Tribun Wiki

Sosok Shitaa Ram, Peraih Beasiswa LPDP Hingga Bisa Berlayar di Kapal Pesiar Menuju Jepang

Shitaa Ram merupakan mahasiswi berprestasi yang kini mendapat kesempatan berlayar di kapal pesiar menuju Jepang

HO
Shitaa Ram, mahasiswi berprestasi yang mendapat kesempatan berlayar di kapal pesiar menuju Jepang mewakili Sumatra Utara, Indonesia 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Sosok Shitaa Ram merupakan mahasiswi berprestasi yang saat ini mendapat kesempatan berlayar di kapal pesiar menuju Jepang.

Gadis kelahiran Selangor, Malaysia 6 September 1996 ini mengatakan, perjuangan untuk mendapatkan kesempatan berlayar keluar negeri tidak lah mudah.

Ia jatuh bangun belajar, bahkan nyaris kehilangan rasa percaya dirinya.

Namun, wanita berdarah India yang tinggal di Kota Medan sejak usia lima tahun ini mengatakan, semua kerja kerasnya itu terbayarkan, setelah ia terpilih menjadi perwakilan dari Sumatra Utara, untuk berangkat ke Jepang

Keberangkatan Shitaa Ram ke Jepang ini bagian dari program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang atau Ship For Southeast Asian Youth Programme (SSEAYP).

”Ini bukan percobaan pertama ku, jadi sejak tahun 2016 aku udah coba dan gagal dua kali. Pertama ambil yang pertukaran ke Korea gagal, lalu yang ke Canada juga aku gagal, akhirnya lolos di percobaan ketiga,” cerita Shitaa, Sabtu (2/3/2024). 

Ketertarikan Shita untuk bisa berangkat melalui jalur pertukaran pemuda ini berawal sejak ia duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), dari sebuah novel.

Adapun novel bacaannya itu berjudul Buku Negeri 5 Menara.

Dari novel itu Shitaa Ram melihat kegigihan sosok bernama Alif, yang digambarkan oleh A Fuadi sebagai karakter yang penuh semangat.

“Dengan keterbatasan informasi di tahun tersebut, aku sudah cari tahu soal programnya, gimana ya bisa jadi delegasi Indonesia dan sebagainya. Tapi ternyata di tahun 2014 itu aku masih terbatas usia,” ujarnya.

Meskipun ia sempat mengalami krisis kepercayaan diri, ia merasa sebagai golongan minoritas berdasarkan suku, baginya tak mungkin menjadi perwakilan dari satu daerah bahkan negara.

Namun, siapa sangka, Shita yang lulus di Universitas Sumatera Utara (USU) menemukan banyak orang yang mengarahkannya agar bisa mengikuti program tersebut.

“Akhirnya di BEM aku ketemu orang yang pernah menjadi delegasi, nah, dimotivasi lah kan sama beliau untuk ikutan, yaudah ikutlah. Proses seleksinya itu cukup panjang ya, wawancara, tes dan sebagainya itu sangat ketat,” katanya.

Setelah lolos, Shita yang mengambil jurusan Fakultas Ekonomi di USU ini kemudian mengelilingi 5 negara dalam 3 bulan dengan kapal pesiar, yakni Vietnam, Thailand, Brunei Darussalam, Philipina dan Jepang.

Tak hanya mendapatkan pengalaman soal budaya di setiap negara yang ia kunjungi, Shita juga mendapat keluarga baru di setiap tempat singgahnya.

“Hal paling berkesan buat aku dalam perjalanan ini yaitu di program orang tua asuh ya. Jadi disetiap negara yang kita singgahi kita akan dibimbing oleh orang tua asuh warga asli negara tersebut selama 3 hari penuh. Nah, menariknya meskipun mengalami banyak keterbatasan bahasa, tetapi rasa saling menyayanginya itu tetap dapat. Artinya kita sebagai manusia punya naluri untuk saling peduli, meskipun berbeda suku, ras, agama dan negara,” ungkapnya.

Disebutnya, home stay atau orang tua asuh ini bukan hanya sekedar interaksi dengan warga lokal, tetapi juga membangun boanding ikatan tulus meskipun berbeda latar belakang.

