10 Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadan dari Berbagai Daerah di Indonesia

kebiasaan ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi penyambutan bagi bulan suci yang akan datang, saat semua umat Muslim berpuasa di bulan

Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Salomo Tarigan
Indonesia-heritage.net via tribuntravel
Tradisi Dugderan sambut bulan Ramadan di Semarang. 

TRIBUN-MEDAN.com – Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tidak mengherankan jika masyarakat Indonesia sangat antusias dalam merayakan bulan Ramadan (puasa Ramadan) , sehingga tak heran, ada banyak tradisi di berbagai daerah. 

Tradisi atau kebiasaan ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi penyambutan bagi bulan suci yang akan datang, saat semua umat Muslim berpuasa di bulan Ramadan

Apakah Anda salah satu orang yang selalu bersemangat menyambut bulan suci Ramadan dan mempraktekkan tradisi-tradisi berikut ini?

Berikut ini adalah beberapa tradisi dalam Menyambut  bulan Ramadan dari berbagai daerah. 

1. Meugang - Aceh

Dijuluki Serambi Mekkah, kota ini memiliki sejumlah tradisi unik untuk menyambut bulan Ramadan, salah satunya adalah Meugang. Dikenal juga dengan sebutan Makmeugang atau Haghi Mamagang, tradisi ini berlangsung selama bulan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha.

Meugang dimulai sekitar abad ke-14, pada masa Kerajaan Aceh Darussalam. Dalam pelaksanaannya, masyarakat membeli daging di pasar, namun ada juga yang menyembelih sendiri. 

Daging tersebut kemudian dihidangkan dengan hidangan terbaik dan disantap bersama keluarga, kolega (meugang kantor) dan warga desa (meugang di Gampong).

2. Malamang - Sumatra Barat

Masyarakat Minang sangat antusias menyambut bulan Ramadan. Di Sumatera Barat, bulan sebelum puasa sering disebut sebagai bulan lemang (lamang), karena masyarakat Minang umumnya menjalankan tradisi atau membuat lemang. 

Lemang adalah makanan tradisional yang terdiri dari beras ketan yang dimasukkan ke dalam batang bambu panjang, diapit di antara daun pisang, dan dibakar. 

Tradisi membuat lemang ini terkenal di beberapa daerah, antara lain Padang, Pariaman, Padang Pariaman, dan Painan. Selain saat bulan puasa, lemang juga sering dijadikan makanan saat hajatan dan acara-acara kekerabatan. 

 3. Pacu Jalur - Riau

Ada yang menarik dari Riau selama bulan Ramadan, yakni Masyarakat Riau melakukan pacu jalur, sebuah tradisi olahraga dan kekeluargaan. 

Tradisi unik ini merupakan lomba mendayung perahu sepanjang 40 meter di Sungai Kuantan yang melibatkan 40 hingga 60 peserta. 

Puluhan pria mendayung perahu yang terawat baik untuk beradu kecepatan. Tradisi ini telah dipraktekkan selama bulan Ramadan dan hari besar Islam, terutama di masyarakat Kabupaten Singingi, Kuantan, tetapi sekarang diadakan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Jika Anda berkunjung ke Riau, tradisi menarik ini wajib Anda saksikan. 

4. Munggahan - Jawa Barat

Jika Anda tinggal di Jawa Barat, Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan tradisi menjelang Ramadan ini. 

Ya, masyarakat Sunda di Jawa Barat sudah terbiasa melakukan Munggahan sehari atau dua hari sebelum puasa. 

Pada pelaksanaanya, masyarakat berkumpul bersama keluarga, piknik atau makan bersama di tempat wisata, mengunjungi makam atau membersihkan tempat ibadah. Bahkan, di masa lalu, orang-orang, terutama anak laki-laki, akan pergi ke sungai untuk mandi sebagai tanda pembersihan diri untuk bulan suci.

5. Nyadran - Jawa Tengah

Masyarakat Jawa sangat antusias menyambut bulan suci ramadan. Tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadan adalah nyadran, yaitu ziarah ke makam anggota keluarga. 

Acara ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran, dzikir, tahlil, dan doa bersama, dilanjutkan dengan makan bersama di atas tikar di pinggir jalan sambil menyantap makanan khas Jawa, kemudian dilanjutkan dengan besik, atau bersih-bersih kubur, dan diakhiri dengan ziarah ke makam.

6. Megibung - Bali

Di Kabupaten Karangasem, Bali, 'megibung' biasanya dilakukan dengan cara duduk melingkar sambil bersila dan memasak makanan tradisional seperti nasi dan lauk pauk. 

Nasi disajikan dalam wadah dengan daun pisang yang disebut 'gibungan' dan lauk pauknya disajikan dalam daun pisang yang disebut 'karangan'. 

7. Tradisi Dugderan - Semarang

Selain nyadran, Jawa Tengah juga memiliki tradisi unik lainnya.

Misalnya, Semarang memiliki dugderan. Ini adalah pesta rakyat yang menyatukan semua kalangan, mulai dari pejabat pemerintah hingga masyarakat umum.

Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881 saat Semarang dipimpin oleh Bupati Ario Purboningrat yang bergelar Tumenggung.

Hingga saat ini, tradisi tersebut masih rutin dilakukan.

Bahkan, tidak jarang sambutan pembukaan dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah.

Ada banyak kemeriahan yang bisa dinikmati masyarakat setempat. Misalnya, pasar malam, mainan warak ngendog, dan berbagai jenis kuliner. Sebuah pesta penyambutan Ramadan yang dinanti-nanti semua orang.

8. Tradisi Padusan - Boyolali

Masih dari Jawa Tengah, masyarakat Boyolali juga memiliki tradisi Ramadan lainnya, yaitu padusan. Orang-orang berendam atau mandi di sumber air yang dianggap keramat untuk menyucikan diri.

Lokasi padusan bisa di laut, sumber mata air, atau di tempat lain. Salah satu tempat yang menjadi langganan masyarakat Boyolali untuk melakukan tradisi padusan adalah kompleks pemandian Umbul Penging. Ada empat umbul yang menjadi langganan di sini.

9. Tradisi Nyorog - Betawi

Di Betawi, ada sebuah tradisi yang disebut nyorog yang masih sering dilakukan menjelang bulan puasa.

Sudah menjadi kebiasaan bagi seseorang yang dermawan untuk memberikan hadiah kepada orang yang lebih tua.

Tujuannya adalah untuk menghormati orang yang lebih tua saat memasuki bulan puasa.

Hadiah yang diberikan bisa berupa makanan atau sembako.

Makanan yang diberikan terdiri dari berbagai makanan khas Betawi.

Misalnya, soto tangkar, sayur babanci, gabus pucung, dan lain-lain.

10. Tradisi Balimau - Sumatera Barat

Selain malamang, masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat memiliki tradisi lain yang disebut balimau.

Orang-orang berbondong-bondong ke pemandian atau sungai untuk mandi dengan air perasan jeruk nipis sebagai pengganti sabun.

Tujuannya adalah untuk membersihkan tubuh sebelum memasuki bulan Ramadan.

Tradisi ini bisa dikatakan mirip dengan padusan di Boyolali, tidak hanya untuk menyucikan tubuh, tapi juga jiwa.

Masyarakat biasanya menambahkan bumbu-bumbu lain selain jeruk nipis.

(cr30/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved