Berita Viral

KISAH Kebaikan Dokter Lo, Gratiskan Pengobatan Orang tak Mampu Sampai Dilindungi Warga saat Rusuh 98

Dokter Lo Siauw Ging atau yang lebih dikenal dengan nama dokter Lo, dokternya orang miskin, kini meninggal dunia.

Penulis: Liska Rahayu | Editor: Liska Rahayu
YouTube Valdya Baraputri
KISAH Kebaikan Dokter Lo, Gratiskan Pengobatan Orang tak Mampu Sampai Dilindungi Warga saat Rusuh 98 

TRIBUN-MEDAN.com - Dokter Lo Siauw Ging atau yang lebih dikenal dengan nama dokter Lo, dokternya orang miskin, kini meninggal dunia.

Dokter Lo yang banyak membantu orang-orang tak mampu itu tutup usia pada umur 90 tahun.

Kepergiannya pun meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang.

Kebaikan hatinyalah yang membuat para pasien ramai berobat padanya.

Dokter Lo kini telah berpulang di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/1/2024) kemarin di usia 90 tahun.

Pria kelahiran Magelang, 16 Agustus 1934 itu meninggal pada usia 90 tahun karena sakit.

Kabar meninggalnya Dokter Lo dibenarkan Plh Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Surakarta, Sumartono Hadinoto.

"Sakit sepuh (sakit tua). Keluar masuk rumah sakit sudah berkali-kali, meninggal jam 14.00 WIB," katanya saat dihubungi TribunSolo.com, Selasa.

Lantas, seperti apa kisah kedermawanan Dokter Lo?

Semasa hidup, Dokter Lo membuka praktik di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.

Ia juga membuka praktik dokter umum di rumahnya yang berada di Jagalan No 27, Solo, setiap Senin-Sabtu pukul 16.00-20.00 WIB.

Kedermawanan Dokter Lo dikenal karena ia tak pernah menetapkan tarif kepada pasiennya.

Bahkan, Dokter Lo tak segan memarahi pasiennya yang terlambat berobat.

Sumartono pun menceritakan bagaimana Dokter Lo begitu peduli dengan kesehatan masyarakat.

"Hampir semua pasien selalu cerita bahwa kalau terlambat datang (berobat), misalnya anaknya datang pasti dimarahi habis-habisan sama Dokter Lo," kata Sumartono di sela penyemayaman jenazah di Rumah Duka Thiong Ting, Selasa.

Kemudian, apabila pasien yang datang merupakan warga tak mampu, Dokter Lo akan menggratiskan biaya pengobatan.

"Kalau tidak mampu membeli obat semuanya dibelikan obat," ungkap dia.

Berkat kedermawanannya itu, Dokter Lo berhasil terhindar dari kerusuhan Mei 1998 di Solo.

Diketahui, kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia.

Kerusuhan itu terjadi di Ibu Kota Jakarta dan beberapa daerah lainnya, termasuk Solo.

Kala itu, banyak warga keturunan Tionghoa yang mengungsi dan memilih menutup usahanya.

Namun, Dokter Lo justru memaksa untuk membuka praktik meski nyawanya terancam.

Warga yang mengetahui hal itu berupaya melindungi dengan menjaga rumah sang dokter.

"Sangat dermawannya sehingga saat kerusuhan Mei rumah Dokter Lo malah dijaga warga sekitarnya, nggak ada yang berani ganggu," terang Sumartono.

Dokter Lo Siauw Ging atau Dokter Lo sempat berpesan agar dipilihkan peti mati berwarna putih saat berpulang dipanggil Tuhan. Dokter Lo Siauw Ging menghembuskan nafas terakhir dalam usia 90 tahun di RS Kasih Ibu, Selasa (9/1/2024) pukul 14.00 WIB.
Dokter Lo Siauw Ging atau Dokter Lo sempat berpesan agar dipilihkan peti mati berwarna putih saat berpulang dipanggil Tuhan. Dokter Lo Siauw Ging menghembuskan nafas terakhir dalam usia 90 tahun di RS Kasih Ibu, Selasa (9/1/2024) pukul 14.00 WIB. (KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA)

Minta Dimakamkan secara Sederhana

Dilansir TribunSolo.com, sekitar sebulan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Dokter Lo sempat berpesan agar ketika meninggal dimakamkan secara sederhana.

Pesan itu disampaikan Dokter Lo kepada Sumartono.

"Sebulan yang lalu waktu saya tengok di rumah sakit. 'Tolong ya kalau aku dipanggil Tuhan dipilihkan peti warna putih diatur sangat sederhana'," kata Sumartono menirukan ucapan Dokter Lo.

Karier Dokter Lo

Dikutip dari Kompas.com, Dokter Lo memulai kariernya sebagai seorang dokter di Rumah Sakit (RS) dr Oen Kandang Sapi Solo.

Setelah itu, Dokter Lo pindah ke RS Kasih Ibu.

"Dengan adanya Dokter Lo terus berkontribusi nyata. Hampir semua pasien yang berobat digratiskan sama Dokter Lo," ujar Sumartono.

Di RS Kasih Ibu, Dokter Lo pernah menjabat sebagai direktur utama periode 1981-2004.

Setelah pensiun, Dokter Lo tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di rumahnya.

Ia pernah menerima penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pada 2020 atas jasanya di bidang kesehatan berupa Mahakarya Kebudayaan.

Dokter Lo mendapat penghargaan Mahakarya Kebudayaan "Dokter yang Mengutamakan Kemanusiaan dengan Tidak Memungut Biaya Pelayanan Kesehatan dari Kaum Miskin."

 

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved