Ramadan 2024
Tradisi Mandi Pangir yang Sering Dilakukan Masyarakat Sumut Menyambut Bulan Ramadan
Mandi Pangir adalah mandi rempah-rempah yang terdiri dari beberapa lembar daun nilam, daun pandan wangi, batang sereh, daun jeruk, dan putik pinang.
Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.COM - Masyarakat Sumatera Utara, khususnya kota Medan, memiliki tradisi khusus saat menyambut bulan suci Ramadan, salah satunya adalah tradisi Marpangir (Mandi Pangir).
Mandi Pangir adalah mandi rempah-rempah yang terdiri dari beberapa lembar daun nilam, daun pandan wangi, batang sereh, daun jeruk, dan putik pinang.
Semua bahan tersebut direbus dan direbus dan digunakan untuk keramas (mencuci rambut) sebagai bentuk pembersihan diri dengan berbagai rempah-rempah daun yang beraroma harum.
Kadang-kadang ditambahkan akar kautsar dan embelu jika mudah ditemukan.
Beberapa orang mengatakan bahwa yang paling penting adalah mengandung tujuh jenis daun dan rempah yang berbeda untuk memberikan aroma terapi yang segar. Bahan-bahan mentahnya juga dijual dengan harga yang sangat terjangkau. Dijual di banyak pasar tradisional dan hanya tersedia selama bulan Ramadan.
Cara membuat pangir adalah dengan merebus pangir, setelah itu air rebusannya digunakan untuk mandi. Biasanya, mandi pangir dilakukan satu hari sebelum Ramadan.
Di kota, mandi pangir dilakukan di kamar mandi masing-masing rumah. Di desa-desa, mandi pangir dilakukan secara beramai-ramai di pemandian karena keterbatasan warga yang tidak memiliki kamar mandi di rumah.
Meskipun dikatakan sebagai tradisi lama di Sumatera Utara, masih banyak masyarakat yang meneruskan tradisi ini di kota Medan dan wilayah Tapanuli bagian selatan.
Sejarah Marpangir
Tradisi mandi ini diyakini sebagai perpaduan dari tradisi Hindu sebelum Islam datang ke Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Hindu kuno di Sumatera Utara.
Setelah kedatangan Islam, awalnya masyarakat Batak Muslim suku Mandailing Natal hanya melakukan marpangir secara berkelompok, baik di rumah masing-masing maupun di tempat pemandian dengan air sungai, namun yang masih melakukan tradisi ini sampai sekarang adalah Kota Medan.
Hal ini diyakini dapat membuat tubuh lebih wangi dan bersih sehingga dapat memperlancar pelaksanaan ibadah puasa, terutama saat menjalankan salat Tarawih.
Hal ini dikarenakan wangi yang ditimbulkan memberikan rasa nyaman dan sejuk.
(cr30/tribun-medan.com)
Apa Itu Tradisi Megengan yang Dilakoni sebelum Bulan Ramadan? Berikut Penjelasannya |
![]() |
---|
6 Kuliner Khas Medan yang Cocok Disajikan saat Idul Fitri, Ada Soto Medan hingga Lemang |
![]() |
---|
67 Anak Yatim Ditraktir Baju Baru oleh Lazismu Asahan jelang Hari Raya Idul Fitri |
![]() |
---|
H-1 Lebaran 2024, Berikut Update Harga Bahan Pokok, Pasar Tradisional di Medan Padat Pengunjung |
![]() |
---|
Kumpulan Doa di Akhir Ramadhan yang Bisa Diamalkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.