Bayi Lima Bulan Meninggal
RSUD Tanjungbalai Angkat Bicara soal Bayi Lima Bulan Meninggal, Sebut Keluarga Menolak Dirujuk
Terkait viral di media sosial seorang bayi lima bulan meninggal dunia, Rumah sakit umum daerah (RSUD) Kota Tanjungbalai akhirnya buka suara.
Penulis: Alif Al Qadri Harahap | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, TANJUNGBALAI - Terkait viral di media sosial seorang bayi lima bulan meninggal dunia, Rumah sakit umum daerah (RSUD) Kota Tanjungbalai akhirnya buka suara.
Melalui kepala tata usaha, RSUD Kota Tanjungbalai, dr Andrew Sitorus, pelayanan sudah dilakukan oleh dokter spesialis anak untuk menangani sang bayi.
Namun, dokter mengaku bahwa sang anak kemungkinan akan mengalami gagal nafas sehingga diminta agar dirujuk ke rumah sakit di Kota Medan yang lebih memiliki fasilitas lengkap.
"Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Setelah diperiksa oleh dokter UGD, dan dilanjutkan ke dokter spesialis anak, dengan kompetensinya, maka anak tersebut harus dirujuk ke rumah sakit di Medan," ujar Andrew saat dijumpai, Senin (19/2/2024).
Setelah mendapatkan diagnosa dari dokter spesialis anak, bayi lima bulan tersebut dirawat di ruang PICU.
"Karena, berdasarkan diagnosa dokter spesialis, anak tersebut berpotensi akan gagal nafas. Sehingga diharuskan untuk rujuk ke Medan," ungkapnya.
Namun, ungkap Andrew, keluarga belum bersedia untuk dilakukan rujuk ke Kota Medan dan dilakukan penandatanganan penolakan rujuk.
"Selama perjalanan perawatan, kondisi sang anak semakin sore semakin menurun. Sehingga, dokter jaga yang saat itu menganjurkan harus segera dilakukan rujuk dan baru disetujui rujuk," ujarnya.
Katanya, proses melakukan rujuk harus melalui beberapa sistem yang dimana rumah sakit penerima harus mengkonfirmasi menerima pasien.
"Karena, perlu kita ketahui bersama. Sistem peruntukan ini harus ada kepastian, rumah sakit mana yang mau dituju di Kota Medan. Setelah magrib, baru mendapat kabar ada ruangan ICU untuk sang anak di rumah sakit Bina Kasih," katanya.
Namun, setelah mendapatkan kamar, sang anak sudah tidak dapat tertolong dan meninggal dunia di RSUD Tanjungbalai.
"Setelah kematian tersebut, disinilah kericuhan terjadi. Keluarga merasa tidak dilayani kenapa lama sekali. Padahal, kami sudah melakukan secara maksimal, tidak mungkin kami tidak melayani pasien," katanya.
Menurutnya, kalau tidak ada rumah sakit yang menerima dan pasien dibiarkan untuk pergi tanpa konfirmasi rumah sakit yang menerima maka pasien tidak akan mendapatkan kepastian di Kota Medan.
"Untuk video yang beredar, kami yakin itu video potongan atau waktu yang tidak tepat. Petugas kita bukan tidak melayani, suasana pada saat itu sangat caos, sehingga perawat kita mementingkan keselamatannya. Maka dari itu, ada petugas securitylah yang maju," katanya.
Terkait ambulans yang disinggung dalam video tersebut, Andrew menampik tidak memberikan fasilitas ambulans untuk korban.
"Kalau fakta di lapangan, merekalah yang membawa sendiri pasien tanpa ada basa basi. Tidak mungkinlah rumah sakit tidak mengeluarkan fasilitasnya, dan kami juga belum mengeluarkan surat kematian," pungkasnya.
(cr2/tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.