Ciptakan Komik Digital Anti Perundungan, Mahasiswa USU Raih Medali Perak dalam Ajang PIMNAS 2023

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Afif Saragih dan tim dari Universitas Sumatera Utara (USU) berhasil raih medali perak dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2023.

Raihan medali perak tersebut didapat dengan membawa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) komik digital berbasis Augmented Reality (AR) yang orientasinya adalah memberi edukasi pencegahan perundungan terhadap anak sejak dini.

Sebelum berhasil berkompetisi di ajang PIMNAS, mulanya mahasiswa membuat proposal PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) berskala universitas terlebih dahulu, lolos pendanaan, lalu pemantapan hasil PKM.

"Bahkan hampir setahun persiapan, dari awal merancang proposal PKM sampai berhasil tembus ke PIMNAS," kata Muhammad Afifan Saragih, Rabu (6/12/2023).

Afifan bersama teman-teman kelompoknya pada ajang PIMNAS berhasil meraih medali perak untuk kategori poster PKM Kewirausahaan.

"Sangat senang sekaligus terharu tim kami berhasil meraih medali perak. Karena memang bagi saya sendiri, ini adalah tahun kedua saya mengikuti ajang PKM, dan baru kali ini lolos PIMNAS," kata mah

asiswa jurusan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara ini.

Komik digital berbasis Augmented Reality (AR) yang orientasinya adalah memberi edukasi pencegahan perundungan terhadap anak sejak dini, mereka buat dengan tujuan meningkatkan literasi anak-anak.

"Tujuannya sangat jelas untuk membina anak-anak. Jadi harapannya kemarin itu, kita bisa meningkatkan minat baca dari anak-anak, karena media komik itu adalah media pembelajaran yang dengan mudah diterima oleh mereka," jelasnya.

Sedangkan isu perundungan sendiri menurut pandangan Afif, disebutnya seperti fenomena gunung es.

Di permukaan tampak kecil, namun di kedalaman lautan sangat besar.

"Artinya, kasus yang terekspos dan sudah terlihat di masyarakat itu tentang perundungan sebenarnya masih sedikit, padahal masih banyak kasus-kasus yang belum terekspos dikarenakan mereka tidak berani speak up dan tidak tahu harus melapor ke mana. Bahkan dari data Komisi Perundungan Anak Indonesia (KPAI) sendiri, disebutkan sekitar 2.332 kasus perundungan yang sudah tersampaikan ke mereka. Namun KPAI sadar bahwa lebih banyak kasus yang belum tersampaikan," katanya.

Afifan berharap jika komik digital yang mereka buat dapat mencegah sekaligus mengurangi kasus perundungan yang kerap terjadi.

"InsyaAllah kami yakin karena memang produk kami itu sebagai media alternatif sekaligus media edukasi terhadap kasus perundungan. Kami ingin mencegah kasus perundungan terjadi dari akarnya dulu, dari anak-anak," katanya.

Komik tersebut, dikemas Afifan dan kawan-kawan dengan konsep judul dan alur cerita yang semenarik mungkin, agar disukai anak-anak.

"Keluaran lain selain komik kita juga buat di upload jurnal seminar scopus juga. Jadi kan komiknya ada augmented reality-nya jadi bisa kita pindahin komiknya itu di halaman yang sudah discan, jadi kita bisa masuk tuh dari handphone, ada karakternya ada adegannya dari semua, bisa muncul di sana, dan kita juga ada aplikasi dan udah di publish di play store," ungkapnya.

(cr26/tribun-medan.com)