Berita Medan
Sandyakala Nusantara, Gairah Anak Muda Medan Lestarikan Budaya Lewat Drama Pertunjukan
Menyampaikan bahwa legenda Putri Hijau yang ternyata juga merupakan khazanah cerita rakyat dari Suku Karo.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Sekelompok mahasiswa dari program studi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Medan (Unimed) punya cara menarik memperkenalkan budaya, yakni lewat pertunjukan drama.
Bertajuk Sandyakala Nusantara, mereka menampilkan pertunjukan yang berangkat dari cerita rakyat.
Menyampaikan bahwa legenda Putri Hijau yang ternyata juga merupakan khazanah cerita rakyat dari Suku Karo.
Legenda Putri Hijau disajikan dengan sentuhan drama surealis dalam event Sandyakala Nusantara, menghadirkan kisah yang menceritakan perjalanan seorang anak muda yang tidak memahami pentingnya menghargai kebudayaan.
Akibat keangkuhannya, secara magis tokoh utama masuk ke dalam dunia Putri Hijau dan benar-benar menyaksikan pahitnya kisah yang berasal dari tanah Karo itu.
Andika Syahputra selaku sutradara pertunjukan menyampaikan meskipun bertema surealis, namun pertunjukan tersebut tetap memiliki pedoman dari sastra lisan yang berkembang di tengah masyarakat.
"Jadi untuk naskah, awalnya mahasiswa melakukan riset dahulu yang mereka lakukan di museum Karo. Saya juga kaget, ternyata ada legenda Putri Hijau yang berasal dari suku tersebut. Sebab, selama ini masyarakat Medan hanya mengenal legenda Putri Hijau itu, ya, berasal dari suku Melayu," kata Andika.
Pertunjukan dikemas dengan sentuhan modern, tanpa menghilangkan setiap detail legenda Putri Hijau yang ada.
"Awalnya kisah Putri Hijau berbentuk novel, jadi saya dan teman-teman mencoba mengadaptasi legenda tersebut memakai aliran surealis dalam drama. Menyesuaikan dengan apa yang menarik ditangkap penonton," ujarnya.
Hal tersebut mengubah pemikiran masyarakat yang menganggap kisah sejarah adalah suatu hal yang membosankan.
"Kami sengaja mengemas bagaimana legenda Putri Hijau ini dengan sentuhan modern. Agar sejarah tersebut dapat disampaikan dengan cara yang tidak membosankan. Jadi pembaharuan dan perkawinan zaman ini yang membuatnya unik," jelasnya.
Cara tersebut disebutnya sebagai salah satu bentuk bahwa anak muda seperti mereka juga peduli kepada kebudayaan.
"Kami ingin menyampaikan jika legenda atau cerita sejarah itu bagus dan kaya. Sebagai anak muda, janganlah kita melupakan sejarah. Soalnya banyak anak muda sekarang yang lalai ataupun malas ketika belajar sejarah," ungkapnya.
Kemudian Hera Chairunisa selaku kepala program studi Sastra Indonesia Unimed menyampaikan, pertunjukan ini tidak hanya diisi oleh mahasiswa Unimed, tetapi juga berkolaborasi dengan mahasiswa yang tengah mengikuti pertukaran dari berbagai daerah.
"Inti dari merdeka belajar ini, kan, mereka bisa belajar di mana saja dan sama siapa saja. Mereka juga bisa berkolaborasi dan berkomunikasi melalui pertukaran budaya dan sebagainya," ujar Hera.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.