Dari penuturan masyarakat, Raja Sijorat Panjaitan dilahirkan di Goa Liang Sipege saat ibunya mengasingkan diri.
Kala itu, sang ibu tak kunjung melahirkan ketika usia kandungannya sudah memasuki 9 bulan.
Karena melebihi usia kandungan manusia normal, Raja Situngo Naiborngin Panjaitan kemudian memulangkan sang istri ke rumah orangtuanya di Laguboti.
Raja Situngo Naiborngin Panjaitan kemudian menikah lagi dengan paribannya boru Hasibuan.
Sampai di Laguboti, Pintauli kemudian tak tinggal di rumah orangtuanya.
Ia memilih meninggalkan kampung, demi bisa melahirkan anak yang ada di dalam kandungannya itu.
Setelah berjalan tak tentu arah, Pintauli Hutapea tiba di sebuah goa.
Di sana, ia pun menetap.
Saat tinggal di goa tersebut, pada usia kandungan memasuki 22 bulan, anaknya pun lahir.
Sang anak mulanya diberi nama Silundu Ni Pahu.
Nama ini diambil dari sebuah tanaman sejenis pakis.
Sebab, setelah dilahirkan, Silundu Ni Pahu selalu diberi makanan pakis tersebut oleh sang ibu.
Ketika beranjak dewasa, Silundu Ni Pahu ini dikenal cerdas.
Ia selalu menang ketika berjudi.
Satu ketika, Silundu Ni Pahu tak sengaja berjudi dengan ayah dan saudara tirinya.
Ia kemudian menang, hingga membuat ayahnya penasaran.
Setelah berjudi, Silundu Ni Pahu pulang ke Goa Liang Sipege.
Namun sang ayah, Raja Situngo Naiborngin Panjaitan mengikuti anaknya hingga ke goa.
Sampai di goa itu, Raja Situngo Naiborngin Panjaitan kemudian bertemu dengan istri, Pintauli Hutapea.
Ia pun mengajak istri dan anaknya itu untuk pulang.
Setelah berkumpul dengan sang ayah, Silundu Ni Pahu diberi nama Paraliman.
Hal itu merujuk dari kesakitan yang sudah Lundu alami bersama ibunya.
Menangkap Kuda Sisingamangaraja
Silundu Ni Pahu yang kemudian diberi nama Paraliman kemudian diberi gelar Sijorat.
Hal ini lantaran kemampuannya menangkap Sihapas Pili, kuda milik Raja Sisingamagaraja I yang lepas dan melarikan diri.
Karena kemampuannya itu, Silundu Ni Pahu kemudian terkenal dengan panggilan Raja Sijorat Panjaitan hingga akhir hayatnya.(ray/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.