“Hal itu membuat aku jadi tidak mudah ngegudge orang lain, ketika melihat perbedaan. Jadi mimpi aku sekarang malah pengen jadi orang tua asuh pertukaran seperti ini. Infonya Indonesia akan jadi tuan rumah jadi ada kemungkin bisa terwujud sih ya,” ujar gadis berdarah India ini.

Bisa menjadi perwakilan dalam program tersebut bukan satu-satunya pencapaian Shita selama menjalani kuliah. Shita juga merupakan Penerima Beasiswa dari Bank Indonesia pada tahun 2017.

Seperti enggan berhenti belajar, Shita kini bergelut di dunia pendidikan, yang sebenarnya jauh dari latar belakang pendidikannya semasa kuliah.

Menjadi tenaga pendidik, membuatnya jatuh hati, bagaimana berinteraksi dengan para siswa, dan mendorong mereka menjadi bisa.

Shita salah satu pengajar di sekolah inklusi di Kota Medan.

Hal tersebut menjadi alasan Shita melanjutkan S2nya dengan jurusan pendidikan khusus.

"Aku merasa belum memiliki kapasitas dalam mengajar mereka, selama ini aku yang belajar dari anak-anak. Jadi hal itulah yang membuat aku ambil konsentrasi di pendidikan khusus. Untuk upgrade diri juga," tukasnya.

Mengajari anak berkebutuhan khusus tak menjadi tantangan bagi Shita, ia malah merasa senang dan bagaikan obat jika bertemu dengan mereka.

"Aku melihat mereka setiap hari, membayangkan bagaimana menjadi mereka, aku berusaha mengerti mereka, karena menurutku mereka membutuhkan hal itu. Membutuhkan seseorang yang mengerti mereka," ceritanya.

Disisi lain, melihat data anak berkebutuhan khusus yang semakin tinggi, dibandingkan para pengajarnya, menguatkan Shita untuk teguh memilih berkarir di dunia pendidikan.

Jumlah anak berkebutuhan khusus yang semakin tinggi dilihat Shita, tetapi tidak melihat meningkatnya jumlah guru di bidang tersebut.

Alasan emosional dan empati membuatnya merasa harus menjadi bagian di dunia anak-anak berkebutuhan khusus.

Untuk melanjutkan studinya tersebut, Shita berhasil memperoleh beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).

Berdasarkan rencananya, ia akan berangkat ke US pada September 2024 mendatang.

Di salah satu universitas yang akan ia pilih, karena Shita sudah lulus di dua Universitas sekaligus saat ini.

University of Wisconsin-Madison dan University of Illinois Urbana Champaign, mengambil jurusan Special Education - Lesrning Behavior Specialist.

Dalam meraih semua rencana dan impian yang ia punya, Shita membagikan tips kepada anak muda lainnya, agar tetap memiliki semangat.

"Stop galau-galauan, lihat ke realita, anggaplah hidup ini hanya sekali, dan kita mau berdampak dengan cara apa. Nggak usah muluk-muluk dampak untuk negara, setidaknya dampak untuk diri dan lingkungan sekitar saja dulu," pesannya.

Mendapatkan apa yang diimpikan tentu harus melewati proses, bagi Shita gagal bukanlah suatu hal yang membuatnya berhenti, tetapi belajar untuk langkah selanjutnya.

"Proses itu penting, jadi ketika gagal sekali jangan berhenti, nikmati jatuh bangun dalam kita meraih mimpi. Kita harus merayakan segala hal termasuk kegagalan," pungkasnya.

(cr26/tribun-medan.com)

Nama : Shitaa

Nama panggilan : Shitaa

Lahir : Selangor, Malaysia

Status : Belum menikah

SD-SMA: Yayasan Pendidikan Supriyadi

Kuliah : Universitas Sumatera Utara

Anak ke dari : 1 dari dua bersaudara

Hobby: Membaca, trekking

Prestasi:

- Delegasi Indonesia untuk program SSEAYP

- Awardee LPDP 2023

Karier : Pengajar/Guru

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved