Berita Medan
Ekonomi Sumut 2024 Diramal Tumbuh 5.3 Persen, BI Keluarkan 6 Strategi
Kebijakan yang diterapkan oleh negara-negara produsen komoditas pangan utama juga berpotensi menyebabkan gangguan pasokan dan kenaikan harga komoditas
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Yura A Djalins mengatakan, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2024 digambarkan akan tumbuh sebesar 5.3 persen seiring dengan kuatnya permintaan domestik.
"Kami memprakirakan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2024 mengalami akselerasi dalam kisaran 4.5 - 5.3 persen (yoy)," ujarnya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Rabu (29/11/2023).
Namun, di tengah optimisme perekonomian Sumatera Utara ke depan, pihaknya menyadari terdapat beberapa tantangan, baik dari sisi global maupun domestik, yang perlu diwaspadai di tahun 2024.
Dari sisi global, tantangan yang harus diwaspadai adalah berlanjutnya konflik geopolitik di kawasan Eropa dan Timur Tengah, kenaikan suku bunga global, pelemahan ekonomi negara mitra dagang utama serta risiko cuaca ekstrem akibat anomali iklim.
Kemudian, dari sisi ekonomi domestik juga masih menghadapi sejumlah tantangan struktural seperti, tantangan inflasi yang ditimbulkan dari kenaikan harga produk dan jasa impor.
Kebijakan yang diterapkan oleh negara-negara produsen komoditas pangan utama juga berpotensi menyebabkan gangguan pasokan dan kenaikan harga komoditas di Sumatera Utara.
"Tidak hanya itu, perekonomian Sumatera Utara juga belum terdistribusi secara merata, yaitu masih terpusat di Pantai Timur, khususnya kawasan Mebidangro. Hal ini disebabkan oleh belum meratanya pembangunan infrastruktur yang dapat menghambat potensi aglomerasi industri," katanya.
Kemudian yang menjadi tantangan selanjutnya adalah Infrastruktur di kawasan wisata Sumatera Utara masih terbatas.
Hasil penelitian survei Quality Tourism Bank Indonesia menunjukkan beberapa aspek infrastruktur yang masih memerlukan perhatian antara lain jalan, listrik, air, dan internet di kawasan wisata Sumatera Utara.
Selain itu, pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Sumatera Utara juga perlu untuk ditingkatkan oleh pelaku bisnis.
Saat ini pemanfaatan EBT masih di bawah 50 persen dari total potensi yang dimiliki dan masih didominasi oleh tenaga minihidro.
Masih belum meratanya tingkat akseptansi sistem pembayaran digital turut menjadi tantangan tersendiri untuk perekonomian Sumut.
Hal ini disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu belum meratanya literasi keuangan digital, infrastruktur jaringan telekomunikasi, dan inovasi layanan digital di daerah.
"Terakhir, perlunya meningkatkan paradigma pelaku UMKM dalam mengadopsi teknologi digital. Inovasi dan adopsi teknologi penting agar pelaku UMKM dapat menjalankan proses bisnis sesuai best practices untuk mencapai produktivitas yang optimal," ucapnya
Menurut Yura, dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, Sumatera Utara harus mengambil langkah strategis untuk memperkuat sinergi dan membangun optimisme kebangkitan ekonomi.
Adapun langkah strategis yang dapat dilakukan diantaranya, memperkuat kolaborasi Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah dalam TPID GNPIP terutama untuk merumuskan langkah antisipatif yang efektif terkait pengendalian inflasi.
Kemudian, masih adanya disparitas pertumbuhan antarwilayah perlu diatasi dengan pembangunan infrastruktur untuk mendukung aglomerasi industri dan pengembangan destinasi pariwisata unggulan. Hal ini terutama melalui perbaikan iklim investasi dan konektivitas antar wilayah yang terintegrasi.
"Perlu kesiapan industri untuk meningkatkan nilai tambah produknya. Proses hilirisasi ini perlu difokuskan pada peningkatan nilai tambah komoditas utama seperti kelapa sawit, karet, dan produk pertanian lainnya, melalui pengembangan produk turunan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi," ucapnya.
Lebih lanjut, mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan hijau. Ketersediaan proyek berbasis hijau perlu didorong oleh Pemerintah Daerah, dengan dukungan dari regulator dan industri keuangan dari sisi akses pembiayaan hijau.
Selain itu, penguatan sinergi untuk mendukung pemerataan akseptansi digital sistem pembayaran. Hal ini dapat dilakukan melalui monitoring penyediaan jaringan telekomunikasi khususnya pada daerah 3T, inovasi Pajak dan Retribusi Daerah, penguatan kerjasama TP2DD dengan pihak lainnya, serta pengoptimalan peran BPD sebagai pemegang Rekening Kas Umum Daerah.
Selanjutnya, mengoptimalkan peran local champion sebagai role model dalam mengoptimalkan adopsi teknologi dan implementasi best practices serta melaksanakan capacity building dan pendampingan yang terfokus kepada pelaku UMKM.
"Mari kita perkuat ketahanan dan kebangkitan perekonomian melalui peningkatan sinergi dan inovasi yang lebih baik lagi di tahun 2024. Kami, Bank Indonesia, senantiasa terbuka untuk bekerjasama dengan seluruh pihak agar dapat berkontribusi membangun ekonomi Sumatera Utara yang lebih baik serta turut mendukung pencapaian visi menuju Indonesia Maju," pungkasnya
(cr10/Tribun-Medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.