Kesehatan
Mengenal Limpo dan Limfoma, Beda Tumor Jinak dan Kanker Kelenjar Getah Bening yang Berbahaya
Anda pernah mendengar Limfoma? Secara awam orang lebih menyebutnya kanker kelenjar getah bening. Limfoma ternyata beda jauh dengan limpom
TRIBUN-MEDAN.com - Anda pernah mendengar Limfoma?
Secara awam orang lebih menyebutnya kanker kelenjar getah bening.
Limfoma ternyata beda jauh dengan limpom.
Apa Itu Lipoma dan Limfoma?
Lipoma Jinak tak Berbahaya
Lipoma adalah tumor lemak, atau benjolan, di bawah kulit. Pertumbuhan ini sebagian besar terdiri dari jaringan adiposa (sel lemak) dan dapat muncul di hampir semua bagian tubuh.
Lipoma dapat muncul pada kondisi seperti liposarcoma (kanker sel lemak).
Namun, memiliki lipoma tidak selalu berarti Anda menderita kanker.
Faktanya, lipoma umumnya dianggap jinak (bukan kanker).
Lipoma menyerang semua jenis kelamin, namun lebih sering terjadi pada wanita.
Penyebab lipoma belum diketahui dengan pasti.
Namun, karena penyakit ini merupakan tumor jinak, diduga disebabkan oleh bahan karsinogenik, trauma, lingkungan, genetik, dan faktor imunologi.
Limfoma Berbahaya
Limfoma benjolan ini timbul akibat pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening adalah kelenjar yang termasuk dalam sistem limfatik.
Benjolan ini sering kali membesar saat seseorang terkena infeksi (saat pilek parah, misalnya, Anda mungkin merasakan ada benjolan di belakang dan di bawah telinga Anda).
Kelenjar getah bening juga bisa membengkak akibat limfoma, menghasilkan benjolan bulat dan kenyal di bawah kulit.
Limfoma adalah tumor lemak dan benjolan limfoma terdiri dari sel kanker.
Limfoma adalah istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam sistem limfatik, sehingga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Menurut tipenya, limfoma dibagi menjadi 2, yaitu limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin.
Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP, memaparkan, kanker adalah masalah kesehatan dengan urgensi yang tinggi.
Prof. Ikhwan menambahkan dari sekian banyak kanker, limfoma Hodgkin adalah kanker dengan diagnosis yang masih rendah.
“Kanker kelenjar getah bening jenis Limfoma Hodgkin adalah salah satu kanker yang tingkat diagnosisnya masih rendah. Penyakitnya ada, tapi sayangnya, pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelah berada di stadium lanjut," kata dia dalam peringatan “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’, Minggu (4/2).
Mengenal Limfoma Hodgkin
Limfoma Hodgkin (LH) adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari sel darah putih yang disebut limfosit.
Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Menurut data Globocan tahun 2020, di Indonesia terdapat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus.
Ditambahkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., pihaknya menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh POI Jaya.
“Kami mengapresiasi segala bentuk kolaborasi untuk mengedukasi masyarakat mengenai penyakit kanker di Indonesia. Sebab akses terhadap informasi dan edukasi seputar penyakit kanker di Indonesia harus terus dilakukan oleh semua pihak. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama," tutur Eva.
Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen.
Apalagi saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan. Untuk itu, Masyarakat jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini
Ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin di antaranya: (1) Infeksi virus Epstein-Barr. 1 dari 1.000 orang yang terinfeksi virus Epstein-Barr berisiko terkena limfoma Hodgkin;
(2) Sistem imun. Risiko meningkat pada orang yang terinfeksi HIV (virus penyebab AIDS), orang yang mengonsumsi obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh, dan orang dengan penyakit autoimun;
(3) Riwayat keluarga. Saudara laki-laki dan perempuan dengan penyakit ini memiliki risiko lebih tinggi terkena LH. Risiko ini sangat tinggi untuk kembar identik dari seorang pasien LH;
(4) Jenis kelamin. Kasus limfoma Hodgkin lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita;
(5) Usia. Limfoma Hodgkin umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas usia 55 tahun.
Sementara gejala yang ditimbulkan dari penyakit kanker limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai, yaitu: muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha; terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38°C tanpa penyebab yang jelas, berkeringat berlebihan pada malam hari, turun berat badan lebih dari 10 persen dalam 6 bulan berturut-turut.
“Untuk itu, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa memiliki gejala tersebut. Walaupun penyakit kanker limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30 % . Jadi, semakin dini limfoma Hodgkin dapat dideteksi, semakin cepat dapat ditangani, dan semakin tepat sasaran pengobatan yang diberikan,” lanjut Prof. Ikhwan.
Di kesempatan yang sama, Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline, mengapresiasi kerja sama POI Jaya dalam meningkatkan kesadaran tentang gejala, diagnosis, dan pengobatan limfoma Hodgkin.
“Kami menyadari beban yang ditimbulkan penyakit ini. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen memperkuat kerja sama dengan memastikan akses obat-obatan dan vaksin kami tersedia bagi para pasien di Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang pengobatan inovatifnya saat ini telah tersedia di JKN. Kami juga berharap dapat mendorong deteksi dini dari masyarakat dan memberikan harapan kepada pasien untuk kehidupan yang lebih berkualitas,” jelas Shinta.
Secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin dalam 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 89 persen. Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional.
Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan sulit diobati, menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Sayangnya, kebanyakan kasus limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.
Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), beberapa jenis pengobatan Limfoma Hodgkin antara lain: Kemoterapi; Radioterapi; Imunoterapi; dan Terapi Target – yang menargetkan protein pada sel kanker yang mengendalikan pertumbuhan sel kanker, tanpa mempengaruhi sel normal lain.
(/TRIBUN-MEDAN.com/Tribunnews)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
| Biasakan Minum Kopi Tanpa Gula di Pagi Hari, Bantu Tambah Daya Ingat hingga Mencegah Alzheimer |
|
|---|
| Waspada Junkfood, 5 Makanan Ini Bisa Picu Pertumbuhan Kista! |
|
|---|
| 8 Cara Memilih Sepatu Lari yang Cocok Bagi Pemula Agar Tetap Aman |
|
|---|
| Mengenal Sekretom dan Manfaatnya Bagi Tubuh Manusia, Waspadai Medis Ilegal |
|
|---|
| Waspadai Blue Video Terhadap Anak, Ini Risiko yang Bisa Terjadi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.