Pembunuhan Berantai di Wonogiri
PENGAKUAN Sarmo Pembunuh Berantai di Wonogiri, Racuni 2 Temannya Pakai Es Teh, Kini Menyesal
Berikut pengakuan Sarmo (35) pembunuh berantai di Wonogiri yang habisi nyawa dua temannya pakai es teh yang dicampur apotas
TRIBUN-MEDAN.COM – Berikut pengakuan Sarmo (35) pembunuh berantai di Wonogiri yang habisi dua nyawa temannya pakai es teh.
Adapun Sarmo pembunuh berantai di Wonogiri menghabisi nyawa kedua korbannya yang merupakan temanya dengan es teh yang dicampur apotas.
Kini, Sarmo pembunuh berantai mengaku menyesal dan takut usai menghabisi nyawa dua temannya tersebut.
"Yang namanya membunuh sudah pasti takut," ungkap Sarmo.
Adapun kasus pembunuhan berantai di Wonogiri tengah menghebohkan publik.
Dimana kasus pembunuhan berantai ini terkuak usai ditemukannya kerangka manusia di dua lokasi berbeda pada Kamis (7/12/2023).
Korban adalah Agung Santosa warga Kecamatan Trucuk, Klaten yang dilaporkan pada 2021 lalu dan Sunaryo warga Kelurahan/Kecamatan Jatipurno yang dilaporkan hilang pada tahun 2022.
Kasus ini terungkap setelah ditemukannya kerangka manusia di dua lokasi berbeda di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto pada Kamis (7/12/2023).

Belakangan diketahui, dua kerangka itu ternyata korban pembunuhan.
Kedua korban memiliki relasi yang berbeda denan tersangka.
Agung adalah rekan bisnis, sementara Sunaryo penggadai mobil milik Sarmo
"Alasannya utang piutang sama bisnis kerja. Pakai apotas, dua-duanya. Dimasukkan ke esteh terus dikasihkan Pak Sunaryo. Pak Agung saya kasih botol aqua yang kecil," kata Sarmo, di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).
Ia mengaku, dia ditekan oleh kedua korban. Perkataan korban membuatnya emosi sehingga memutuskan untuk menghabisi nyawa keduanya.
"Tega membunuh karena tekanan, yang pertama (korban Agung) saya selalu di pojokkan. Intinya tidak bisa menerima kalau penggergajian sepi. Dia juga ingin penggergajian dipindah ke Klaten," ujarnya.
"Bagi hasilnya kalau pas ramai bisa penuh, karena sepi berkurang dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus. Dikira saya korupsi, saya tidak becus," imbuh Sarmo.
Sarmo mengelabui korban pertama Agung dengan lari ke sebuah gubung. Di situ ia menaruh apotas yang telah dibawa sebelumnya di jok motor ke dalam minuman yang kemudian diminum oleh Agung.
"Itu tidak mengajak, karena saya sudah terlalu banyak ditekan sama Agung, saya tidak sanggup akhirnya saya lari ke gubug, akhirnya Agung nusul lewat jalan berbeda," ujarnya.
Setelah korban meregang nyawa, Sarmo berusaha menghilangkan barang bukti dengan menguburkan jasad korban.
"Dikubur di Alas Dorog, sama gubug lumayan jauh, saya gotong sendiri," jelasnya.
Baca juga: SADIS Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Bunuh 2 Teman Pakai Racun Lalu Dikubur di Kamar,Motif Terkuak
Baca juga: NASIB Preman yang Palak Toko Es Krim di Medan Johor, Sudah Damai, Korban Enggan Buat Laporan
Motif Pembunuhan Berantai
Sarmo mengaku korban Agung adalah rekan kerja yang sama-sama memiliki usaha bersama penggergajian kayu yang berada di Girimarto.
"Tega membunuh karena tekanan, yang pertama (korban Agung), saya selalu dipojokkan.
Intinya tidak bisa menerima kalau penggergajian sepi.
Dia juga ingin penggergajian dipindah ke Klaten," ujarnya.
"Bagi hasilnya kalau pas ramai bisa penuh, karena sepi berkurang dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus. Dikira saya korupsi, saya tidak becus," imbuh Sarmo.
Menurut Sarmo tindakan yang membuatnya emosi adalah saat korban menunjuk-nunjuk keningnya sambil berkata bahwa penggergajian akan dipindah ke Klaten.
Sementara untuk korban Sunaryo, Sarmo mengaku memiliki urusan utang piutang. Ia menggadaikan mobil Grandmax ke Sunaryo dengan nilai Rp 48 juta.
"Seharusnya saya kan sudah mengambil, karena sudah tempo saya belum bisa, akhirnya dia (Sunaryo) terus menekan saya. Telatnya dua bulan," jelasnya.
Baca juga: Diduga Ketakutan, Karyawan Toko Es Krim yang Rekam Aksi Preman Saat Memalak Mengundurkan Diri
Baca juga: KETIKA Kapal China Tembakkan Meriam Air di Laut China Selatan, Angkatan Laut Filipina Kocar-kacir
Sarmo mengatakan korban Sunaryo selalu menekannya dengan kata kasar.
"Korban bilang sudah dibantu tapi tidak bisa mengerti, pokoknya mencaci-maki saya," kata Sarmo.
Sarmo mengaku ada dua orang yang selama ini dia bunuh.
"Setiap diinterogasi saya tidak mengaku. Sekecil apapun barang bukti selalu berusaha saya hilangkan," ujarnya.
(*/TRIBUN-MEDAN.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.