Berita Viral

200 Hari Nginap di Hotel, Sekeluarga Pilih Pindah, Ngaku Lebih Hemat dari pada Tinggal di Rumah

Untuk membuktikan bahwa mereka telah tinggal di Hotel Nanyang selama lebih dari 200 hari, keluarga tersebut menunjukkan beberapa uang jaminan ke hotel

Instagram
200 Hari Nginap di Hotel, Sekeluarga Pilih Pindah, Ngaku Lebih Hemat dari pada Tinggal di Rumah 

Ada yang merekomendasikan agar tagihan utilitas diubah menjadi nama penyewa sehingga jika tak membayar akan masuk daftar hitam.

Namun, ada pula netizen yang punya pandangan berbeda ketika ia menjelaskan bahwa pemilik rumah kontrakan tidak boleh menjadikan rumahnya sebagai sumber penghasilan.

“Semua itu tidak akan terjadi jika rumah tidak dijadikan sebagai bentuk usaha".

“Rumah adalah rumah, belilah tempat berteduh dari hujan, panas dan ketenangan pikiran", ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa hal tersebut merupakan kifarah bagi pemilik rumah kontrakan yang dituduh melakukan penindasan dengan memanipulasi sistem.

“Pemiliknya pasti bangga bisa membeli rumah tapi orang lain yang membayar".

“Namanya bisnis pasti ada ruginya, jadi siapkan biaya darurat,” imbuhnya.

Pandangan yang diungkapkan warganet tersebut mendapat banyak perhatian dan memicu perdebatan di kalangan netizen.

Sebagian besar setuju dengan pandangannya dan berharap pemerintah membatasi pembelian rumah untuk membantu lebih banyak orang memiliki rumah.

"Itu benar! Jika saya menjadi pemerintah, saya akan membatasi rumah setiap orang... satu nama per rumah. Ketika menjadi bisnis, banyak yang menjadi tunawisma".

“Orang yang berbisnis dengan beli rumah lalu dikontrakan yang membuat pasar jebol. Saya masih culture shock tinggal di Kuala Lumpur karena harga kontrak seperti cicilan rumah".

Pandangan yang diungkapkan warganet tersebut mendapat banyak perhatian dan memicu perdebatan di kalangan netizen.

Sebagian besar setuju dengan pandangannya dan berharap pemerintah membatasi pembelian rumah untuk membantu lebih banyak orang memiliki rumah.

"Itu benar! Jika saya menjadi pemerintah, saya akan membatasi rumah setiap orang... satu nama per rumah. Ketika menjadi bisnis, banyak yang menjadi tunawisma".

“Orang yang berbisnis dengan beli rumah lalu dikontrakan yang membuat pasar jebol. Saya masih culture shock tinggal di Kuala Lumpur karena harga kontrak seperti cicilan rumah".

(*/TRIBUN-MEDAN.com)

 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

 

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

 

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved